Semua Bab Identitas Tersembunyi Suami Cacat: Bab 61 - Bab 70

96 Bab

61. Tantangan

Raina dan Papa saling bertukar pandang, kebingungan bercampur tanda tanya. Tak satu pun dari mereka menyangka Jovian akan muncul di sini, di tengah situasi rumit ini. “Sebaiknya kamu menunggu di luar. Ini pembicaraan keluarga,” ucap Kakek, nada suaranya dingin dan ketus. Yang diusir hanya menatap sesepuh itu dengan tenang, bibirnya mengulas senyum tipis yang sulit ditebak artinya. “Justru karena itu saya harus hadir di sini. Karena saya suami Raina.” Tanpa menunggu dipersilakan, Jovian melangkah dengan mantap, lalu duduk di samping Raina. Jemari panjangnya meraih tangan sang istri dan menggenggamnya erat, seolah memberi kekuatan tak terucap. Meski masih mencurigai pria itu, senyum lembut Jovian cukup manjur untuk meredakan gejolak emosi dalam hati Raina. Wanita itu merasakan ketenangan yang mendadak mengalir d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-31
Baca selengkapnya

62. Melewati Batas

Tak lama kemudian, seorang pria berjaket kulit hitam masuk, menggiring asisten Vanya yang terlihat pucat dan gemetaran. Diikuti oleh Jainitra dibelakangnya, yang melangkah ragu-ragu dengan ekspresi wajah penuh kecemasan.Menyadari situasi yang berlangsung, Kakek langsung berdiri, geram. “Apa-apaan ini, Jovian?! Ini perusahaan saya! Kamu tidak berhak ikut campur!” Suara Kakek terdengar mengguntur, nadanya sarat amarah. Pria tua itu memandangi sang menantu dengan tatapan yang nyaris menghujam.Papa ikut beranjak dari duduk, untuk menenangkan sang sepuh. “Ayah, mungkin Jovian punya informasi yang penting. Jika ini bisa membantu kita menemukan siapa yang menyebarkan gosip murahan ini, bukankah kita semua yang akan diuntungkan?” tutur pria dengan kemeja biru laut itu.Sementara Jovian tidak terpengaruh sedikit pun. Pria itu tetap duduk dengan tenang, tak gentar meski pria paling berkuasa di ruangan memandanginya dengan manik menyalang. Jemari panjang pria itu mengusap tangan Raina dengan l
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-01
Baca selengkapnya

63. Titik Buta

Pundak pria berjaket kulit yang berdiri beberapa langkah di depan mereka bergerak pelan. Tak begitu kentara, namun tak luput dari perhatian Raina. Ada ketegangan samar dalam cara pria itu berdiri. Setelah jeda yang cukup panjang, Jovian tersenyum seraya mengelus pipi pualam sang istri. “Tentu, sayang,” ucap pria itu dengan tenang, ada pendar dalam manik cokelat mudanya yang sulit untuk diartikan. “Aku jamin, kamu akan mengetahui semuanya. Jika waktunya sudah tepat.” Alis Raina berkerut, mencoba memahami apa yang sebenarnya disiratkan oleh kata-kata itu. Sayangnya, sebelum sempat ia menyahut, obrolan mereka terjeda denting lift. Menandakan mereka telah mencapai lantai tujuan. Dengan isyarat singkat, Jovian menyuruh anak buahnya untuk pergi lebih dahulu menggunakan mobil lain. Raina mengamati interaksi kedua pri
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-01
Baca selengkapnya

64. Permintaan Maaf

KLOTAK! Dengan cepat Raina menoleh, tanpa sengaja mendorong Jovian menjauh. Sementara suaminya menjilat bibir dengan kesal, tampak terganggu oleh interupsi tak terduga yang menjeda keintiman mereka. Ternyata ponsel yang terselip disaku pria itu terjatuh, membentur aspal. Kemungkinan karena gerakan tubuh mereka yang semakin tak sabar menjamah tubuh satu sama lain. Sang wanita terkekeh pelan. Dia kembali berjinjit untuk mengecup rahang suaminya seraya berbisik lembut, “Nanti aku pulang cepat.” Namun ciuman ringan itu tampaknya tak cukup bagi Jovian. Saat Raina hendak berbalik, tangan pria itu menangkap pergelangan tangannya. Menarik wanita itu kembali dalam dekapan. Tanpa peringatan, sang suami melumat bibir Raina dalam ciuman dalam nan panas, membuat wanita itu kehilangan napas.&nb
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-02
Baca selengkapnya

65. Munculnya Kompetitor

Melihat ekspresi panik di wajah Jainitra, Raina segera bangkit dari kursi dan berjalan cepat keluar ruangan. Dengan Papa mengikuti di belakang. Derap langkah mereka bergema di lorong sunyi, menambah ketegangan yang perlahan mengisi udara. “Ada masalah apa?” tanya Papa dengan nada serius ketika mereka tiba di depan lift. Dengan cepat Jainitra mengangguk, menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. “Ada informasi baru, Pak. Hotel saingan kita kabarnya akan meluncurkan area wisata baru…” jelas asisten muda itu. “Tepat beberapa minggu sebelum rencana pembukaan Hotel Sakala,” tambahnya dengan nada khawatir. Mendengar kabar itu, Raina menghela napas panjang dan memijat pelipisnya. Baru saja ia berharap bisa bersantai setelah rapat yang penuh tekanan, kini masalah lain muncul dan kembali mengusik ketenangannya. Ia melirik jam di pergelangan tangan,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-02
Baca selengkapnya

66. Kemalingan…?

“Menurut saya, kita tidak boleh terburu-buru.” Kalimat itu meluncur dari bibir Vanya dengan nada mantap. “Seperti yang Raina katakan, jika kita mengejar waktu tanpa persiapan matang, dampaknya akan jauh lebih buruk. Kita tidak hanya akan kehilangan momentum, tetapi juga merusak citra yang sudah dibangun dengan susah payah.” Meski mengucapkan persetujuan atas pendapat sang adik, rahang Vanya terlihat mengeras, seolah menelan obat pahit. Ada ketidaksukaan yang tak mampu disembunyikan dalam sorot matanya. Perasaan enggan terpendam namun tak bisa dihindari. “Target pasar serta positioning kedua hotel jelas berbeda,” lanjut Vanya, nada suaranya kini lebih terkendali. “Proyek kita kali ini akan memiliki fasilitas premium baru yang belum pernah ada di hotel-hotel Sakala sebelumnya. Ada baiknya kalau strategi marketing kita fokus pada keunggulan itu sebagai nilai ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-03
Baca selengkapnya

67. Bayangan Hitam Di Dapur

‘Apa… kami kemalingan?’ Pikiran itu terlintas cepat di benak Raina, namun langsung ia singkirkan. Tidak masuk akal. Jika ini benar pencurian, barang-barang mahal seperti perhiasan dan elektronik pasti akan hilang terlebih dahulu. Tapi yang lenyap justru perlengkapan pribadi milik Raina dan Jovian—buku, dokumen, serta produk perawatan kulit. Semua benda yang mengindikasikan bahwa mereka pernah tinggal di sini. Hal-hal yang membentuk “jejak” kehidupan mereka, seolah telah dihapus dengan sengaja. ‘Kalau begitu…apa yang sebenarnya terjadi?’ pikir Raina, perasaan waswas perlahan merayapi pikirannya. Saat ia masih terheran-heran, ponselnya bergetar. Ia melirik sekilas pada layar gawai, membaca nama yang tertera. Jovian.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-03
Baca selengkapnya

68. Pulang Ke Rumah Baru

PRANG! Suara vas porselen pecah berkeping-keping menggema di ruangan gelap. Potongan-potongan kecilnya terpental ke lantai, memantulkan kilau samar di bawah sinar bulan yang menembus jendela. Raina terengah-engah, matanya terbelalak saat menyadari siapa yang berdiri di depannya.“Ray, apa-apaan ini?” Suara berat itu terdengar, diiringi tangan Jovian yang masih terangkat, melindungi kepala dari serangan mendadak sang istri.Raina sama terkejutnya, menyadari ternyata sosok sang suami lah yang muncul di hadapan. Seluruh tubuhnya menegang, campuran keterkejutan dan rasa bersalah menghantam jantungnya.“Mas Jovian? Kamu ngapain di sini?” tanya wanita itu dengan suara bergetar.Melalui temaram cahaya bulan yang melintasi jendela, Raina melihat jelas luka di lengan suaminya. Tak begitu dalam namun mengeluarkan tetes-tetes merah yang mengaliri lengan pria itu. “Mas!&
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-04
Baca selengkapnya

69. Dia Adikku

Jovian yang sudah lebih dulu berjalan di depan tiba-tiba menghentikan langkahnya. Namun pria itu tak langsung berbalik. Ada jeda yang terasa panjang sebelum pria itu akhirnya memutar badan, menatap sang istri. Pada manik kelamnya, sekejap terlihat bayangan yang sulit diartikan—seolah menyimpan rahasia yang tak ingin dibuka. “Dia adikku, sayang,” jawabnya dengan suara rendah. Jemarinya terulur, meraih tangan Raina dan menggenggamnya erat. “Kamu mandi dulu gih, sudah dari pagi kan keluar rumah,” lanjutnya tanpa memberi kesempatan bagi sang istri untuk bertanya lebih jauh. Yang dibalas dengan anggukan pelan oleh Raina, tak ingin membantah meski pikirannya dipenuhi pertanyaan. Kulitnya mulai terasa gatal akibat keringat dan debu yang menempel seharian. Setelah menatap Jovian sejenak, ia melangkah menuju kamar mandi, meninggalkan suaminya yang ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-04
Baca selengkapnya

70. Ruang ‘Bermain’

“Kamu boleh melakukan apa pun yang kamu mau, Mas,” bisik Raina seraya menggerakkan tangan, menyusuri dada bidang sang suami dengan ujung kukunya. Jovian tersenyum tipis, alisnya terangkat mendengar ucapan itu. “Apa pun?” tanya pria itu, memastikan. Ujung maniknya melirik sekilas ke arah nakas di samping tempat tidur. Kilas balik memori seketika menguasai pikiran Raina—sensasi serat-serat tali yang membelai kulit. Ikatan kencang pada tubuh yang membatasi geraknya namun menghadirkan ketegangan manis. Serta rangsangan-rangsangan yang Jovian beri. Sebuah getaran halus melintasi punggungnya. “Kamu… sejak kapan suka hal-hal aneh seperti itu, Mas?” tanyanya dengan nada awas, tubuhnya sedikit beringsut menjauh saat Jovian mendekat dengan senyum penuh arti. Detak jantung Raina terasa berdegup semakin cepat, setiap inci daksa sang istri meresp
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status