Entah berapa lama waktu berlalu sebelum napas Raina akhirnya kembali normal. Dada yang semula bergemuruh kini mulai tenang, meski wajahnya masih seputih kertas. Tatapan mata wanita itu, yang dulu menyala terang, kini meredup seperti bara api nyaris padam. Udara dingin di dalam ruangan menyelusup ke kulit, membuat bulu kuduknya berdiri.Setelah hening panjang, suara Tama memecah keheningan. “Kalau kamu ingin lepas darinya, aku akan membantumu,” pria itu menawarkan. Suaranya terdengar tegas namun penuh perhatian.Namun wanita itu malah menatap sang kakak dengan mata yang kosong. Pikirannya seakan tertutup kabut tebal, menolak bekerja sama. ‘Apa maksud Mas Tama?’ gumamnya dalam hati, gemetar.Tama mendesah, melirik ke arah jendela yang diselubungi tirai setengah terbuka. Sinar matahari sore menyusup melalui celah, menciptakan garis-garis cahaya yang tumpah di lantai.“Akan sulit bagimu untuk lari dari Jovian seorang diri, Ray,” ucap Tama, suaranya rendah, hampir seperti bisikan yang penuh
Last Updated : 2024-11-10 Read more