Share

50. Maaf Aku Telat

Author: Ayria
last update Last Updated: 2024-10-26 20:00:26

Raina mendengus pelan, meresapi kata-kata Tama. Ini bukanlah berita baru baginya. Ia sudah lama menyimpan kecurigaan bahwa Jovian menyembunyikan sesuatu.

Bahkan, ia diam-diam berasumsi, mungkin suaminya adalah seorang taipan yang mengelola perusahaan rahasia. Tidak mungkin seorang jurnalis biasa dapat memerintah orang-orang untuk menghancurkan perusahaan sebesar Terra Development dengan begitu percaya diri.

“Aku nggak bercanda, Ray,” nada bicara Tama terdengar lebih tegas kali ini, seolah kesal melihat reaksi Raina yang tak sesuai harapannya.

Sang adik tetap bersikukuh. “Mas, aku tahu Jovian menyimpan rahasia. Tapi bukannya semua orang juga begitu? Pasti ada alasan kenapa dia belum cerita semuanya ke aku,” sahutnya, masih mencoba membela suaminya.

Tama mendesah frustrasi, matanya membara dengan ketida

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   51. Jovian vs Tama

    Jovian melangkah mendekat, netranya yang berwarna cokelat madu berkilat tajam. Namun sebelum dia sempat mencapai Raina, Tama segera bergerak, menempatkan dirinya di depan sang adik. Lengan kekarnya merentang, melindungi Raina dengan tubuhnya.“Jangan mendekat!” bentaknya dengan nada penuh ancaman. “Aku tidak akan membiarkan kamu membawa Raina pergi,” lanjutnya tegas, mata cokelatnya menyalang waspada.Jovian hanya mendengus, tampak tak terintimidasi sedikitpun. “Secara teknis, saya suaminya,” ucapnya tenang, sambil melirik sekilas ke arah Raina, senyum tipis tersungging di bibirnya. “Jadi saya lebih berhak membawa Raina pulang.” Suara Jovian tenang, nyaris dingin. Tak ada tanda-tanda pria itu terganggu dengan ancaman Tama.Kali ini giliran Tawa sarkastis keluar dari mulut Tama. “Kamu adalah orang paling berbahaya di s

    Last Updated : 2024-10-27
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   52. Kalau Sampai Raina Terluka

    “Mas! Hentikan!” teriaknya, suaranya pecah. Seruan itu seakan meluncur dari mulutnya tanpa target yang jelas, entah ditujukan pada siapa—Jovian atau Tama—mungkin keduanya.Tubuh Raina gemetar ketika dia berlutut di dekat kedua pria yang sedang saling menghantam. Darah mengucur dari luka di wajah mereka. Napas mereka terdengar berat.Tanpa memikirkan keselamatannya, Raina meraih lengan Jovian yang melingkari leher Tama dengan cengkeraman kuat, berusaha menghentikan perkelahian yang mulai berubah menjadi pertarungan hidup dan mati.Untungnya, kedua pria itu sama-sama berhenti. Jovian melepaskan kuncian pada leher Tama lalu menarik Raina menjauh dari tubuh sang kakak. Mata pria itu langsung menelisik tubuh Raina dengan cemas, jari-jarinya menyentuh wajah sang wanita seolah ingin memastikan dia baik-baik saja.“Kamu gila?” suaranya terdengar serak, campuran antara khawatir dan marah. Tangannya menangkup kedua pipi Raina, gemetar, napasnya masih terengah-engah. “Jangan mendekat pas orang l

    Last Updated : 2024-10-27
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   53. Hal Yang Lebih Penting

    Belum hilang rasa penasaran Raina, ia kembali dibuat terkejut dengan seorang pria berjas hitam membukakan pintu mobil Rolls Royce Ghost bagi Jovian.Sang suami tak berkata apapun selain menurunkan Raina pada kursi penumpang secara perlahan. Seolah wanita itu adalah porselen yang bisa pecah karena sentuhan kasar. Lalu Jovian masuk dan duduk di samping sang istri.Tidak ada pembicaraan sama sekali dalam perjalanan pulang. Raina duduk di kursi penumpang dengan perasaan campur aduk. Wanita itu tidak yakin ia sudah cukup siap mendengar penjelasan Jovian.Sementara sang pria, yang duduk di sampingnya, tampak tenggelam dalam layar ponselnya. Jarinya bergerak cepat mengetik pesan demi pesan. Kerutan di dahinya menambah aura serius pada wajah tampannya yang biasanya lembut.Di luar jendela, pemandangan berganti-ganti: pepohonan rindang di tepi jalan kini berrubah menjadi gedung-gedung bertingkat, lalu deretan rumah-rumah mewah.Sesuatu mengusik benak Raina.Akhirnya, wanita itu tak bisa lagi m

    Last Updated : 2024-10-27
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   54. Jangan Menguji Kesabaranku

    Jovian dengan lihai melucuti satu per satu pakaian yang menutupi tubuh sang istri. Gerakan pria itu kasar dan tergesa. Ada perasaan mendesak dalam tiap sentuhan sang suami. Mata pria itu menyala penuh hasrat. Bak pemburu yang siap memangsa buruan.Jemari panjang pria itu menelusuri tiap lekuk tubuh Raina. Dia membalik badan sang istri, memeluknya dari belakang. Kemudian menangkup kedua dada sang istri lalu memuntir puncaknya hingga wanita itu mendesah penuh gairah.Bibir Jovian menggigit pelan pundak sang istri. Menghisap, meninggalkan jejak-jejak merah yang kontras dengan kulit kuning langsat milik Raina. Setiap sentuhan seperti bara api yang membakar habis sisa-sisa kewarasan sang istri. Napas wanita itu memburu, dada naik turun dengan cepat.Pinggul pria itu bergerak dalam ritme acak. Menyelipkan batangnya yang mengeras di antara dua paha mulus Raina. Bagian intim mereka yang saling gesek menghantar gelenyar kenikmatan pada sekujur tubuh wanita itu. Membuat punggungnya melengkung,

    Last Updated : 2024-10-28
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   55. Kebohongan

    “Halo?” sapa Raina dengan suara serak. Dia berdeham pelan, berharap dengan melakukan itu dia akan terdengar lebih normal.“Ray? Kamu nggak apa-apa?” Suara Tama menyambutnya dari seberang telepon, terdengar setengah panik.Raina terdiam sejenak, merasakan denyut kenikmatan yang masih bergentar pelan dari kejadian semalam. Di tubuhnya, nyeri dan pegal-pegal mulai terasa, mengendap dari bahu hingga pergelangan kaki. Namun selain itu, dia baik-baik saja. “Aku nggak apa-apa,” jawab sang adik.“Aku cemas. Kamu mau nginep dulu aja di sini? Perlu dijemput?” tawar Tama. Terdengar suara ketukan pelan pada bidang kayu sebagai latar. Mungkin jemari pria itu mengetuk permukaan meja karena gelisah.Tanpa sadar, Raina menggeleng, meski tahu sang kakak tak bisa melihatnya. “Gimana pun Mas Jovian masih suamiku,” ujar wanita itu pelan. Ada sebuah dorongan samar di dalam dirinya untuk mendengar penjelasan langsung dari bibir suaminya, walaupun ia sendiri tidak yakin apa yang akan didengarnya.Hening. La

    Last Updated : 2024-10-28
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   56. Jawaban Jovian

    “Mas, aku tahu kalau kamu bukan sekadar jurnalis,” ungkap Raina, akhirnya memberanikan diri. Suaranya terdengar mantap, meski ada nada ragu yang samar di ujung kalimatnya.Dapat wanita itu lihat dengan jelas pundak Jovian yang langsung menegang mendengar perkataannya. Genggaman pria itu di tangan Raina semakin erat, nyaris menyakitkan. Wanita itu menahan napas, merasakan jemari suaminya yang terasa dingin namun kokoh, seolah tak mau melepaskannya.“Aku nggak sengaja baca SMS kamu… soal penyelidikan sabotase di site,” tanpa memberi waktu bagi sang suami untuk berbicara, Raina melanjutkan perkataannya. Melayangkan pandangan lurus pada pria itu. Manik cokelatnya mencari kejujuran di wajah Jovian yang terlihat tetap tenang, namun kaku.“Aku juga nggak sengaja dengar waktu kamu nyuruh anak buahmu buat ngehancurin Terra Development. Siapa k

    Last Updated : 2024-10-29
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   57. Kembali Bekerja

    Tawa yang renyah dan berderai seperti bunyi lonceng kecil milik sang suami pecah. Melihat sang istri yang mulai terlihat jengkel dan melepas genggaman mereka, Jovian segera menarik wanita itu ke dalam rangkulan. “Kamu kebanyakan nonton film, sayang,” ucapnya sambil mengecup puncak kepala Raina.Wanita itu menaruh jemari lentiknya di dada bidang Jovian lalu mendorongnya pelan, hingga ia dapat mendongak, menatap sang suami dengan pandangan saksama. “Bener ya? Awas aja kalau sampai kamu ketahuan berantem-berantem lagi kayak kemarin,” ancam Raina.Jovian terkekeh. “Semalem mah ibaratnya pertandingan persahabatan aja, Ray. Bukan berantem,” kilahnya, matanya berkilat nakal.Manik Raina memicing. Kakaknya sampai harus dirawat di rumah sakit, dengan tulang rusuk yang patah dan lebam di mana-mana, sedangkan Jovian juga penuh lecet dan memar. Da

    Last Updated : 2024-10-29
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   58. Skandal

    Raina menunggu lift dengan sabar, tetapi pikirannya terus mengulang perlakuan yang didapat pagi ini. Bisikan, tatapan, dan senyum sinis yang dilemparkan karyawan-karyawan kantor sejak ia melangkah masuk, semuanya membekas dan memicu keheranan di dada.Dua karyawati berdiri tak jauh darinya, mengobrol dengan suara cukup keras seakan sengaja ingin didengar.“Enak ya, jadi cucu Dewan Komisaris, bisa cuti seenaknya padahal lagi ngurus proyek besar,” cibir seorang wanita yang mengenakan blus putih garis-garis.“Namanya privilege, sis,” sahut temannya sambil tertawa pendek. “Makanya besok-besok lo lahir di keluarga kaya raya,” lanjutnya dengan nada menggoda.“Tapi jangan deh, kalo cuma jadi anak istri kedua. Nambah-nambahin beban keluarga aja kayaknya,” sahut wanita berkemeja biru. L

    Last Updated : 2024-10-30

Latest chapter

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   114. Kisah Jovian - Hanya Kali ini

    Persiapan pernikahan berjalan dengan lancar. Terutama karena memang tak banyak yang harus dipikirkan, mengingat pihak keluarga mempelai wanita menginginkan acara yang sederhana. Akad serta resepsi akan dilakukan sesederhana mungkin, hanya dihadiri oleh keluarga dekat serta beberapa kerabat terpercaya.Jovian menurut, karena baginya, yang terpenting adalah menyusup ke dalam kediaman Hartanto. Hal-hal lain hanyalah formalitas belaka.Namun siang itu, suara rendah sarat akan wibawa menghentikan langkah Jovian, kala pria itu baru menyelesaikan sesi terapinya. Atau yang sebenarnya rapat strategi bersama Saka, Aji dan para petinggi Sindikat Sinara.“Anak muda, bisa kita berbicara sejenak?”Sang pria muda menoleh, mendapati sosok Adi Prakoso Hartanto berdiri tak jauh darinya. Tubuhnya tinggi, tegap, meskipun usia senja telah men

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   113 - Kisah Jovian - Berantakan

    Dengan tertatih-tatih, Jovian menyusuri trotoar, melangkah secepat yang kaki pincangnya sanggup. Tongkat di tangannya mengetuk ritmis di atas permukaan aspal, seolah mengiringi detak jantungnya yang gelisah.Udara malam terasa lebih dingin dari biasanya, menusuk tulang, tapi itu tak sebanding dengan kecemasan yang mencengkeram hatinya. Kata-kata Raina di telepon tadi terus terngiang-ngiang di benaknya.“Mas, tolong datang ke sini. Cepat.”Hanya satu alamat yang disebutkan sebelum sambungan terputus. Terdengar napas berat yang tak biasa dari wanita itu.‘Sial!’ Jovian mengumpat dalam hati. Kenapa ia harus berpura-pura pincang? Kalau saja ia tidak membatasi dirinya dengan cedera palsu ini, mungkin ia sudah sampai lebih cepat. ‘Kenapa juga aku tidak memilih pura-pura cacat tangan saja?’ pikirnya penuh

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   112 - Kisah Jovian - Akal-akalan

    Jovian membuka matanya perlahan, siluet lampu putih menyilaukan penglihatannya. Kepalanya berat, dan tubuhnya terasa kaku, nyeri menusuk-nusuk dari sisi tubuh hingga ke kakinya. Namun pandangannya tak butuh waktu lama untuk menangkap sosok wanita di samping ranjang. Manik kecokelatan yang memancarkan kecemasan itu adalah hal pertama yang ia lihat saat kesadarannya kembali.Raina.Menyipitkan mata, pria itu mencoba memastikan bahwa apa yang ia lihat bukan ilusi. Wanita itu benar-benar ada di sana, duduk di kursi, wajahnya khawatir namun tetap anggun di bawah cahaya lembut lampu ruangan.Jovian langsung menyadari sesuatu—luka kecil di pelipis Raina terlihat sudah mengering, tak ada perban kasat mata lainnya di tubuh wanita itu. Syukurlah, kecelakaan itu tak meninggalkan cedera serius pada dirinya.Namun, sebelum ia sempat memikirkan lebih jauh, s

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   111. Kisah Jovian - Kejadian Menarik

    “Jovian!”Teriakan lantang menggema di lorong rumah sakit, memecah kesunyian malam. Langkah tergesa-gesa dua pria terdengar semakin mendekat. Di ambang pintu unit gawat darurat, Aji dan Saka muncul dengan napas tersengal. Raut wajah mereka campuran antara cemas dan panik.Di ranjang yang tak terlalu lebar, Jovian membuka matanya dengan susah payah. Wajahnya pucat, tubuhnya basah oleh keringat dingin. Namun, seperti biasa, ia mencoba menyembunyikan kelemahannya di balik ekspresi datar yang ia latih bertahun-tahun. Meski kali ini, kelopak matanya yang berat dan bibirnya yang pucat membuat semua itu sia-sia.“Ngapain kalian di sini? Gimana dengan pesta pendiriannya?” tanyanya dengan suara serak dan lemah, berusaha terdengar biasa saja meski kesadarannya nyaris kabur.“Masih sempat mikirin itu?!” bentak Saka, matanya memicing tajam, sorotnya penuh amar

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   110. Kisah Jovian - Laporan Mingguan

    Sebuah amplop cokelat dilempar kasar oleh pria bertubuh kekar dengan jaket hitam. “Ini laporan tentang Raina Asmarani Hartanto minggu ini,” ucap pria tersebut tanpa basa-basi. Nada suaranya terdengar bosan, seolah tugas ini adalah rutinitas yang sudah ia lakukan terlalu sering.Jovian, yang duduk di kursi kerjanya, melirik sekilas amplop itu. Namun sebelum ia sempat bereaksi, Aji, yang kebetulan juga berada di ruangan, langsung menoleh dengan penuh minat. Manik cokelatnya bergerak cepat antara amplop dan pria bertubuh kekar itu, bibirnya terangkat membentuk senyum nakal.“Raina?” tanya Aji, menaikkan satu alisnya dengan nada menggoda. Dia memutar tubuh, memandang ke arah Saka, tangan kanan sang kakak. “Apa maksudnya nih?”Yang ditatap hanya mengedikkan bahu santai sambil melempar tubuhnya ke sofa di sudut ruangan. “Tanya Mas-mu i

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   109 - Kisah Jovian - Pria Mencurigakan

    “Oh,” suara berat pria tambun itu tiba-tiba terdengar, diiringi tawa pendek. “Kamu bartender ruang VVIP yang dulu sering membantuku, kan?” Ucapannya seolah hanya sekadar basa-basi, namun seringai di bibirnya menyiratkan lebih dari itu.Jovian mendongak, meski tubuhnya terasa berat setelah dihantam habis-habisan. Napasnya tersengal, darah mengalir pelan dari sudut bibirnya, namun ia tetap diam. Wajahnya tetap datar.Pria itu tertawa lagi, kali ini lebih keras, seakan menemukan hiburan. “Anak muda, aku tidak menyangka kamu bisa sampai pada titik ini. Bahkan hanya dengan sedikit dorongan dariku.” Dengan santai, pria itu menjentikkan jarinya.Seorang anak buahnya—pria berjaket hitam dengan wajah tanpa ekspresi—bergerak cepat. Dalam sekejap sebuah kursi dilapisi kulit didorong ke arahnya.“Sebagai senior di bidang ini,

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   108. Kisah Jovian - Terjebak

    Semenjak malam-malam kelam dipenuhi oleh rasa bersalah yang menghantui pikirannya, Jovian mulai mempertimbangkan untuk menghentikan rencana balas dendamnya.Namun, perasaan itu menghimpit seperti kabut tebal—tak memberi ruang untuk napas. Tidak tenang, itu pasti. Tapi, bahkan jika ia ingin berhenti sekarang, apakah itu mungkin?Pria itu sudah kadung basah. Rencana ini bukan lagi sekadar tentang dirinya. Terlalu banyak yang ia seret ke dalam jalan gelap ini.“Kita tidak bisa tiba-tiba menghentikan rencana ini!” Suara serak seorang pria bertopi hitam memecah udara di ruang kecil itu. Matanya membelalak penuh amarah, tangannya mengepal kuat hingga urat-uratnya terlihat menonjol.“Kamu yang membujuk kami untuk melakukan ini, Jovian!” timpal seorang wanita paruh baya, wajahnya merah padam. Bibirnya bergetar,

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   107. Kisah Jovian - Janji

    Kegelapan mengepung Jovian.Sejauh apa pun pria itu melangkah, hanya ada bayang-bayang hitam pekat yang mengikuti. Tak ada arah. Tak ada ujung. Hanya ketiadaan yang menyesakkan.Maniknya bergerak panik, mencari sesuatu, apa saja, yang bisa membantunya keluar dari kehampaan ini.Hingga akhirnya ia menangkap seberkas cahaya redup di kejauhan. Seperti lilin kecil yang berusaha bertahan di tengah badai. Dengan napas terengah, Jovian tertatih menghampirinya. Namun langkahnya mendadak terhenti ketika sesuatu mencengkeram pergelangan kakinya.Terkesiap, ia menoleh. Di sana, sosok sang ayah, Haris, duduk bersimpuh di atas tanah yang retak dan kering. Jemari kurus pria itu mencengkeram celana Jovian dengan erat, seperti seseorang yang tengah tenggelam memohon pertolongan. Mata lelaki itu sayu, tapi penuh dengan harapan yang menyakitk

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   106. Kisah Jovian - Bencana

    “Sial!”Jovian menggebrak meja kayu di depannya, membuat tumpukan kertas serta kotak alat tulis di atasnya bergetar, nyaris terjatuh. Napasnya memburu, dada naik turun seolah tak mampu menahan luapan emosi yang bergolak di dalam diri. Pikirannya terus berputar, mengutuk dirinya sendiri.Rencananya sederhana—atau setidaknya itulah yang ia pikirkan. Ia hanya akan memantau gerak-gerik Ambar dari kejauhan. Lalu, ketika wanita itu bertindak ceroboh dan mencoba mencelakai Lilis, Jovian akan muncul sebagai penyelamat. Semudah itu, seperti pahlawan dalam cerita.Ia ingin membuat Bram, pewaris Hartanto Global Venture, berhutang budi padanya. ‘Dan pada waktunya,’ pikir Jovian, ‘Bram dan juga Adi akan membayar harga yang lebih mahal daripada sekadar penolakan mereka terhadap ayahku.’

DMCA.com Protection Status