Semua Bab Identitas Tersembunyi Suami Cacat: Bab 11 - Bab 20

96 Bab

11. Ganjil

"Mas Jovian? Kok bisa di sini?" seru Raina, setengah berlari menghampiri suaminya.Jovian hanya tersenyum samar, matanya berbinar meski tampak lelah. "Kan kamu bilang ada masalah di site, ini aku bawa pompa yang dibutuhkan," jawabnya singkat, seolah hal itu adalah hal paling biasa di dunia. Dengan datangnya pompa air yang ditunggu-tunggu, kebocoran di lokasi konstruksi akhirnya bisa segera diatasi. Pompa besar itu mulai mengisap air yang meluap, mengeringkan genangan dengan cepat.Para pekerja bergegas mengatur peralatan, memindahkan material yang terendam air, dan menghitung ulang kerugian yang mungkin terjadi. Meski banyak material yang tak lagi bisa digunakan, ada perasaan lega di antara mereka karena situasi yang tampak suram ini mulai terkendali.Raina berdiri di dekat suaminya, mengamati para pekerja yang tampak sibuk. "Mas, kok bisa dapatin pompa airnya? Mbak Vanya aja sampai kewalahan," selidiknya, masih sedikit bingung.Jovian tersenyum tipis, wajahnya tenang seperti biasa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

12. Sabotase

Vanya, yang sudah lebih dulu berada di ruangan sang Kakek, menyeringai puas dengan tangan terlipat di dada. Ada kilatan kemenangan di matanya, seolah menunggu Raina tiba di tengah badai amarah sang Kakek.Kakek menghela napas panjang, punggungnya terhenyak ke sandaran sofa kulit megah. Dengan dahi berkerut, menandakan kekecewaan dan kemarahan yang mendalam."Kakek dengar ada kebocoran pipa di site," suara Kakek berat, nyaris terdengar seperti geraman.Raina mengangguk. Ia tahu ini bukan percakapan yang akan berakhir baik. "Ada beberapa material yang rusak, tapi karena kebocoran bisa langsung diatasi sorenya, kerugian tidak terlalu besar. Untungnya Mas Jovian bisa bantu nemuin pompa air buat nguras," jelasnya, menekankan bagaimana bantuan suaminya telah mempercepat penanganan.Namun, Kakek mengibaskan tangannya dalam gerakan tegas dan tak sabar. "Kakek sudah baca laporan Vanya tadi pagi. Apa sebelumnya kamu nggak melakukan pengecekan ulang? Kamu tahu seberapa besar dampaknya berita ini
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

13. Jejak Vanya

Sang kakak tertawa kecil, dengan nada dingin dan menghina. "Jangan konyol, Raina. Buat apa aku sabotase proyek yang akan jadi milikku?" balasnya, melepas cengkeraman Raina dengan gerakan tegas.Raina terdiam, hatinya masih penuh dengan kegundahan. Saat ia berpaling untuk keluar dari ruangan, Nita mendekat dan berbisik pelan di telinganya, "Kamu memang selalu bikin masalah, ya? Harusnya dari awal kamu tahu diri soal posisimu di perusahaan ini, juga di keluarga Hartanto."Tanpa menghiraukan perkataan sang kakak, Raina berjalan cepat keluar dari ruangan Kakek. Langkahnya terburu-buru menyeberangi lorong panjang dipenuhi dengan dekorasi marmer dan ornamen klasik. Hatinya diliputi kekesalan tanpa dapat ia sembunyikan. Wanita itu menolak untuk percaya bahwa kakaknya tidak ada sangkut paut sama sekali dengan kejadian ini."Bu Raina, Ibu nggak apa-apa?" nada khawatir terdengar dari sisinya.Pas banget!Tanpa menjawab pertanyaan sang asisten, Raina menarik wanita tersebut. "Jai, ikut saya," tit
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

14. Mencari Bukti

Tepat ketika dia melewati pintu, suara ketus kakaknya menyapa.Raina berbalik, mencoba terlihat tenang meski tubuhnya menegang. Kakaknya berdiri di sana, dengan tatapan sinis menelusuri wajah Raina."Ruangan kamu kan di lantai 3," lanjut Vanya ketus.Sambil melirik kantornya, Vanya mencibir. "Apa kamu diam-diam masuk ke ruanganku? Nggak sopan kamu, Ray."Berusaha berpikir cepat, Raina memutar otaknya. "Nuduh aja kamu, Mbak. Ini aku nyariin Jai, dia daritadi nggak ada di meja," kilah sang adik sambil menoleh ke arah Jainitra yang masih berbincang dengan sekretaris Vanya. "Ternyata ngobrol di sini," ia berpura-pura kesal pada asistennya."Maaf, Bu," Jainitra buru-buru menimpali dengan suara rendah, seolah merasa bersalah.Setelah beberapa saat menatap sang adik dengan curiga, Vanya mendengus sambil mengibaskan tangan. "Ya udah. Balik sana. Aku tuh sibuk. Kamu tau sendiri kan, aku harus ngurusin masalah yang kamu buat," ejeknya.Meski geram, Raina menahan lidah agar tidak meledak di depan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

15. Pesan Mencurigakan

Raina terhuyung mundur, punggungnya membentur lemari ketika mendengar suara panggilan dari pintu. Tubuhnya membeku, jantungnya berdegup kencang. Ia pikir itu Vanya yang akan menemukannya.Namun, bukan suara wanita yang kemudian terdengar. "Ray, kamu nggak apa-apa?" Tama buru-buru masuk dengan langkah panjang, wajahnya khawatir. Dia segera meraih tangan Raina, memeriksa dahi adiknya yang sedikit memerah karena terantuk."Lagian, kamu ngapain di sini? Ini kan kamar Vanya? Kalau dia tahu kamu ada di sini, nanti kamu kena omel lagi!" cecarnya tanpa memberi Raina kesempatan untuk menjawab.Buru-buru Raina membungkam mulut sang kakak dengan tangan. Mendekatkan telunjuk ke bibirnya, serta melirik cepat ke arah pintu yang terbuka. Napasnya terhenti, memastikan tak ada suara langkah mendekat. Namun hanya hening yang menyapa. Wanita itu menghela napas lega.Tak bisa melanjutkan investigasinya, sang adik lalu menarik tangan Tama, menyeretnya keluar dari kamar Vanya. Tidak ada waktu lagi untuk mel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

16. Gosip Kantor

Raina duduk di ruang kerja dengan pandangan kosong menatap dokumen-dokumen yang berserakan di mejanya. Hatinya masih bergejolak setelah pertemuannya dengan Kakek dan Vanya. Ditambah dengan pesan misterius yang tak sengaja ia intip di ponsel Jovian.Kepalanya terasa berat memikirkan masalah demi masalah yang muncul di hadapan. Dia mencoba fokus, namun suara-suara di luar ruangan mulai mengganggu konsentrasinya. Bisik-bisik dan tawa kecil yang terdengar samar dari balik pintu sedikit terbuka.Raina berdiri dan mendekatkan diri ke pintu. Perlahan, dia membuka pintu sedikit lebih lebar dan mendengar percakapan beberapa staf yang sedang berkumpul di pojok lorong.“Aku sih nggak heran kalau akhirnya Bu Vanya yang akan memimpin perusahaan,” ucap seorang pria dengan nada rendah tapi jelas terdengar sombong. “Lihat saja, selama ini Bu Vanya yang selalu dapat proyek-proyek besar. Kalau Bu Raina? Cuma numpang nama besar keluarga.”Seorang wanita lain menimpali sambil terkikik, "Iya, lagian Bu Van
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

17. Kencan

"Sepertinya istriku sibuk sekali," suara khas sang suami menyapanya.Terkejut, Raina mendapati Jovian berdiri di ambang pintu, tersenyum lembut. Pria itu tampak lebih bugar akhir-akhir ini, kakinya sudah tidak terlihat lemah. Sejak rajin menjalani terapi, kondisi Jovian memang semakin hari semakin membaik.“Mas?” Raina menyambut dengan raut wajah terkejut. "Kok kamu di sini?"Jovian mendekat dan mengecup keningnya. "Aku mau ngajak kamu makan malam."Sang istri menatap suaminya penuh tanda tanya. "Kerjaan kamu gimana?"Seraya tersenyum dan mengangkat bahu pria itu berkata dengan nada santai, "Lancar, kok." Dia meraih tangan sang istri dan mengecup punggung tangan Raina. "Udah lama kan kita nggak nge-date." Mendengar itu, Raina merasa hatinya melunak. Meskipun keraguan masih menghantui benaknya, sikap lembut Jovian selalu berhasil membuat ia kembali mempercayai pria itu. Toh belum ada info yang pasti mengenai pelaku sabotase. Bisa jadi suaminya tak terlibat sama s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

18. Pertemuan Tak Terduga

Jovian menoleh dan tersenyum ramah. "Ternyata Pak Adrian! Lama tak berjumpa." Raina mempererat cengkeraman pada lengan sang suami. Adrian Sudarmo merupakan salah satu pengusaha besar di bidang entertainment. Namanya sering muncul di media, terutama karena bisnis hiburan dan properti yang tengah berkembang pesat. Mas Jovian mengenal sosok penting itu?“Apa kabar, Pak?” sapa Jovian dengan hangat. "Kapan terakhir kita bertemu ya?"Adrian tertawa. "Rasanya sudah lama sekali. Kapan ya...kayaknya sudah lebih dari dua tahun yang lalu," ucapnya seolah mengenang masa lalu.Sementara itu Vanya tampak terkejut dan bingung. Namun jelas ia tidak ingin membiarkan Jovian merasa di atas angin. Sambil berdeham pelan, wanita itu menyapa sang pemilik perusahaan entertainmen, "Pak Adrian kenal dengan Jovian?" tanya Vanya, mencoba terdengar sopan tapi jelas dengan nada sarkastis. "Oh, tentu saja! Jovian ini banyak membantu saya ketika saya baru memulai karier. Bahkan, dia menyelamatkan saya dar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

19. Pelaku Sabotase

Raina melangkah keluar dari lift dengan napas tertahan, manik cokelatnya menatap ruang kerja di hadapannya dengan penuh keraguan. Dia meremas tali tas laptopnya, jari-jarinya gemetar pelan.Sudah semalaman ia tidak bisa tidur, memikirkan informasi yang ia terima dari Jainitra, asistennya. Segalanya masih mengambang di kepala. Sabotase pipa, tuduhan miring dari Vanya, dan—lebih dari segalanya—keraguan yang bolak balik muncul akan tindak tanduk mencurigakan suaminya.Bagaimana jika apa yang dikatakan kakaknya benar? Bagaimana jika Jovian memang terlibat dalam kekacauan ini?Bagaimanapun Raina sadar dia harus mencari tahu kenyataan, meskipun itu bisa berarti menghancurkan kepercayaan pada orang-orang terdekat. Setelah menarik napas panjang, akhirnya ia melangkah perlahan menuju ruang kerjanya."Selamat pagi Bu Raina," Jainitra segera menyambut dengan senyum ramah, menyadari wajah sang atasan tampak lebih lelah dari biasa.Raina hanya mengangguk singkat, menelan perasaan gugup yang membunc
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

20. Alamat Pada Kalender

Sang cucu menatap lurus ke arah Kakek. "Pelaku adalah mantan karyawan yang merasa diperlakukan tidak adil. Kalau kita terlalu keras dan kasus ini sampai ke media, kita tidak tahu cerita apa yang dia dikarang untuk menyerang perusahaan," tuturnya sambil menyerahkan laporan yang telah ia susun bersama asisten. "Kita bisa dianggap menekan rakyat kecil, dan itu malah akan menghancurkan reputasi kita." Kakek mengangguk pelan, tampaknya setuju. "Baiklah, kamu urus ini dengan hati-hati. Ingat, jangan mengecewakan Kakek lagi."Raina merasa sedikit lega mendengar persetujuan Kakek, tapi sebelum dia bisa merasakan kemenangan sepenuhnya, sang Dewan Komisaris melanjutkan. "Oh, dan satu lagi. Aku ingin kalian bertiga—Raina, Vanya, dan Nita—memimpin program sosial perusahaan kita."Tatapan Raina melompat ke arah Vanya yang tampak terkejut, dan tentu saja, tidak senang."Kakek, maksudnya Raina ikut dalam kegiatan sosial ini?" tanya sang kakak dengan nada protes yang jelas tidak bisa disembunyikan."
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status