Share

11. Ganjil

Penulis: Ayria
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-18 19:30:30
"Mas Jovian? Kok bisa di sini?" seru Raina, setengah berlari menghampiri suaminya.

Jovian hanya tersenyum samar, matanya berbinar meski tampak lelah. "Kan kamu bilang ada masalah di site, ini aku bawa pompa yang dibutuhkan," jawabnya singkat, seolah hal itu adalah hal paling biasa di dunia.

Dengan datangnya pompa air yang ditunggu-tunggu, kebocoran di lokasi konstruksi akhirnya bisa segera diatasi. Pompa besar itu mulai mengisap air yang meluap, mengeringkan genangan dengan cepat.

Para pekerja bergegas mengatur peralatan, memindahkan material yang terendam air, dan menghitung ulang kerugian yang mungkin terjadi. Meski banyak material yang tak lagi bisa digunakan, ada perasaan lega di antara mereka karena situasi yang tampak suram ini mulai terkendali.

Raina berdiri di dekat suaminya, mengamati para pekerja yang tampak sibuk. "Mas, kok bisa dapatin pompa airnya? Mbak Vanya aja sampai kewalahan," selidiknya, masih sedikit bingung.

Jovian tersenyum tipis, wajahnya tenang seperti biasa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   12. Sabotase

    Vanya, yang sudah lebih dulu berada di ruangan sang Kakek, menyeringai puas dengan tangan terlipat di dada. Ada kilatan kemenangan di matanya, seolah menunggu Raina tiba di tengah badai amarah sang Kakek.Kakek menghela napas panjang, punggungnya terhenyak ke sandaran sofa kulit megah. Dengan dahi berkerut, menandakan kekecewaan dan kemarahan yang mendalam."Kakek dengar ada kebocoran pipa di site," suara Kakek berat, nyaris terdengar seperti geraman.Raina mengangguk. Ia tahu ini bukan percakapan yang akan berakhir baik. "Ada beberapa material yang rusak, tapi karena kebocoran bisa langsung diatasi sorenya, kerugian tidak terlalu besar. Untungnya Mas Jovian bisa bantu nemuin pompa air buat nguras," jelasnya, menekankan bagaimana bantuan suaminya telah mempercepat penanganan.Namun, Kakek mengibaskan tangannya dalam gerakan tegas dan tak sabar. "Kakek sudah baca laporan Vanya tadi pagi. Apa sebelumnya kamu nggak melakukan pengecekan ulang? Kamu tahu seberapa besar dampaknya berita ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   13. Jejak Vanya

    Sang kakak tertawa kecil, dengan nada dingin dan menghina. "Jangan konyol, Raina. Buat apa aku sabotase proyek yang akan jadi milikku?" balasnya, melepas cengkeraman Raina dengan gerakan tegas.Raina terdiam, hatinya masih penuh dengan kegundahan. Saat ia berpaling untuk keluar dari ruangan, Nita mendekat dan berbisik pelan di telinganya, "Kamu memang selalu bikin masalah, ya? Harusnya dari awal kamu tahu diri soal posisimu di perusahaan ini, juga di keluarga Hartanto."Tanpa menghiraukan perkataan sang kakak, Raina berjalan cepat keluar dari ruangan Kakek. Langkahnya terburu-buru menyeberangi lorong panjang dipenuhi dengan dekorasi marmer dan ornamen klasik. Hatinya diliputi kekesalan tanpa dapat ia sembunyikan. Wanita itu menolak untuk percaya bahwa kakaknya tidak ada sangkut paut sama sekali dengan kejadian ini."Bu Raina, Ibu nggak apa-apa?" nada khawatir terdengar dari sisinya.Pas banget!Tanpa menjawab pertanyaan sang asisten, Raina menarik wanita tersebut. "Jai, ikut saya," tit

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   14. Mencari Bukti

    Tepat ketika dia melewati pintu, suara ketus kakaknya menyapa.Raina berbalik, mencoba terlihat tenang meski tubuhnya menegang. Kakaknya berdiri di sana, dengan tatapan sinis menelusuri wajah Raina."Ruangan kamu kan di lantai 3," lanjut Vanya ketus.Sambil melirik kantornya, Vanya mencibir. "Apa kamu diam-diam masuk ke ruanganku? Nggak sopan kamu, Ray."Berusaha berpikir cepat, Raina memutar otaknya. "Nuduh aja kamu, Mbak. Ini aku nyariin Jai, dia daritadi nggak ada di meja," kilah sang adik sambil menoleh ke arah Jainitra yang masih berbincang dengan sekretaris Vanya. "Ternyata ngobrol di sini," ia berpura-pura kesal pada asistennya."Maaf, Bu," Jainitra buru-buru menimpali dengan suara rendah, seolah merasa bersalah.Setelah beberapa saat menatap sang adik dengan curiga, Vanya mendengus sambil mengibaskan tangan. "Ya udah. Balik sana. Aku tuh sibuk. Kamu tau sendiri kan, aku harus ngurusin masalah yang kamu buat," ejeknya.Meski geram, Raina menahan lidah agar tidak meledak di depan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   15. Pesan Mencurigakan

    Raina terhuyung mundur, punggungnya membentur lemari ketika mendengar suara panggilan dari pintu. Tubuhnya membeku, jantungnya berdegup kencang. Ia pikir itu Vanya yang akan menemukannya.Namun, bukan suara wanita yang kemudian terdengar. "Ray, kamu nggak apa-apa?" Tama buru-buru masuk dengan langkah panjang, wajahnya khawatir. Dia segera meraih tangan Raina, memeriksa dahi adiknya yang sedikit memerah karena terantuk."Lagian, kamu ngapain di sini? Ini kan kamar Vanya? Kalau dia tahu kamu ada di sini, nanti kamu kena omel lagi!" cecarnya tanpa memberi Raina kesempatan untuk menjawab.Buru-buru Raina membungkam mulut sang kakak dengan tangan. Mendekatkan telunjuk ke bibirnya, serta melirik cepat ke arah pintu yang terbuka. Napasnya terhenti, memastikan tak ada suara langkah mendekat. Namun hanya hening yang menyapa. Wanita itu menghela napas lega.Tak bisa melanjutkan investigasinya, sang adik lalu menarik tangan Tama, menyeretnya keluar dari kamar Vanya. Tidak ada waktu lagi untuk mel

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   16. Gosip Kantor

    Raina duduk di ruang kerja dengan pandangan kosong menatap dokumen-dokumen yang berserakan di mejanya. Hatinya masih bergejolak setelah pertemuannya dengan Kakek dan Vanya. Ditambah dengan pesan misterius yang tak sengaja ia intip di ponsel Jovian.Kepalanya terasa berat memikirkan masalah demi masalah yang muncul di hadapan. Dia mencoba fokus, namun suara-suara di luar ruangan mulai mengganggu konsentrasinya. Bisik-bisik dan tawa kecil yang terdengar samar dari balik pintu sedikit terbuka.Raina berdiri dan mendekatkan diri ke pintu. Perlahan, dia membuka pintu sedikit lebih lebar dan mendengar percakapan beberapa staf yang sedang berkumpul di pojok lorong.“Aku sih nggak heran kalau akhirnya Bu Vanya yang akan memimpin perusahaan,” ucap seorang pria dengan nada rendah tapi jelas terdengar sombong. “Lihat saja, selama ini Bu Vanya yang selalu dapat proyek-proyek besar. Kalau Bu Raina? Cuma numpang nama besar keluarga.”Seorang wanita lain menimpali sambil terkikik, "Iya, lagian Bu Van

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   17. Kencan

    "Sepertinya istriku sibuk sekali," suara khas sang suami menyapanya.Terkejut, Raina mendapati Jovian berdiri di ambang pintu, tersenyum lembut. Pria itu tampak lebih bugar akhir-akhir ini, kakinya sudah tidak terlihat lemah. Sejak rajin menjalani terapi, kondisi Jovian memang semakin hari semakin membaik.“Mas?” Raina menyambut dengan raut wajah terkejut. "Kok kamu di sini?"Jovian mendekat dan mengecup keningnya. "Aku mau ngajak kamu makan malam."Sang istri menatap suaminya penuh tanda tanya. "Kerjaan kamu gimana?"Seraya tersenyum dan mengangkat bahu pria itu berkata dengan nada santai, "Lancar, kok." Dia meraih tangan sang istri dan mengecup punggung tangan Raina. "Udah lama kan kita nggak nge-date." Mendengar itu, Raina merasa hatinya melunak. Meskipun keraguan masih menghantui benaknya, sikap lembut Jovian selalu berhasil membuat ia kembali mempercayai pria itu. Toh belum ada info yang pasti mengenai pelaku sabotase. Bisa jadi suaminya tak terlibat sama s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   18. Pertemuan Tak Terduga

    Jovian menoleh dan tersenyum ramah. "Ternyata Pak Adrian! Lama tak berjumpa." Raina mempererat cengkeraman pada lengan sang suami. Adrian Sudarmo merupakan salah satu pengusaha besar di bidang entertainment. Namanya sering muncul di media, terutama karena bisnis hiburan dan properti yang tengah berkembang pesat. Mas Jovian mengenal sosok penting itu?“Apa kabar, Pak?” sapa Jovian dengan hangat. "Kapan terakhir kita bertemu ya?"Adrian tertawa. "Rasanya sudah lama sekali. Kapan ya...kayaknya sudah lebih dari dua tahun yang lalu," ucapnya seolah mengenang masa lalu.Sementara itu Vanya tampak terkejut dan bingung. Namun jelas ia tidak ingin membiarkan Jovian merasa di atas angin. Sambil berdeham pelan, wanita itu menyapa sang pemilik perusahaan entertainmen, "Pak Adrian kenal dengan Jovian?" tanya Vanya, mencoba terdengar sopan tapi jelas dengan nada sarkastis. "Oh, tentu saja! Jovian ini banyak membantu saya ketika saya baru memulai karier. Bahkan, dia menyelamatkan saya dar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   19. Pelaku Sabotase

    Raina melangkah keluar dari lift dengan napas tertahan, manik cokelatnya menatap ruang kerja di hadapannya dengan penuh keraguan. Dia meremas tali tas laptopnya, jari-jarinya gemetar pelan.Sudah semalaman ia tidak bisa tidur, memikirkan informasi yang ia terima dari Jainitra, asistennya. Segalanya masih mengambang di kepala. Sabotase pipa, tuduhan miring dari Vanya, dan—lebih dari segalanya—keraguan yang bolak balik muncul akan tindak tanduk mencurigakan suaminya.Bagaimana jika apa yang dikatakan kakaknya benar? Bagaimana jika Jovian memang terlibat dalam kekacauan ini?Bagaimanapun Raina sadar dia harus mencari tahu kenyataan, meskipun itu bisa berarti menghancurkan kepercayaan pada orang-orang terdekat. Setelah menarik napas panjang, akhirnya ia melangkah perlahan menuju ruang kerjanya."Selamat pagi Bu Raina," Jainitra segera menyambut dengan senyum ramah, menyadari wajah sang atasan tampak lebih lelah dari biasa.Raina hanya mengangguk singkat, menelan perasaan gugup yang membunc

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19

Bab terbaru

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   108. Kisah Jovian - Terjebak

    Semenjak malam-malam kelam dipenuhi oleh rasa bersalah yang menghantui pikirannya, Jovian mulai mempertimbangkan untuk menghentikan rencana balas dendamnya.Namun, perasaan itu menghimpit seperti kabut tebal—tak memberi ruang untuk napas. Tidak tenang, itu pasti. Tapi, bahkan jika ia ingin berhenti sekarang, apakah itu mungkin?Pria itu sudah kadung basah. Rencana ini bukan lagi sekadar tentang dirinya. Terlalu banyak yang ia seret ke dalam jalan gelap ini.“Kita tidak bisa tiba-tiba menghentikan rencana ini!” Suara serak seorang pria bertopi hitam memecah udara di ruang kecil itu. Matanya membelalak penuh amarah, tangannya mengepal kuat hingga urat-uratnya terlihat menonjol.“Kamu yang membujuk kami untuk melakukan ini, Jovian!” timpal seorang wanita paruh baya, wajahnya merah padam. Bibirnya bergetar,

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   107. Kisah Jovian - Janji

    Kegelapan mengepung Jovian.Sejauh apa pun pria itu melangkah, hanya ada bayang-bayang hitam pekat yang mengikuti. Tak ada arah. Tak ada ujung. Hanya ketiadaan yang menyesakkan.Maniknya bergerak panik, mencari sesuatu, apa saja, yang bisa membantunya keluar dari kehampaan ini.Hingga akhirnya ia menangkap seberkas cahaya redup di kejauhan. Seperti lilin kecil yang berusaha bertahan di tengah badai. Dengan napas terengah, Jovian tertatih menghampirinya. Namun langkahnya mendadak terhenti ketika sesuatu mencengkeram pergelangan kakinya.Terkesiap, ia menoleh. Di sana, sosok sang ayah, Haris, duduk bersimpuh di atas tanah yang retak dan kering. Jemari kurus pria itu mencengkeram celana Jovian dengan erat, seperti seseorang yang tengah tenggelam memohon pertolongan. Mata lelaki itu sayu, tapi penuh dengan harapan yang menyakitk

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   106. Kisah Jovian - Bencana

    “Sial!”Jovian menggebrak meja kayu di depannya, membuat tumpukan kertas serta kotak alat tulis di atasnya bergetar, nyaris terjatuh. Napasnya memburu, dada naik turun seolah tak mampu menahan luapan emosi yang bergolak di dalam diri. Pikirannya terus berputar, mengutuk dirinya sendiri.Rencananya sederhana—atau setidaknya itulah yang ia pikirkan. Ia hanya akan memantau gerak-gerik Ambar dari kejauhan. Lalu, ketika wanita itu bertindak ceroboh dan mencoba mencelakai Lilis, Jovian akan muncul sebagai penyelamat. Semudah itu, seperti pahlawan dalam cerita.Ia ingin membuat Bram, pewaris Hartanto Global Venture, berhutang budi padanya. ‘Dan pada waktunya,’ pikir Jovian, ‘Bram dan juga Adi akan membayar harga yang lebih mahal daripada sekadar penolakan mereka terhadap ayahku.’

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   105. Kisah Jovian - Sesuai Rencana

    Hujan deras mengguyur kota malam itu, membawa bau tanah basah yang samar menyusup ke dalam hidung Jovian. Dia berdiri di tepi jembatan tua, memandangi sungai yang mengalir deras di bawahnya.Tetesan air menetes dari ujung jaket hoodie-nya, jatuh ke aspal basah. Tangannya menggenggam erat ponsel kecil sekali pakai yang ia siapkan untuk mengerjakan misi rahasia.“Bahkan nggak ada satu minggu,” gumamnya sambil menyeringai.Deretan angka asing di layar gawai mulai berkedip—dering pertama, kedua, ketiga. Ia tahu siapa yang menghubungi. Jemarinya bergerak lambat, mengangkat panggilan.“Dari mana kamu mendapatkan informasi dalam amplop itu?” Suara seorang wanita terdengar dari seberang, tajam dan penuh emosi. Bahkan tanpa ucapan salam, nada Ambar sudah cukup untuk membuat sang pria puas.

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   104. Kisah Jovian - Keluarga ‘Lain’

    Kendaraan yang diikuti akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang terlihat sederhana. Jovian segera memperlambat laju motornya, mematikan mesin tanpa suara. Ia menghentikan kendaraannya di sudut yang gelap, cukup jauh agar tak mencurigakan, namun masih dapat melihat dengan jelas.“Jemput saya dua hari lagi. Saya tidak ingin diganggu saat ada di sini.”Samar-samar pria muda itu mendengar arahan Bram pada supirnya, di sela gemerisik angin yang membawa aroma embun malam. Suara itu terdengar lebih lembut dibanding di ruang naratetama tadi, seperti seseorang yang mendadak meninggalkan semua atribut kekuasaan setelah sampai di rumah. Lalu pria paruh baya itu membuka gerbang besi bercelah dengan hati-hati, seolah takut mengganggu keheningan malam yang pekat.Sang pria muda memperhatikan dengan seksama. Rumah itu berbeda dari bayangan masa lalu yang terekam kuat di

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   103. Kisah Jovian - Jangan Bicara Sembarangan

    Ditengah-tengah percakapan Jovian menaruh minuman limun milik Bram di atas meja lalu kembali ke tempatnya di balik bar kecil ruang naratetama.Manik Bram mendelik., menatap sang kawan dengan tajam. “Jangan berbicara sembarangan. Tentu saja Tama anakku. Apa kamu tidak lihat matanya yang sangat mirip dengan milikku!” geramnya.Gelak tawa Krisna memenuhi ruangan. “Santai saja, aku cuma bercanda. Semua orang tahu betapa Ambar terobsesi menunjukkan keharmonisan keluarganya. Mana mungkin dia berselingkuh.”Jovian, yang kembali menyajikan limun untuk Bram, menangkap ketegangan di wajah pria itu. Sebuah ekspresi yang sangat kecil, hampir tak terlihat, namun cukup untuk menandakan ada sesuatu yang salah. Dia menaruh gelas di meja dengan gerakan tenang, lalu kembali ke tempatnya di balik bar.Pria muda itu kini semakin lihai menyembunyikan emosi. Dia be

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   102. Kisah Jovian - Tamu Naratetama

    “Ayolah, Bram, kaku sekali kamu.” Seorang pria paruh baya berpostur besar merangkul temannya, menariknya dengan santai menuju ruang naratetama. Wajahnya penuh senyum lebar yang menyiratkan keakraban.“Sudah kubilang, aku tidak nyaman di tempat seperti ini,” sahut Bram, pria berkacamata yang berjalan ragu di sebelahnya. Ada garis-garis ketegangan di wajahnya, kontras dengan cara santai kawannya.“Terlalu banyak aturan hidupmu itu,” jawab si pria berjas abu-abu dengan nada bercanda, menepuk bahu Bram. “Kita hanya akan membahas bisnis, kok.”Nama ‘Bram’ itu bergaung di telinga Jovian. Familiar. Namun pemuda itu tetap memasang senyum tipis di wajah, menyambut mereka dengan sopan. “Selamat malam, Pak Krisna, Pak Bram. Selamat datang,” sapanya sambil sedikit membungkuk.

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   101. Kisah Jovian - Tekad

    Pria bercincin itu tiba-tiba mendekatkan tubuhnya ke arah pria mata keranjang, senyumnya samar tapi penuh misteri. “Aku dengar mereka pernah menjebak satu perusahaan dalam kasus korupsi besar-besaran,” katanya, suaranya kini lebih rendah, hampir seperti bisikan.Jovian, yang tengah sibuk memindahkan potongan keju dan daging ke atas piring, menegang tanpa terlihat. Tangannya tetap cekatan, tapi ia memastikan piring itu tidak gemetar saat diletakkan di meja. Wajahnya datar, persis seperti topeng yang selama ini ia kuasai. Meski begitu, telinganya tak melewatkan satu kata pun dari percakapan mereka.“Perusahaan yang dijebak itu…” Pria bercincin sengaja membuat jeda panjang, seakan menunggu perhatian sepenuhnya dari lawan bicaranya. Jemarinya memainkan cerutu sebelum ia melanjutkan. “Kabarnya mereka sampai bangkrut. Bahkan pemilik

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   100. Kisah Jovian - Kesempatan Baru

    “Anak muda…” Sebuah tepukan tiba-tiba mendarat di pundaknya.Jovian menoleh cepat, mendapati pria tambun dengan jas mahal yang tadi memintanya melayani tamu naratetama. Senyum pria itu masih sama, hangat tapi sarat intrik, seperti seorang penjudi yang baru saja memenangkan taruhan besar.“Kamu sudah mendengar banyak hal malam ini,” ujarnya pelan, hampir seperti bisikan. Sorot matanya menelusuri wajah Jovian, mencari jawaban di balik ekspresi tenangnya.Tubuh Jovian seolah membeku. Pernyataan itu menggantung di udara, seperti perangkap tak kasatmata yang siap menjeratnya.Tamu itu kembali terkekeh, suara tawanya serak dan sedikit berat. Sudah berjam-jam Jovian mendengar tawa itu, namun kali ini, ada sesuatu yang membuatnya semakin tak nyaman. Si pria muda menahan dorongan untuk bergeser menjauh.

DMCA.com Protection Status