Share

14. Mencari Bukti

Author: Ayria
last update Last Updated: 2024-10-19 17:00:55
Tepat ketika dia melewati pintu, suara ketus kakaknya menyapa.

Raina berbalik, mencoba terlihat tenang meski tubuhnya menegang. Kakaknya berdiri di sana, dengan tatapan sinis menelusuri wajah Raina.

"Ruangan kamu kan di lantai 3," lanjut Vanya ketus.

Sambil melirik kantornya, Vanya mencibir. "Apa kamu diam-diam masuk ke ruanganku? Nggak sopan kamu, Ray."

Berusaha berpikir cepat, Raina memutar otaknya. "Nuduh aja kamu, Mbak. Ini aku nyariin Jai, dia daritadi nggak ada di meja," kilah sang adik sambil menoleh ke arah Jainitra yang masih berbincang dengan sekretaris Vanya. "Ternyata ngobrol di sini," ia berpura-pura kesal pada asistennya.

"Maaf, Bu," Jainitra buru-buru menimpali dengan suara rendah, seolah merasa bersalah.

Setelah beberapa saat menatap sang adik dengan curiga, Vanya mendengus sambil mengibaskan tangan. "Ya udah. Balik sana. Aku tuh sibuk. Kamu tau sendiri kan, aku harus ngurusin masalah yang kamu buat," ejeknya.

Meski geram, Raina menahan lidah agar tidak meledak di depan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   15. Pesan Mencurigakan

    Raina terhuyung mundur, punggungnya membentur lemari ketika mendengar suara panggilan dari pintu. Tubuhnya membeku, jantungnya berdegup kencang. Ia pikir itu Vanya yang akan menemukannya.Namun, bukan suara wanita yang kemudian terdengar. "Ray, kamu nggak apa-apa?" Tama buru-buru masuk dengan langkah panjang, wajahnya khawatir. Dia segera meraih tangan Raina, memeriksa dahi adiknya yang sedikit memerah karena terantuk."Lagian, kamu ngapain di sini? Ini kan kamar Vanya? Kalau dia tahu kamu ada di sini, nanti kamu kena omel lagi!" cecarnya tanpa memberi Raina kesempatan untuk menjawab.Buru-buru Raina membungkam mulut sang kakak dengan tangan. Mendekatkan telunjuk ke bibirnya, serta melirik cepat ke arah pintu yang terbuka. Napasnya terhenti, memastikan tak ada suara langkah mendekat. Namun hanya hening yang menyapa. Wanita itu menghela napas lega.Tak bisa melanjutkan investigasinya, sang adik lalu menarik tangan Tama, menyeretnya keluar dari kamar Vanya. Tidak ada waktu lagi untuk mel

    Last Updated : 2024-10-19
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   16. Gosip Kantor

    Raina duduk di ruang kerja dengan pandangan kosong menatap dokumen-dokumen yang berserakan di mejanya. Hatinya masih bergejolak setelah pertemuannya dengan Kakek dan Vanya. Ditambah dengan pesan misterius yang tak sengaja ia intip di ponsel Jovian.Kepalanya terasa berat memikirkan masalah demi masalah yang muncul di hadapan. Dia mencoba fokus, namun suara-suara di luar ruangan mulai mengganggu konsentrasinya. Bisik-bisik dan tawa kecil yang terdengar samar dari balik pintu sedikit terbuka.Raina berdiri dan mendekatkan diri ke pintu. Perlahan, dia membuka pintu sedikit lebih lebar dan mendengar percakapan beberapa staf yang sedang berkumpul di pojok lorong.“Aku sih nggak heran kalau akhirnya Bu Vanya yang akan memimpin perusahaan,” ucap seorang pria dengan nada rendah tapi jelas terdengar sombong. “Lihat saja, selama ini Bu Vanya yang selalu dapat proyek-proyek besar. Kalau Bu Raina? Cuma numpang nama besar keluarga.”Seorang wanita lain menimpali sambil terkikik, "Iya, lagian Bu Van

    Last Updated : 2024-10-19
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   17. Kencan

    "Sepertinya istriku sibuk sekali," suara khas sang suami menyapanya.Terkejut, Raina mendapati Jovian berdiri di ambang pintu, tersenyum lembut. Pria itu tampak lebih bugar akhir-akhir ini, kakinya sudah tidak terlihat lemah. Sejak rajin menjalani terapi, kondisi Jovian memang semakin hari semakin membaik.“Mas?” Raina menyambut dengan raut wajah terkejut. "Kok kamu di sini?"Jovian mendekat dan mengecup keningnya. "Aku mau ngajak kamu makan malam."Sang istri menatap suaminya penuh tanda tanya. "Kerjaan kamu gimana?"Seraya tersenyum dan mengangkat bahu pria itu berkata dengan nada santai, "Lancar, kok." Dia meraih tangan sang istri dan mengecup punggung tangan Raina. "Udah lama kan kita nggak nge-date." Mendengar itu, Raina merasa hatinya melunak. Meskipun keraguan masih menghantui benaknya, sikap lembut Jovian selalu berhasil membuat ia kembali mempercayai pria itu. Toh belum ada info yang pasti mengenai pelaku sabotase. Bisa jadi suaminya tak terlibat sama s

    Last Updated : 2024-10-19
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   18. Pertemuan Tak Terduga

    Jovian menoleh dan tersenyum ramah. "Ternyata Pak Adrian! Lama tak berjumpa." Raina mempererat cengkeraman pada lengan sang suami. Adrian Sudarmo merupakan salah satu pengusaha besar di bidang entertainment. Namanya sering muncul di media, terutama karena bisnis hiburan dan properti yang tengah berkembang pesat. Mas Jovian mengenal sosok penting itu?“Apa kabar, Pak?” sapa Jovian dengan hangat. "Kapan terakhir kita bertemu ya?"Adrian tertawa. "Rasanya sudah lama sekali. Kapan ya...kayaknya sudah lebih dari dua tahun yang lalu," ucapnya seolah mengenang masa lalu.Sementara itu Vanya tampak terkejut dan bingung. Namun jelas ia tidak ingin membiarkan Jovian merasa di atas angin. Sambil berdeham pelan, wanita itu menyapa sang pemilik perusahaan entertainmen, "Pak Adrian kenal dengan Jovian?" tanya Vanya, mencoba terdengar sopan tapi jelas dengan nada sarkastis. "Oh, tentu saja! Jovian ini banyak membantu saya ketika saya baru memulai karier. Bahkan, dia menyelamatkan saya dar

    Last Updated : 2024-10-19
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   19. Pelaku Sabotase

    Raina melangkah keluar dari lift dengan napas tertahan, manik cokelatnya menatap ruang kerja di hadapannya dengan penuh keraguan. Dia meremas tali tas laptopnya, jari-jarinya gemetar pelan.Sudah semalaman ia tidak bisa tidur, memikirkan informasi yang ia terima dari Jainitra, asistennya. Segalanya masih mengambang di kepala. Sabotase pipa, tuduhan miring dari Vanya, dan—lebih dari segalanya—keraguan yang bolak balik muncul akan tindak tanduk mencurigakan suaminya.Bagaimana jika apa yang dikatakan kakaknya benar? Bagaimana jika Jovian memang terlibat dalam kekacauan ini?Bagaimanapun Raina sadar dia harus mencari tahu kenyataan, meskipun itu bisa berarti menghancurkan kepercayaan pada orang-orang terdekat. Setelah menarik napas panjang, akhirnya ia melangkah perlahan menuju ruang kerjanya."Selamat pagi Bu Raina," Jainitra segera menyambut dengan senyum ramah, menyadari wajah sang atasan tampak lebih lelah dari biasa.Raina hanya mengangguk singkat, menelan perasaan gugup yang membunc

    Last Updated : 2024-10-19
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   20. Alamat Pada Kalender

    Sang cucu menatap lurus ke arah Kakek. "Pelaku adalah mantan karyawan yang merasa diperlakukan tidak adil. Kalau kita terlalu keras dan kasus ini sampai ke media, kita tidak tahu cerita apa yang dia dikarang untuk menyerang perusahaan," tuturnya sambil menyerahkan laporan yang telah ia susun bersama asisten. "Kita bisa dianggap menekan rakyat kecil, dan itu malah akan menghancurkan reputasi kita." Kakek mengangguk pelan, tampaknya setuju. "Baiklah, kamu urus ini dengan hati-hati. Ingat, jangan mengecewakan Kakek lagi."Raina merasa sedikit lega mendengar persetujuan Kakek, tapi sebelum dia bisa merasakan kemenangan sepenuhnya, sang Dewan Komisaris melanjutkan. "Oh, dan satu lagi. Aku ingin kalian bertiga—Raina, Vanya, dan Nita—memimpin program sosial perusahaan kita."Tatapan Raina melompat ke arah Vanya yang tampak terkejut, dan tentu saja, tidak senang."Kakek, maksudnya Raina ikut dalam kegiatan sosial ini?" tanya sang kakak dengan nada protes yang jelas tidak bisa disembunyikan."

    Last Updated : 2024-10-19
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   21. Bungkam

    Dengan jantung berdebar, Raina membalikkan badan. Untungnya, sosok yang muncul di hadapan adalah seseorang yang ia kenal baik."Mas Tama," desisnya lega. Namun, ketika dia melirik ke dalam gang, dua pria tadi sudah menghilang entah ke mana. Sang wanita menghela napas, sedikit kecewa pengejarannya berakhir sia-sia."Ray, kamu ngapain di sini?" tanya Tama, suaranya penuh kekhawatiran."Tadi aku makan di restoran dekat sini," balas Raina, mencoba terdengar wajar. "Mas Tama sendiri ngapain?"Sena, sepupu mereka, tiba-tiba muncul dari balik punggung Tama. "Lah, ini kan deket klubnya si Tama," jawab pria itu dengan nada santai, sambil menunjuk ke arah salah satu bangunan yang paling gemerlap di antara deretan toko-toko lain.Bibir Raina membentuk huruf 'O' bulat. Tentu saja, klub malam terkenal milik kakaknya ada di sini. Dia ingat pernah diundang ke pesta pembukaannya dulu.Meskipun Tama adalah cucu laki-laki pertama, Kakek tidak pernah benar-benar melihat potensi dalam dirinya. Setelah Van

    Last Updated : 2024-10-20
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   22. Kegiatan Sosial

    Namun keraguannya sedikit demi sedikit menguap begitu ia sampai di rumah dan menemukan Jovian telah menunggu di teras."Mas, kok di luar?" tanya Raina."Aku nungguin kamu," jawab Jovian dengan senyum lembut. "Biasanya kamu udah pulang jam segini. Aku chat juga nggak dibalas." Tangannya yang hangat mengusap puncak kepala Raina, membuat hati wanita itu mencair sejenak."Tadi diajak makan dulu sama Mas Tama," kilah Raina, mencari alasan. Untungnya dia memang bertemu Tama sehingga bisa menjadikan pria itu sebagai alasan.Sebenarnya kakaknya memaksa untuk mengantar pulang, namun berhubung Raina menyetir mobil sendiri, dia menolak."Yuk masuk. Udah dingin di luar." Jovian menuntunnya masuk dengan sikap lembut, membuat Raina merasa sedikit lebih tenang dan mengikis kecurigaan pada hatinya.Hari-hari berikutnya, setelah kakek memberikan mandat agar dia ikut serta dalam kegiatan sosial yang diadakan oleh perusahaan bersama kakak-kakak tirinya, Raina kembali sibuk dengan berbagai persiapan acara

    Last Updated : 2024-10-20

Latest chapter

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   114. Kisah Jovian - Hanya Kali ini

    Persiapan pernikahan berjalan dengan lancar. Terutama karena memang tak banyak yang harus dipikirkan, mengingat pihak keluarga mempelai wanita menginginkan acara yang sederhana. Akad serta resepsi akan dilakukan sesederhana mungkin, hanya dihadiri oleh keluarga dekat serta beberapa kerabat terpercaya.Jovian menurut, karena baginya, yang terpenting adalah menyusup ke dalam kediaman Hartanto. Hal-hal lain hanyalah formalitas belaka.Namun siang itu, suara rendah sarat akan wibawa menghentikan langkah Jovian, kala pria itu baru menyelesaikan sesi terapinya. Atau yang sebenarnya rapat strategi bersama Saka, Aji dan para petinggi Sindikat Sinara.“Anak muda, bisa kita berbicara sejenak?”Sang pria muda menoleh, mendapati sosok Adi Prakoso Hartanto berdiri tak jauh darinya. Tubuhnya tinggi, tegap, meskipun usia senja telah men

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   113 - Kisah Jovian - Berantakan

    Dengan tertatih-tatih, Jovian menyusuri trotoar, melangkah secepat yang kaki pincangnya sanggup. Tongkat di tangannya mengetuk ritmis di atas permukaan aspal, seolah mengiringi detak jantungnya yang gelisah.Udara malam terasa lebih dingin dari biasanya, menusuk tulang, tapi itu tak sebanding dengan kecemasan yang mencengkeram hatinya. Kata-kata Raina di telepon tadi terus terngiang-ngiang di benaknya.“Mas, tolong datang ke sini. Cepat.”Hanya satu alamat yang disebutkan sebelum sambungan terputus. Terdengar napas berat yang tak biasa dari wanita itu.‘Sial!’ Jovian mengumpat dalam hati. Kenapa ia harus berpura-pura pincang? Kalau saja ia tidak membatasi dirinya dengan cedera palsu ini, mungkin ia sudah sampai lebih cepat. ‘Kenapa juga aku tidak memilih pura-pura cacat tangan saja?’ pikirnya penuh

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   112 - Kisah Jovian - Akal-akalan

    Jovian membuka matanya perlahan, siluet lampu putih menyilaukan penglihatannya. Kepalanya berat, dan tubuhnya terasa kaku, nyeri menusuk-nusuk dari sisi tubuh hingga ke kakinya. Namun pandangannya tak butuh waktu lama untuk menangkap sosok wanita di samping ranjang. Manik kecokelatan yang memancarkan kecemasan itu adalah hal pertama yang ia lihat saat kesadarannya kembali.Raina.Menyipitkan mata, pria itu mencoba memastikan bahwa apa yang ia lihat bukan ilusi. Wanita itu benar-benar ada di sana, duduk di kursi, wajahnya khawatir namun tetap anggun di bawah cahaya lembut lampu ruangan.Jovian langsung menyadari sesuatu—luka kecil di pelipis Raina terlihat sudah mengering, tak ada perban kasat mata lainnya di tubuh wanita itu. Syukurlah, kecelakaan itu tak meninggalkan cedera serius pada dirinya.Namun, sebelum ia sempat memikirkan lebih jauh, s

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   111. Kisah Jovian - Kejadian Menarik

    “Jovian!”Teriakan lantang menggema di lorong rumah sakit, memecah kesunyian malam. Langkah tergesa-gesa dua pria terdengar semakin mendekat. Di ambang pintu unit gawat darurat, Aji dan Saka muncul dengan napas tersengal. Raut wajah mereka campuran antara cemas dan panik.Di ranjang yang tak terlalu lebar, Jovian membuka matanya dengan susah payah. Wajahnya pucat, tubuhnya basah oleh keringat dingin. Namun, seperti biasa, ia mencoba menyembunyikan kelemahannya di balik ekspresi datar yang ia latih bertahun-tahun. Meski kali ini, kelopak matanya yang berat dan bibirnya yang pucat membuat semua itu sia-sia.“Ngapain kalian di sini? Gimana dengan pesta pendiriannya?” tanyanya dengan suara serak dan lemah, berusaha terdengar biasa saja meski kesadarannya nyaris kabur.“Masih sempat mikirin itu?!” bentak Saka, matanya memicing tajam, sorotnya penuh amar

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   110. Kisah Jovian - Laporan Mingguan

    Sebuah amplop cokelat dilempar kasar oleh pria bertubuh kekar dengan jaket hitam. “Ini laporan tentang Raina Asmarani Hartanto minggu ini,” ucap pria tersebut tanpa basa-basi. Nada suaranya terdengar bosan, seolah tugas ini adalah rutinitas yang sudah ia lakukan terlalu sering.Jovian, yang duduk di kursi kerjanya, melirik sekilas amplop itu. Namun sebelum ia sempat bereaksi, Aji, yang kebetulan juga berada di ruangan, langsung menoleh dengan penuh minat. Manik cokelatnya bergerak cepat antara amplop dan pria bertubuh kekar itu, bibirnya terangkat membentuk senyum nakal.“Raina?” tanya Aji, menaikkan satu alisnya dengan nada menggoda. Dia memutar tubuh, memandang ke arah Saka, tangan kanan sang kakak. “Apa maksudnya nih?”Yang ditatap hanya mengedikkan bahu santai sambil melempar tubuhnya ke sofa di sudut ruangan. “Tanya Mas-mu i

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   109 - Kisah Jovian - Pria Mencurigakan

    “Oh,” suara berat pria tambun itu tiba-tiba terdengar, diiringi tawa pendek. “Kamu bartender ruang VVIP yang dulu sering membantuku, kan?” Ucapannya seolah hanya sekadar basa-basi, namun seringai di bibirnya menyiratkan lebih dari itu.Jovian mendongak, meski tubuhnya terasa berat setelah dihantam habis-habisan. Napasnya tersengal, darah mengalir pelan dari sudut bibirnya, namun ia tetap diam. Wajahnya tetap datar.Pria itu tertawa lagi, kali ini lebih keras, seakan menemukan hiburan. “Anak muda, aku tidak menyangka kamu bisa sampai pada titik ini. Bahkan hanya dengan sedikit dorongan dariku.” Dengan santai, pria itu menjentikkan jarinya.Seorang anak buahnya—pria berjaket hitam dengan wajah tanpa ekspresi—bergerak cepat. Dalam sekejap sebuah kursi dilapisi kulit didorong ke arahnya.“Sebagai senior di bidang ini,

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   108. Kisah Jovian - Terjebak

    Semenjak malam-malam kelam dipenuhi oleh rasa bersalah yang menghantui pikirannya, Jovian mulai mempertimbangkan untuk menghentikan rencana balas dendamnya.Namun, perasaan itu menghimpit seperti kabut tebal—tak memberi ruang untuk napas. Tidak tenang, itu pasti. Tapi, bahkan jika ia ingin berhenti sekarang, apakah itu mungkin?Pria itu sudah kadung basah. Rencana ini bukan lagi sekadar tentang dirinya. Terlalu banyak yang ia seret ke dalam jalan gelap ini.“Kita tidak bisa tiba-tiba menghentikan rencana ini!” Suara serak seorang pria bertopi hitam memecah udara di ruang kecil itu. Matanya membelalak penuh amarah, tangannya mengepal kuat hingga urat-uratnya terlihat menonjol.“Kamu yang membujuk kami untuk melakukan ini, Jovian!” timpal seorang wanita paruh baya, wajahnya merah padam. Bibirnya bergetar,

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   107. Kisah Jovian - Janji

    Kegelapan mengepung Jovian.Sejauh apa pun pria itu melangkah, hanya ada bayang-bayang hitam pekat yang mengikuti. Tak ada arah. Tak ada ujung. Hanya ketiadaan yang menyesakkan.Maniknya bergerak panik, mencari sesuatu, apa saja, yang bisa membantunya keluar dari kehampaan ini.Hingga akhirnya ia menangkap seberkas cahaya redup di kejauhan. Seperti lilin kecil yang berusaha bertahan di tengah badai. Dengan napas terengah, Jovian tertatih menghampirinya. Namun langkahnya mendadak terhenti ketika sesuatu mencengkeram pergelangan kakinya.Terkesiap, ia menoleh. Di sana, sosok sang ayah, Haris, duduk bersimpuh di atas tanah yang retak dan kering. Jemari kurus pria itu mencengkeram celana Jovian dengan erat, seperti seseorang yang tengah tenggelam memohon pertolongan. Mata lelaki itu sayu, tapi penuh dengan harapan yang menyakitk

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   106. Kisah Jovian - Bencana

    “Sial!”Jovian menggebrak meja kayu di depannya, membuat tumpukan kertas serta kotak alat tulis di atasnya bergetar, nyaris terjatuh. Napasnya memburu, dada naik turun seolah tak mampu menahan luapan emosi yang bergolak di dalam diri. Pikirannya terus berputar, mengutuk dirinya sendiri.Rencananya sederhana—atau setidaknya itulah yang ia pikirkan. Ia hanya akan memantau gerak-gerik Ambar dari kejauhan. Lalu, ketika wanita itu bertindak ceroboh dan mencoba mencelakai Lilis, Jovian akan muncul sebagai penyelamat. Semudah itu, seperti pahlawan dalam cerita.Ia ingin membuat Bram, pewaris Hartanto Global Venture, berhutang budi padanya. ‘Dan pada waktunya,’ pikir Jovian, ‘Bram dan juga Adi akan membayar harga yang lebih mahal daripada sekadar penolakan mereka terhadap ayahku.’

DMCA.com Protection Status