Share

21. Bungkam

Author: Ayria
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Dengan jantung berdebar, Raina membalikkan badan. Untungnya, sosok yang muncul di hadapan adalah seseorang yang ia kenal baik.

"Mas Tama," desisnya lega. Namun, ketika dia melirik ke dalam gang, dua pria tadi sudah menghilang entah ke mana. Sang wanita menghela napas, sedikit kecewa pengejarannya berakhir sia-sia.

"Ray, kamu ngapain di sini?" tanya Tama, suaranya penuh kekhawatiran.

"Tadi aku makan di restoran dekat sini," balas Raina, mencoba terdengar wajar. "Mas Tama sendiri ngapain?"

Sena, sepupu mereka, tiba-tiba muncul dari balik punggung Tama. "Lah, ini kan deket klubnya si Tama," jawab pria itu dengan nada santai, sambil menunjuk ke arah salah satu bangunan yang paling gemerlap di antara deretan toko-toko lain.

Bibir Raina membentuk huruf 'O' bulat. Tentu saja, klub malam terkenal milik kakaknya ada di sini. Dia ingat pernah diundang ke pesta pembukaannya dulu.

Meskipun Tama adalah cucu laki-laki pertama, Kakek tidak pernah benar-benar melihat potensi dalam dirinya. Setelah Van
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   22. Kegiatan Sosial

    Namun keraguannya sedikit demi sedikit menguap begitu ia sampai di rumah dan menemukan Jovian telah menunggu di teras."Mas, kok di luar?" tanya Raina."Aku nungguin kamu," jawab Jovian dengan senyum lembut. "Biasanya kamu udah pulang jam segini. Aku chat juga nggak dibalas." Tangannya yang hangat mengusap puncak kepala Raina, membuat hati wanita itu mencair sejenak."Tadi diajak makan dulu sama Mas Tama," kilah Raina, mencari alasan. Untungnya dia memang bertemu Tama sehingga bisa menjadikan pria itu sebagai alasan.Sebenarnya kakaknya memaksa untuk mengantar pulang, namun berhubung Raina menyetir mobil sendiri, dia menolak."Yuk masuk. Udah dingin di luar." Jovian menuntunnya masuk dengan sikap lembut, membuat Raina merasa sedikit lebih tenang dan mengikis kecurigaan pada hatinya.Hari-hari berikutnya, setelah kakek memberikan mandat agar dia ikut serta dalam kegiatan sosial yang diadakan oleh perusahaan bersama kakak-kakak tirinya, Raina kembali sibuk dengan berbagai persiapan acara

    Last Updated : 2024-10-29
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   23. Tuduhan Aksa

    Raina merasakan detak jantungnya tak beraturan saat melihat sosok Vanya muncul di ambang pintu. Wajah kakaknya memancarkan kemarahan, berbanding terbalik dengan tawa-tawa palsu yang tadi dilemparnya di depan publik."Ngapain kamu sama Mas Aksa?!" pekik Vanya dengan mata menyalang. Langkahnya berat dan penuh determinasi, menghampiri Raina tanpa menunggu jawaban.Plak!Sebuah tamparan keras melayang di pipi Raina, seketika membuatnya tersentak ke belakang. Rasa perih menyengat menyebar dari pipi, dan dia bisa merasakan darah hangat mulai merembes di sudut bibirnya.Menyadari siapa yang datang, Aksa yang sedari tadi diam, langsung beringsut ke sisi sang tunangan. Wajahnya memucat, seolah mencoba cari celah untuk keluar dari situasi yang baru saja ia ciptakan.Tidak terima di tuduh, sang adik membuka mulut. Mencoba membela diri dengan suara gemetar, "Mbak, Mas Aksa-"Namun ucapan wanita itu dipotong dengan segera oleh Aksa. "Ray, kan aku udah bilang, aku hanya cinta Vanya. Bisa-bisanya kam

    Last Updated : 2024-10-29
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   24. Ular Berbisa

    "Jangan kira semuanya selesai sampai di sini," desis sang kakak, matanya berkilat penuh ancaman. Kuku-kuku panjangnya menusuk kulit Raina.Tanpa berkata apapun, sang adik menepis tangan Vanya lalu melangkah keluar tanpa menoleh lagi. Di luar, ia menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. Dia sudah muak dengan kelakuan sang kakak.Meski ketegangan jelas tersirat di antara saudari, mereka tetap bersikap profesional di hadapan publik dan berhasil menyelesaikan semua rangkaian acara dengan baik.Manik Raina menyapu orang-orang di hadapannya, merasa bosan dengan kalimat penutup yang sedang dituturkan Vanya sebagai ketua proyek. Tatkala ujung matanya menangkap sosok familiar, suasana hatinya langsung berubah.Tidak menunggu sang kakak menyelesaikan pidato, wanita itu menyelinap turun panggung dan berjalan menghampiri figur yang berdiri sedikit jauh dari kerumunan."Mas! Kok di sini?" ucap Raina dengan senyum sumringah."Kebetulan lewat sini, gimana acaranya?" Jovian menyambut sang is

    Last Updated : 2024-10-29
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   25. Masa Lalu Jovian

    Di balik kaca mobil, senja merayap perlahan, mewarnai langit dengan jingga dan semburat keemasan yang memudar seiring waktu. Raina menyusuri jalan dengan kecepatan sedang, namun pikirannya melaju lebih cepat, berkutat dengan prasangka dan kekhawatiran yang tak henti membayanginya. "Ray." Suara Jovian terdengar lembut, berusaha menarik perhatian Raina dari pusaran pikiran yang membelenggunya. Namun sang istri tak merespons. Masih sibuk dengan pergumulan dalam benaknya.Pertemuan mereka sebelum menikah memang tergolong singkat. Sekitar dua tahun silam, sebuah kecelakaan membuat hidup mereka bersinggungan. Raina merasa bersalah karena telah merenggut masa depan pria yang kini duduk di sampingnya. Kaki Jovian cedera parah, dan sejak saat itu, Raina berjanji untuk melakukan apa pun demi kesembuhannya. Dia menawarkan segala fasilitas dan perawatan terbaik untuk pria yang menyelamatkannya.“Ray,” panggil Jovian lagi, suaranya sedikit lebih keras tetapi tetap berlalu begitu saja di telin

    Last Updated : 2024-10-29
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   26. Mas, Tolong Percaya Aku...

    Setibanya di depan gerbang rumah keluarga Hartanto, mereka disambut dengan teriakan keras sang ibu tiri."Ma? Ada apa ini?" Jovian yang tidak mengerti apa-apa tidak terima istrinya dibentak. Pria itu tampak berusaha meredam gejolak emosi, sementara matanya terarah kepada sang mertua, yang terus mengumpat.Namun wanita paruh baya itu tidak memedulikan pertanyaan menantu. “Tanya istri kamu! Kalau dia nggak puas sama suami, jangan godain tunangan kakaknya dong!” Suara Ambar pecah di udara.Sang suami menoleh cepat ke arah Raina, mencari jawaban di matanya. Wajah sang istri memucat, tetapi bibirnya segera bergerak, menolak tuduhan tak berdasar dari keluarganya sendiri. “Bukan gitu, Mas. Tadi Mas Aksa tiba-tiba masuk ruang ganti dan mau nyentuh-nyentuh aku,” jelasnya."Halah! Mas Aksa mana mau sama kamu, Ray! Ngaca dong!" Vanya menyahut penuh amarah. Di sudut pandang Raina, mata kakaknya itu berkilat dengan kebencian yang tak pernah padam sejak mereka masih kecil. Sementara itu, disampingn

    Last Updated : 2024-10-29
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   27. Penjelasan Raina

    Suara yang menggelegar membuat semua orang diam dalam sekejap.Kakek berdiri di ambang pintu dengan wajah penuh kemarahan. Napasnya memburu karena marah, matanya menatap setiap orang di ruangan itu dengan tajam. "Masuk semua ke dalam! Kalian semua mempermalukan martabat Hartanto! Bisa-bisanya bertengkar di depan rumah dan jadi tontonan!"Ambar berusaha menyela, "Ayah—""MASUK!" Kakek menegaskan perintahnya dengan nada yang tak bisa dibantah.Ruang keluarga yang megah terasa begitu sempit oleh ketegangan yang menguar. Dinding-dinding berlapis marmer seolah menambah dinginnya suasana."Ada apa ini sebenarnya?" suara berat Kakek memecah kesunyian. Wajahnya yang tua penuh garis ketegasan menatap satu per satu penghuni ruangan, menunggu jawaban.Cucu wanita tertua langsung angkat bicara. “Ray kegatelan, Kek. Mencoba merayu Mas Aksa,” ucap Vanya penuh kebencian. Tidak ada ruang untuk keraguan di suaranya, seakan ia benar-benar yakin akan tuduhannya.Satu alis Kakek terangkat mendengar tuduha

    Last Updated : 2024-10-29
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   28. Keputusan Kakek

    "Untuk sementara kamu tidak perlu menghadiri acara keluarga," tandas sang sepuh."Kakek!" Raina merasa hatinya teriris. Bagaimana mungkin Kakek lebih mempercayai pria yang baru beberapa bulan dikenal daripada cucunya sendiri?Sementara saudari-saudari serta ibu tirinya tersenyum penuh kemenangan. Melipat tangan di dada dengan congkak.Papa langsung bangkit dari tempat duduknya. "Ayah, Raina bukan anak yang seperti itu!" protesnya, suaranya terdengar memohon. Ia tak terima anak bungsunya dicap sebagai wanita penggoda lelaki orang.Namun, Kakek menggeleng perlahan. "Ini bukan tentang siapa yang benar atau salah, tapi pernikahan Vanya dengan Aksa bukanlah masalah kecil. Itu melibatkan dua perusahaan besar. Kita tidak bisa membiarkan ada skandal yang mengganggu pernikahan ini." Sang sepuh tetap pada pendiriannya. Tampak tak peduli meski keputusannya melukai hati sang cucu.Tanpa berkata apapun, Jovian merengkuh tubuh Raina yang bergetar menahan tangis. Pria itu menariknya berdiri dan menin

    Last Updated : 2024-10-29
  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   29. Hukuman

    Dengan mata tertutup oleh saputangan, indra lainnya seakan menjadi lebih hidup. Sentuhan ringan pada kulitnya serasa menjadi percikan api yang membakar gairah. Suara decitan sofa ketika Jovian bergerak terdengar begitu jelas, membuat jantungnya berdegup lebih kencang.“Mas...” Suara Raina terdengar serak, penuh rengekan yang tak bisa ditahan lagi. Ia mengangkat pinggulnya, merespon setiap rangsangan yang diberikan suaminya, berharap mendapat lebih. Keinginannya memuncak, setiap detik terasa bagai penyiksaan manis yang tak kunjung berakhir.Hanya kekehan yang wanita itu dapat sebagai jawaban. “Nggak boleh, sayang,” jawab Jovian dengan nada rendah, menggema di telinga Raina seperti bisikan yang menyihir. Suara suaminya terdengar lebih jauh, namun tangan kuatnya tetap menahan pinggang Raina, memaksa wanita itu tetap di tempat, tak dapat bergerak lebih jauh.Sang istri menggeliat, merasakan sentuhan lembut namun berkuasa pada kulitnya. Ia masih mencoba melawan, namun sebuah tamparan ringan

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   96. Kisah Jovian - Penolakan

    “Bangsat! Kalau jalan yang bener!” teriakan kasar itu membelah keheningan malam.Jovian tersentak, menunduk dalam-dalam tanpa menatap pria bertato yang berteriak ke arahnya. Tubuhnya terasa lelah, hampir kehabisan tenaga, ia hanya mampu menggumamkan kata maaf pelan sambil berlalu.“Woy! Bocah tengik! Songong kali kau! Main pergi-pergi aja!” seorang pria lain dengan bandana mencengkeram bahunya, kasar, memaksa Jovian berhenti.“Maaf, Bang. Saya buru-buru,” ucap pemuda itu, suaranya serak dan tertekan. Ia melirik jam tangan kesayangan yang terpasang di pergelangan tangan—hadiah terakhir dari ayahnya yang sudah tiada. Waktu hampir menunjukkan pukul dua belas malam. Aji pasti sudah menangis ketakutan di rumah yang gelap.Namun para preman itu tak membiarkannya pergi begitu saja. Salah satu dari mereka mendorong Jovian hingga terjengkang, memaksanya untuk melawan.

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   95. Kisah Jovian - Teman Tapi…

    “Jo, gue pinjem uang dong!” seru seorang siswa berseragam abu-abu.Belum sempat Jovian menjawab, temannya yang lain langsung menyikut lengan si peminjam. “Bego, perusahaan bokapnya udah bangkrut,” bisiknya. Pelan tapi cukup keras hingga terdengar.Siswa yang pertama langsung terkesiap. “Eh, maaf, Jo. Gue nggak tahu,” ucapnya, menangkupkan tangan, berusaha terlihat menyesal, meski senyumnya masih terkesan mengejek.Tanpa menjawab, Jovian bangkit dari kursinya, lalu berjalan keluar kelas dengan langkah yang berat dan kasar, meninggalkan mereka semua di belakang.“Apaan, gitu doang ngambek,” gerutu si peminjam, menyandarkan tubuhnya santai ke kursi.“Jangan gitu, bego! Nyokapnya meninggal gara-gara nggak ada duit buat berobat, terus nggak lama bo

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   94. Kisah Jovian - Ayah… Tidak Mungkin…

    Pria bertubuh besar itu berdiri di depan pintu rumah Haris, wajahnya mengeras dan penuh amarah. Tangan kanannya mengepal, sementara tangan kirinya dengan kasar menampar-nampar buku yang tampaknya berisi catatan utang. Wajahnya sangar, dihiasi dengan kumis tebal dan tatapan yang menakutkan, seperti elang yang sedang menatap mangsanya.“Bayar hutangmu, Pak Tua!” bentak pria itu, suaranya menggema di ruang tamu yang semakin hari semakin tak terurus. Matanya memelototi Haris dengan sorot meremehkan, sementara tubuhnya condong maju, seakan siap menyerang.Ayah Jovian yang berdiri berjarak beberapa langkah, tampak ciut. Pria paruh baya itu mencoba merapatkan kedua tangannya di dada, membungkuk sedikit, menatap lantai dengan wajah penuh kekhawatiran. “S-saya janji akan membayarnya, Pak… tolong beri saya keringanan,” katanya dengan suara bergetar.

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   93. Kisah Jovian - Awal Mula

    Enam belas tahun silam.Jovian menendang kerikil, menghela napas panjang. Bosan menyelimutinya. Terutama setelah lebih dari satu jam Ayahnya meninggalkannya sendirian di tepi jalan, berpesan agar tetap menunggu di mobil. Namun setelah lama duduk diam, sosok pria paruh baya itu tak juga terlihat.“Ayah lama nih,” gumamnya, kembali menendang batu kerikil di dekat kaki.Manik cokelat madu pemuda itu teralihkan ke arah rumah mewah di hadapannya. Halaman luas terbentang dengan kolam renang berair jernih yang memantulkan sinar matahari sore. Pohon-pohon rindang menaungi jalan masuknya, menghadirkan bayangan seperti lengan-lengan yang melambai pelan.Bangunan megah itu membuat mata Jovian berbinar. Tapi tiba-tiba, suara serak yang ia kenali mengusik pemujaannya.“Tolonglah, Pak Adi… saya sudah tidak tahu harus kemana,&r

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   92. Selamat Tinggal

    “Apa kamu senang sekarang?”Suara cibiran memecah lamunan Raina akan pertemuannya dengan kakek beberapa hari lalu. Wanita itu tersentak dan menoleh, mendapati Nita berdiri tak jauh darinya dengan gaun perak berkilauan di bawah cahaya lampu pesta. Pipi sang kakak memerah serta maniknya tampak tak fokus.Entah apa yang kakaknya bicarakan, Raina sedang tak dalam kondisi untuk meladeninya. Dia berencana untuk pergi, tapi Nita mendekat, menghalangi jalannya.“Mau kemana?” Ucap wanita itu dengan senyum sinis di bibir. “Bukankah ini yang kamu inginkan? Kesempatan untuk pamer, bersikap angkuh setelah berhasil menyelesaikan proyek besar Sakala Nusa?” sindirnya sambil menyilangkan tangan di dada.Raina menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Mbak, ini bukan waktu atau tempat yang tepat untuk

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   91. Perjanjian Dengan Kakek

    Kakek melanjutkan perkataannya, seolah berharap sang cucu akan melunak. “Lagipula, sebentar lagi, dengan pembukaan resmi Hotel Sakala yang baru, siapapun tak akan bisa menyangkal kualitasmu sebagai anggota Hartanto.”Raina terdiam sejenak, napasnya tersengal pelan menahan emosi yang bergejolak dalam sanubari. Dengan tangan yang sedikit bergetar, ia meraih tasnya dan mengeluarkan amplop cokelat yang selama ini selalu ia bawa, seolah itu adalah perisai terakhirnya.Tanpa berkata apa pun, ia mengeluarkan isi amplop dan menyusun beberapa lembar dokumen di atas meja.Sambil menyesuaikan posisi kacamatanya, Kakek mencondongkan tubuh. Kemudian mulai menelisik foto-foto serta dokumen-dokumen yang dibawakan oleh sang cucu.Matanya membelalak sejenak, keterkejutan yang jarang sekali ia tunjukkan. “I-ini… darimana kamu mendapatkannya?&r

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   90. Senyum itu…

    “Selamat atas pembukaan hotel barunya.”Suara yang menyapa telinganya bukanlah nada bariton khas Jovian.Raina menelan pahit di ujung lidah. Pikirannya telah sadar sepenuhnya bahwa pria itu adalah sosok berbahaya—seseorang yang tak seharusnya ia dambakan. Namun hatinya masih saja merindukan bayangan suaminya.“Terima kasih, Aji,” ucapnya, mencoba menguasai diri saat menerima uluran tangan dari pria di depannya.CEO TechNova itu menatap wanita itu dengan mata yang tajam, senyum tipis terpatri di bibirnya, tampak memancarkan ketenangan. “Omong-omong,” manik Aji melirik ke samping, seolah mencari-cari sosok lain. “Di mana suamimu?”Mendengar pertanyaan itu, sang wanita mendengus kecil, nyaris tak terdengar. Meski Jovian tak melakukan sesuatu seca

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   89. Pesta Pembukaan Hotel

    “Selamat atas pembukaan hotel Sakala cabang baru, Bu Vanya, Bu Raina! Saya tidak sabar melihat bagaimana hotel ini berkembang ke depannya,” sahut seorang pria berjas biru tua, sambil menjabat tangan Raina dan Vanya secara bergantian. Senyumnya ramah, namun sorot matanya penuh harapan pada kesuksesan investasi barunya.Akhirnya, pesta pembukaan Hotel Sakala yang ditunggu-tunggu telah tiba.Dengan senyum tipis, Raina membalas ucapan sang investor. “Kami sangat menghargai kehadiran Anda di acara ini, Pak. Semoga malam ini menjadi malam menyenangkan dan penuh makna bagi kita semua,” ucapnya sopan, berusaha tetap tenang di tengah perasaan yang berkecamuk.Di sampingnya, Papa berdiri berdampingan dengan Ambar. Setiap kali Raina mencuri pandang ke arah mereka, hatinya menggelegak, namun mati-matian ia menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang menco

  • Identitas Tersembunyi Suami Cacat   88. Mimpi Buruk Tak Berkesudahan

    “Sepertinya, ada alasan lain kenapa Jovian menikahimu,” suara Tama terdengar rendah, nyaris seperti bisikan di tengah keheningan.Raina terdiam, tangan yang memegang ponsel terasa dingin. “A-apa maksudmu, Mas?” bisiknya dengan gugup.“Anak buahku mendengar desas-desus tentang Sindikat Sinara,” Sang kakak melanjutkan, suaranya terdengar semakin dalam, seolah menggema langsung di dalam kepala Raina. “Organisasi itu tidak hanya sekadar mengelola informasi. Mereka mengincar grup-grup besar, mendekati target mereka dan membuatnya percaya, mengorek semua rahasia yang dibutuhkan. Dan ketika waktunya tiba… mereka menghancurkan target tanpa ampun.”Tenggorak sang adik tercekat. Seperti ada batu besar yang menyangkut di sana. Matanya membelalak kosong ke arah dinding kamarnya, tapi pikirannya bising, mencoba mencerna semua yang baru saja didengar.

DMCA.com Protection Status