All Chapters of DIPAKSA JADI JODOH: Chapter 11 - Chapter 20

23 Chapters

Muak

“Hari ini, kamu hampir membunuh saya sebanyak dua kali, Hania!” serbu Kenan yang sedang sambil mengacungkan dua jarinya ke depan wajah Hania.Perempuan itu langsung menarik mundur kepalanya. “Salah Pak Kenan sendiri. Saya cuma bela diri takut diapa-apain sama Pak Kenan!”“Saya ini sudah menjadi suami kamu! Mau saya apa-apakan, harusnya kamu tidak perlu bertindak berlebihan! Kita sudah membuat kesepakatan, kan?”“Kesepakatan sih kesepakatan. Biar Pak Kenan tahu, meskipun sudah menjadi suami saya, saya sebagai istri punya kewajiban juga untuk membela diri dari kelakuan suami yang merugikan.”“Merugikan katamu? Mengorbankan lengan saya jadi sandaran kepala kamu itu merugikan siapa? Kepala saya barusan kamu bentur keras juga merugikan siapa? Saya atau kamu?”“Daripada saya kena sial, mending saya bela diri dong. Apalagi barusan Pak Kenan lagi mabuk. Masa iya saya diem-diem aja kayak orang bego, kan? Saya bela diri lah! Kalau soal tangan Pak Kenan tadi yah … itu … yah ….”“Yah-itu-yah-itu
Read more

Suka-suka

“Hania, buat reservasi di Restoran A malam ini! Saya ada acara makan malam dengan pacar saya.”“Hania, belikan bunga dan kirimkan atas nama saya ke pacar saya.”“Hania, belikan sebuah tas merk Hermes dan kirimkan pada perempuan jalang itu. Jangan lupa buat catatan kecil yang isinya KITA PUTUS.”“Hania, pesankan tiket untuk pacar baru saya!”“Hania, pesankan kamar di Hotel B untuk pacar saya.”“Hania, carikan mobil merk A dan kirimkan ke pacar saya. Sekarang! Buatkan catatan kecil DASAR JALANG!”“Hania! Pesankan! Buatkan! Kirimkan! Belikan!”Hania menggelengkan kepalanya setelah beberapa ingatan itu hinggap di kepalanya. Ingatan kecil tentang segala perintah Kenan yang pernah ia lakukan untuk pacar-pacarnya. Mengosongkan sebuah Restoran seperti sekarang? Tentu saja hal biasa. Kalau mau, mungkin Kenan bisa mengosongkan Vila ini dan seluruh isinya. Untung saja tidak karena jika iya, maka saat itu mungkin Kenan sedang dalam keadaan gila!“Ayo makan! Jangan sampai perut kamu itu berbunyi
Read more

Kesel

“Pak Kenan gila?!”Hania segera melepaskan tangannya dari genggaman Kenan. Ia langsung mengambil langkah mundur, menjaga jarak dari laki-laki yang begitu berbahaya. Ada saja gebrakan aneh yang dibuat oleh laki-laki itu untuk membuat Hania mengumpatinya.Jangan salahkan Hania. Ini semua karena perilaku gila suaminya ini! Ya! Suami gila!Baru sehari menyandang jadi istri Kenan, Hania sudah merasa ingin segera bercerai saja.“Kamu tuh yah! Apa tidak bisa menghentikan kebiasaan buruk dengan mengatai saya gila? Huh! Sekarang ini saya sudah menjadi suami kamu. Harusnya kamu tahu cara memperlakukan suami kamu dengan benar itu seperti apa?”“Hah! Pak Kenan itu justru harusnya diperlakukan kayak gini. Apa Pak Kenan gak bisa bersikap kayak manusia normal gitu? Semenit aja. Atau kayaknya emang lebih enak kalau kita jaga jarak deh, Pak. Kayak tadi. Pak Kenan kemana, saya di mana. Jauhan gitu! Masing-masing aja. Biar pernikahan kontrak kita ini bisa bertahan agak lamaan. Soalnya baru sehari aja, s
Read more

Ibu

“Aaarrrggghhh!!!”Hania seketika berteriak mendapati Kenan tengah memelototinya sesaat setelah ia membuka mata. Terkejut bukan main!“Tidak perlu berteriak.” Kenan bicara dengan santai. “Lebih baik kamu segera bangun dan cepat lepaskan tangan saya sekarang juga.”Sejenak Hania tertegun setelah mendengar perkataan Kenan. Matanya mulai mengedar, spontan matanya membeliak ketika mendapati dua tangannya begitu erat menggenggam tangan laki-laki itu. Hania seketika bangkit sambil menepis tangan Kenan. “Pak Kenan mau ngapain lagi sih?!” ketus Hania. Kenan tak menggubris. Ia malah sibuk memijit tangannya yang baru saja ditepis Hania.“Saya baru saja membantu kamu agar bisa tidur dengan tenang semalaman. Tidak ada kata terima kasih?” sengit Kenan.“Maksudnya?”“Ah, benar. Saya tebak, mantan kamu pasti tidak tahu kebiasaan tidur kamu seperti apa?”“Apaan sih, Pak?”“Ah, benar juga. Kamu tak mungkin tidur dengannya.” Kenan beringsut merebahkan diri sambil menarik selimut. “Jadi, kalau kamu be
Read more

Trauma

Suara tangisan menggema di tengah rumahnya kala itu. Hania berjalan dikerumunan dengan tubuh kecilnya. Matanya mengedar ke sekeliling dengang raut bingung. Ada wajah-wajah yang dikenalnya tampak menangis, entah menangisi apa.Tubuh Hania pasrah ketika seseorang menariknya, menundukkan tubuhnya hingga terduduk di depan sesuatu yang tertutupi kain cokelat bercorak. Kerumunan menjadikannya pusat perhatian.“Wanti ….”“Mbak Wanti ….”Terdengar orang-orang memanggil nama Ibunya sambil melihat ke arah sesuatu yang tertutupi kain itu yang entah apa. Hania berusaha memaknai situasi. Matanya ikut tertuju di sana juga. Cukup lama.Sampai tiba-tiba tubuhnya bergerak tanpa ia sadari. Rasa penasaran yang bertumpuk menggerogoti sekujur tubuhnya. Tubuhnya perlahan mendekati sesuatu itu. Tangannya spontan menyingkap sebagian kain itu sampai muncullah wajah Ibunya yang wajahnya penuh dengan luka-luka tak berdarah. “I–ibu–” Kerongkongan Hania rasanya tercekat saat mengatakan kata itu. Tangannya perla
Read more

Kecelakaan

Kenan mengekori Hania yang tiba-tiba sibuk mengemasi kopernya. Caranya menjejalkan barang-barang ke dalam koper asal-asalan membuat Kenan keheranan sendiri. Perempuan itu bertingkah seperti orang yang sedang bersiap melarikan diri dari sebuah bencana.“Ada apa ini sebenarnya, Nia?”“Saya harus pulang, Pak!” tegas Hania. “Tapi kenapa? Ada masalah?”Hania tak menggubris. Ia melangkah cepat ke setiap sudut ruangan, mengambil barang-barangnya yang kemudian ia masukkan ke dalam tas.“Saya harus pulang. Saya harus ke Jakarta sekarang jua, Pak!”“Nia … kamu belum menjawab pertanyaan saya. Ada apa? Kenapa kita harus pulang sekarang? Ada masalah apa?”“Aku harus pulang.” Hania bergumam sendiri. “Tiket! Aku harus pesen tiket dulu!” Hania duduk di bibir ranjang, memegang ponselnya dengan tangan gemetaran. Kini ia memilih mengabaikan Kenan dengan sibuk berbicara sendiri. “Aku harus pulang. Aku harus pulang,” gumamnya tanpa henti.Kenan yang memperhatikan gelagat aneh Hania langsung menghampiri p
Read more

Gila

“Aaarrrggghhh!!!”Kenan batal berjalan ke arah pintu keluar Vila saat mendengar suara keras yang bersumber dari toilet. Ia hanya mampu berdiri tepat di depan pintu tanpa berani mengetuk apalagi memanggil nama Hania. Hanya isak tangis yang samar-samar terdengar. “Hania! Ada apa?”Tak ada tanggapan kecuali suara isak. Tangan Kenan siap mengetuk pintu, tapi berulang kali ia urungkan.“Nia, kamu tidak apa-apa, kan? Buka pintunya!” tanya Kenan dengan suara pelan. Takut mengusik Hania yang entah sedang melakukan apa. Tapi suara yang ditimbulkan perempuan itu cukup membuatnya khawatir.Masih tak ada jawaban, Kenan tentu tak bisa beranjak sejengkal pun dari tempatnya. Rasa gusarnya semakin merongrong seiring isak tangis yang tak kunjung berhenti terdengar.“Hania, saya dobrak pintunya!”Sepersekian detik kemudian, Kenan memutar gagang pintu toilet. Memastikan saja jika memang pintu itu terkunci rapat. Agar rencananya untuk mendobrak pintu ini tak gagal.Tapi, rupanya pintu itu tak terkunci!
Read more

Tidur!

“Membicarakan laki-laki asing di depan suami kamu sendiri itu sangat tidak beretika, Nia!” Kenan mengerahkan seluruh keberaniannya untuk melanjutkan kalimatnya. “Yah … asal kamu tahu saja. Saya bertindak sampai sejauh ini, memaksa kamu untuk menikah, menandatangani perjanjian segala, semuanya bukan karena pernikahan kontrak sialan itu! Tapi karena saya benar-benar menyukai kamu dan ingin membuat kamu melupakan laki-laki brengsek itu!”Kenan menghentikan langkahnya sambil menoleh pada Hania. Ingin melihat reaksi macam apa yang istrinya itu tunjukkan setelah mendengar ungkapan perasaannya.Tapi, Kenan malah mendapati Hania tampak melamun. Diam macam orang kehilangan kesadaran dengan tatapan sayu tertunduk ke bawah.“Nia! Kamu dengerin saya, kan?” tanya Kenan. Kali saja kan perkataan Kenan barusan terlalu mengejutkan perempuan itu. Hania tampaknya tidak menyangka jika ia tengah disukai laki-laki seperti dia. Kenan sampai tersenyum lebar saking bangganya. “Jadi, lupakan laki-laki itu dan
Read more

Dzikir

Bola mata Hania berputar-putar. Saat matanya mendarat ke arah depan, ada dada bidang Kenan berjarak beberapa senti dari wajahnya. Ketika matanya berputar ke atas, ada ceruk leher Kenan dan jakunnya yang bergerak naik-turun. Ke arah bawah lebih parah lagi! Ada dada dan perut Kenan yang saling menempel!“Astagfirullaah!!! Kuatkan iman lo, Nia!!! Lo kuat! Lo harus kuat!!!”Tentu ada alasan kenapa yang bergerak dari seluruh tubuh Hania hanyalah matanya. Karena sekujur tubuhnya mati rasa akibat pelukan erat Kenan yang bertahan hingga pagi!Hania ingin melepaskan diri, namun takut membuat Kenan tersadar. Ia saat ini sedang tak ingin bertegur sapa dengan laki-laki ini. Maunya saat sudah terbangun, ia langsung terjun saja ke lautan! Menghilang sejenak dengan tidak berhadapan dengan Kenan sampai batas waktu yang tidak bisa Hania tentukan.“Pak ….” Hania takut-takut bersuara. Malu sebenarnya, tapi ia sudah tak tahan ingin ke toilet sekarang juga!“Hmm ….” Kenan hanya mengerang. Justru pelukanny
Read more

Prank

“Pak Kenan yang minta lo ke sini?”Hania tak mengira jika Ratna bisa berada di sini untuk menemuinya. Ia masih enggan melepaskan pelukan dari sahabatnya ini. Rasanya begitu menyenangkan bisa melihat orang yang sudah lama tak ditemui.“Cuma sehari ini aja. Nanti malem gue udah harus pulang sama Pak Bima.” Ratna melirik Bima yang tampak sibuk berbincang dengan beberapa orang tak jauh dari mereka.“Kok cuma bentar?”“Karena tugas gue disini cuma buat jadi asisten pribadi sementara lo!”“Hah? Asisten pribadi?”“Lo lihat orang-orang yang sama Pak Bima siapa?”Hania kini memperhatikan Bima dan orang-orang disekitarnya dengan saksama. Beberapa dari mereka Hania kenal, sempat bertemu beberapa kali seingat Hania.“Ngapain Mbak Queen di sini?!”“Bos gila lu tuh!” Ratna segera merapatkan bibir. “Maksud gue, suami lo.”“Kenapa Pak Kenan?”“Lo masih manggil suami lo ‘Pak’?”Hania langsung garuk-garuk kepala. “Maksud gue, Mas Kenan kenapa?” ralat Hania terpaksa. Malu juga sebenarnya. Semoga Kenan a
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status