Home / CEO / DIPAKSA JADI JODOH / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of DIPAKSA JADI JODOH: Chapter 31 - Chapter 40

62 Chapters

Pembawa Sial

“Dan asal Mas tahu! Kalau saja sejak dulu aku bisa membalas semua perlakuan mereka itu sendiri, aku tak akan mungkin meminta bantuan kamu sekarang!”Kenan membuang napas sambil mencengkram cepat tangan Hania yang hendak berlalu melaluinya. “Seberapa buruk perlakuan mereka pada kamu sampai kamu ingin membalasnya? Katakan!” desaknya.“Kenapa Mas ingin tahu? Biar bisa menilai sendiri apa perlakuan mereka sama aku itu beneran buruk atau enggak?”“Nia … Mas hanya ing–”Hania menepis tangan Kenan kasar. “Aku butuh waktu sendiri!”Sebuah taksi dihentikan Hania. Segera membawanya menjauh dari Kenan yang hanya mematung tak menghalaunya lagi. Kenan merogoh ponsel di saku. Segera mengarahkan kamera ke taksi yang melesat tersebut. Lalu, Kenan segera menelepon Bima.“Suruh orang mengikuti Hania diam-diam sekarang.Setelah itu Kenan kembali ke dalam mobilnya. Berbalik arah kembali ke hotel tempat keluarga Hania tinggal sementara. Rupanya kedatangannya ke tempat itu untuk bertemu dengan Pak Rudi de
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

Teman

Kenan melipat dua tangannya di dada. Kakinya saling bertumpu dengan mata melirik tajam ke arah Agam yang duduk tepat di hadapannya. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun! Tapi sorot matanya sama sekali tak bersahabat.“Namanya Agam. Dia temenku, Mas. Yang punya tempat ini. Dia baru pulang dari Singapura, jadi aku gak sempet ngenalin sama Mas pas nikahan kemarin.” Tutur Hania mencoba mengurai suasana yang mendadak menegang. “Temen?” Kening Kenan sampai mengerut. “Setahu Mas, kamu gak pernah ketemu siapapun lagi selain Ratna atau mantan brengsek kamu itu.”Setahu Kenan, Hania hanya sering menghabiskan waktu dengan Alif atau Ratna. Entah itu di kantor atau di luar kantor. Sekedar menghabiskan waktu senggang atau liburan misalnya. Yah … sejauh pengamatannya selama ini. Atau mungkin pengamatan yang dilakukan Bima diam-diam tidak menyeluruh?“Setahu Mas?” Hania melirik penuh curiga ke arah Kenan. Kenan langsung pura-pura melihat ke arah lain.“Maksudnya mantan brengsek itu … si Alif yah, P
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Keadilan

“Udah makan?” tanya Kenan sesaat setelah mobil yang ia kemudikan melaju.Hania yang duduk di sampingnya tak merespon cukup lama.“Nia? Kamu masih marah?” tanya Kenan lagi. Pantang menyerah.Sama halnya seperti Kenan, Haniawajah pantang membuka mulutnya. Justru ia malah memalingkan pandangan dari suaminya itu sejak tadi. Kenan akhirnya memutuskan tak ikut bersuara juga. Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, hening meliputi keduanya. Tadinya Kenan harap aksi diamnya Hania akan berakhir saat mereka tiba di rumah, tapi ternyata tidak. Perempuan itu bahkan mengunci rapat kamarnya –yang juga kamar Kenan kalau Hania ingat– tanpa sempat Kenan mendengar sepatah kata pun dari perempuan itu.“Kamu tidak mau bicara dengan Mas karena Mas menolak permintaan kamu tadi? Nia?” desak Kenan. Berulang kali ia mengetuk pintu, berharap Hania mau berbicara dengannya dalam situasi tenang ini.Tapi, tak ada tanda-tanda sedikitpun Hania hendak membuka pintu. Sebuah suara sahutan pun tak terdengar. Tentu saj
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Salah atau Benar

Kenan sudah menopang kepalanya yang miring ke kanan, tepat ke arah Hania yang sedang duduk di sampingnya. Istrinya itu tampak serius sekali membalikkan lembaran kertas di tangannya sejak tadi. Keningnya kadang saling bertaut atau terangkat ke atas.“Mau sampai kapan kamu diam seperti ini, Sayang?” tanya Kenan yang langsung direspon Hania dengan delikan sebal.“Mas!” seru Hania sambil meliriknya kesal.“Oke! Karena kamu masih marah sama Mas, kamu akan Mas panggil dengan sebutan ‘sayang’ termasuk saat di kantor nanti.”Mulut Hania hanya bisa menganga lebar karena detik setelahnya Kenan keluar dari mobil yang berhenti di depan Prince Property. Bima yang di kursi kemudi tadi juga sudah membukakan pintu untuk Hania. Mau tak mau Hania keluar dari mobil itu.Malas sebenarnya. Jadinya Hania sengaja memelankan langkahnya mengekori Bima yang sudah mendahului.“Sayang, ayo cepat! Kita ada rapat penting dengan Putri!” teriak Kenan lantang yang langsung membuat para karyawan yang ada di sekitar sa
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Peringatan

Bola golf itu terlempar jauh setelah stick golf yang Kenan pegang memukulnya keras. Putri paling heboh bertepuk tangan bahkan sampai berjingkrak. Pak Rahwana yang melihat itu tersenyum lebar. Tak jauh di belakang mereka, ada Hania tengah bertepuk tangan dengan wajah kusut.“Kalau Mas Kenan gak jadi penerus Om di Prince Group, kayaknya dia bakalan jadi pemain golf profesional deh.” Putri berkomentar tepat ketika Kenan menghampiri mereka.“Bisa jadi.”“Dengan wajah Mas Kenan yang ganteng rupawan, dipastikan dia juga bakal diidolakan banyak perempuan, termasuk anak-anak perempuan kaya raya. Dia pasti bakalan jadi rebutan!”Pak Rahwana tergelak keras mendengarnya. Ia berjalan beriringan di samping Putri. Sementara di belakang mereka ada Kenan dan Hania mengekori. Tak ada satupun yang buka suara untuk ikut bergabung dalam percakapan itu.“Kalau Kenan beneran jadi pegolf profesional, cocoknya punya istri seorang pengusaha kayak …,” Putri tampak berpikir keras, “Mbak Meldy, Om! Itu loh yang
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Menantu Kebanggaan

“Menantu kita yang satu tajirnya gak ketulungan. Gak cukup ngasih kita uang bulanan yang banyak, dia juga merenovasi rumah kita, Mas!” Bu Rita tampak begitu sumringah di sela-sela dirinya melahap potongan daging di piring ke mulut. “Sementara menantu kita yang satunya lagi,” sambungnya sambil melirik Alif yang tengah memotong potongan daging di piring sengit, “pinter banget bikin anak perempuan kita hamil di luar nikah. Bukannya bikin bangga, malah bikin malu!”“Ibu kok ngomong gitu?” sela Maya tampak tak terima. “Harusnya Ibu bangga sama anak Maya sama Mas Alif.”“Apanya yang harus dibanggain dari anak hasil hamil di luar nikah? Huh! Kalau bukan karena kamu anak kandung Ibu, gak akan sudi Ibu belain kamu nikah sama orang yang gak bisa diandelin kayak suami kamu itu. Lihat tuh suaminya Hania! Tanpa Ibu sama Ayah minta, dia udah tahu caranya manjain orang tua.”“Ibu jahat! Ibu tahu gak? Mas Alif diturunkan jabatannya sama Kenan, Bu!”Pak Rudi seketika mengerutkan kening. “Apa maksud ka
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Adu Nasib

“Sial! Sial! Sial!”Entah sudah berapa kali Hania mendengar umpatan keluar dari mulut Kenan. Ditambah laki-laki itu juga sesekali memukul setir mobil. Bahkan sampai membunyikan klakson berulang kali hanya karena perkara lampu merah tiba-tiba menyala. Hania tahu alasannya karena apa, tapi ia sama sekali tak berani menenangkan. Karena dirinya sendiri saja sekarang sedang dilanda kekalutan. Pertemuan tadi kembali membuat Hania begitu menyesal akan pernikahan ini.“Cuma kontrak doang kok rasanya berat banget! Padahal belum juga sebulan, tapi ujiannya berasa kayak diminta cerai besok,” batin Hania meracau tak jelas.Bagaimana tidak?Baru dua kali bertemu dengan Pak Rahwana dan Putri, Hania sudah merasa seperti istri yang wajib Kenan depak dari sisinya. Bahkan terkadang Hania merasa keberadaannya tak dianggap. Tak kasar mata bagai hantu.“Ujiannya berat banget, Ya Allah!” rintih batin Hania lagi. Ia terlalu sibuk menggerutu sendiri ketimbang menenangkan Kenan yang juga sama-sama tengah emo
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Maaf dan Tolong

“Kamu dimana sekarang, Alif?”Kenan meraih ponsel Hania dengan tangan kirinya. Menempelkannya di telinga sambil memegangi stir hanya dengan tangan kanannya.“Lo dimana, brengsek?! Urus istri lo yang bener!”Kenan menyeringai tipis saat mendengar sambungan tiba-tiba terputus. Ia kembali menyerahkan ponselnya pada Hania.“Mau apa dia telepon kamu?” ketus Kenan.“Gak tahu. Dia kan ngobrolnya sama Mas Kenan barusan.”Kenan menyeringai tipis. Rupanya ia berhasil bertindak cepat tadi.“Kalau dia berani telepon kamu lagi, jangan diangkat kecuali kalau Mas yang terima.”Belum sedetik berlalu, Hania menerima sebuah pesan dari Alif. Kenan tampak tak sabar ingin mengetahui apa yang membuat Hania begitu lama melihat layar ponselnya.“Ada apa? Laki-laki itu kirim kamu pesan apa?” desak Kenan yang tampak begitu percaya diri jika terkaannya tak keliru. Hania cukup lama terdiam.“Nia! Jangan melamun!” tegur Kenan. Emosinya perlahan memuncak melihat istrinya begitu tampak terpana pada ponselnya. “Itu
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Cemburu?

“Mas, tolong balikin jabatannya Mas Alif ke semula.”Kenan berdecak sambil berkacak pinggang. Ia menatap sekeliling lorong rumah sakit yang cukup ramai oleh pasien.“Kamu yakin?” tanya Kenan.“Memang Mas mau kalau ada kejadian serupa, justru Mas jadi ikut repot ngehandle juga? Dijadiin ATM berjalan sama keluargaku!”“Memangnya dengan mengembalikan jabatannya si Alif itu, keluarga kamu tidak akan memanfaatkan Mas lagi? Kamu bisa jamin itu?”“I–itu ….” Hania bahkan tergagap karena tak bisa memberikan jawaban pasti.Berdasarkan pengalamannya sendiri saja, keluarganya itu –terutama Bu Rita dan Maya– selalu bisa membuat Hania akhirnya rela dimanfaatkan. Entah karena alasan untuk membayar hutang balas budi sampai karena perasaan muak oleh intimidasi mereka. Demi menutup mulut mereka yang berisik, Hania memilih mengalah dan menuruti permintaan mereka saja. Sebut saja Hania sukarela menjadi kacung yang hanya dimanfaatkan tanpa menerima manfaat yang setimpal.Miris sekali.Sekarang nasib naas
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Penipu

“Aku turunkan kamu di depan!” Kenan memutuskan mengambil inisiatif.“Gak bisa! Bawa aku sampai bertemu Panji.” Putri membalasnya dengan penolakan keras.“Dimana dia sekarang?”“Gak tahu!” Putri melipat dua tangan di dada sambil mengangkat bahu bersamaan. “Dia memintaku pergi lebih dulu tadi pas dia halau massa.”“Apa?! Kau–”“Ish!” Putri berseru lantang hingga memotong perkataan Kenan seketika. “Sialan banget tuh orang-orang miskin! Menolak imbalan dengan alasan nominal kecil? Udah bangun rumah di tanah orang, ini malah ngelunjak! Dasar tidak tahu terima kasih! Pantas saja hidup mereka carut-marut. Akal sehatnya saja tidak ada.”“Putri!” bentak Kenan. “Apa?! Yang aku omongin bener, kan? Mereka yang salah! Udah dikasih hati malah minta jantung!”“Tapi, kamu tidak perlu menyebut mereka miskin.”“Bodoh? Tolol? Sebutan itu kayaknya lebih cocok buat mereka.”Kenan jadi frustasi sendiri meladeni Putri. Bukannya menjadi tenang, perempuan itu malah semakin dilanda emosi.“Mana ponselmu? Biar
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status