Bayu berjalan melewati papa dan aku yang masih diam ditengah tangga. Ia pasti marah karena papa memintanya ke sekolah naik angkot. Aku turun dari tangga, “Pa, jangan marahin si—eh, maksudnya kak Bayu. Kasian.” “Ra, kamu yang kasian kalo papa gak tegas. Bayu memang harus putus dari Maira karena dia udah jadi suami kamu.” Geli sekali bulu kudukku mendengarnya, “Pa, aku ke kamar Askara dulu ya.” “Iya.” Aku memasuki kamar Askara. Disana mama tertidur setelah menemani Askara sedari aku izin untuk mengerjakan PR. Beruntung sekali aku memiliki mertua sebaik papa dan mama yang selalu banyak membantuku. “Ma,” aku menyentuh lengan mama, “Mama tidurnya di kamar yuk.” Mama bangun, “Eh, Ra.” Aku duduk di sofa samping mama, “Ma, maaf ya, yang ngasuh Askara jadi mama.” “Gak papa, ‘kan kamu sekolah, malemnya harus ngerjain PR. Ra, pendidikan kamu itu paling penting. Mama gak keberatan sama sekali kok
Read more