Share

14. Stress Berat

Aku belum bicara lagi dengan si Bayu dari semalam. Dia keterlaluan. Sudah ku jauhkan dari jangkauan aset berharga yang tak boleh di lihat, ia malah menghampiriku diam-diam demi bisa melihat bentuknya.

“Baru segitu doang. Gak gue apa-apain juga.” katanya bela diri, ketika kita ada di perjalanan ke sekolah.

“Lo mana ngerti sih. Tetek lo ‘kan gak berharga.”

Dia dengan polosnya menyentuh sebelah payudara miliknya.

Kita saling diam lagi. Selain kesal, aku juga ngantuk. Semalam, setelah aksi dia mengintip, Askara tak langsung tidur. Kita bergadang gantian sampai subuh. Ternyata menjadi orang tua baru memang tidak pernah semudah itu.

“Gue pulang agak sore. Ada kuis di kelas lain dan gue perlu imput nilai.”

“Terserah.”

Bayu melirikku, “Mau pulang bareng gue lagi gak?”

“Itu bukan pertanyaan. Itu syarat mutlak dari bokap lo. Gue bisa pulang sama si Adit, gak perlu nungguin elo yang malah suka sibuk tebar pesona di sekolah. Euh, kalo si Maira tahu bisa diputusin lo.”

“Dia gak s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status