Huang Mey, baru saja kehilangan suaminya beberapa bulan yang lalu. Demi melunasi hutang dan menafkahi anak serta kedua adiknya, ia menjadi karyawan magang di sebuah perusahaan raksasa terbesar se-Asia Tenggara, R&W Group. Memiliki status sebagai janda dan bertubuh molek, Mey kerap dilecehkan oleh atasannya dan direndahkan oleh rekan kerjanya setiap kali berada di kantor. Tetapi, ia tetap bertahan, lantaran keluarganya membutuhkan. Suatu hari, Mey tanpa sengaja tidur dengan lelaki yang tak dikenalnya. Namun, takdir berkata lain. Siapa sangka, Jean Willson yang merupakan CEO R&W Group, adalah pria yang telah menghabiskan malam panas dengan Mey. Jean yang dikenal memiliki sifat kaku, arogan dan angkuh, diam-diam terpikat oleh Mey. Zion Willson, adik dari Jean, juga memiliki ketertarikan khusus pada Mey. Tetapi, sebuah fakta gelap mulai tercium. Sedikit demi sedikit, Mey beruasaha menyatukan puzzle untuk menguak rahasia besar dibalik keluarga Willson yang terkenal sebagai konglomerat terkaya se-Asia Tenggara. Apa rahasia besar yang ditutup-tutupi oleh keluarga konglomerat tersebut? Akankah, Mey sanggup mengungkap sisi gelap keluarga Willson?
View MoreDalam gelap kamar hotel yang mewah berbintang lima, gemuruh erangan tak tertahankan menggema di setiap sudut. Pertemuan tak terduga antara dua insan yang tak pernah saling bersinggungan, kini tengah memadu kasih di atas lembutnya sprei dan ranjang yang mewah.
Bruk!Secara tak diduga, tubuh gagah seorang lelaki menindih Mey yang tak berdaya sebab telah dikuasai oleh alkhohol. Sentuhan-sentuhan lembut pria itu, membelai tubuh Mey, menciptakan lenguhan yang meliuk-layuk diantara dinding-dinding marmer dingin kamar yang gelap."Ahhh.." melodi yang mendorong gairah semakin meluap-luap.Tak sampai disitu, lelaki tersebut melahap lembut bibir Mey dengan nafsu yang menggebu. Namun, Mey tidak menolak cumbuan tersebut, malah membalas dengan permainan bibirnya yang begitu liar.'Ini pasti mimpi, akhirnya aku bisa bercumbu denganmu, suamiku. Walaupun percumbuan ini hanyalah sebuah mimpi!' benak Mey dengan hasrat yang kian bergerilya dalam dirinya.Mey yang terlena oleh alkhohol, terjebak dalam khayalan, bahwa ia tengah bercinta dalam mimpinya dengan sang suami yang beberapa bulan lalu telah pergi meninggalkan dunia untuk selamanya.Perlahan, wajah lelaki itu merayap di antara leher dan telinganya. Hembusan napas dan memainkan angkup-angkup miliknya dengan ganas, membuat Mey menggigit bibirnya dan menggeliat tak terkendali."Ahh.." desah lembut Mey, tak sanggup menahan sensasi pada setiap bagian sensitifnya."Tubuhmu, malam ini milikku!" bisik lelaki itu seraya melepas helai kain yang membalut diri Mey.Tanpa disadari, keduanya terbuai dalam gairah yang telah menguasai pikiran. Kedua insan yang baru saja bertemu di klub malam itu, melanjutkan adegan terlarang yang semakin panas dalam kamar hotel mewah yang berhiaskan cahaya temaram."Ssshh.. Ahhh.. Ahh.." Mey menderu nakal di setiap sentuhan yang membelainya."Tubuhmu, begitu menawan sayang. Bagaikan mawar yang semerbak, dan anggrek biru yang tak dapat kuraih. Rasa tubuhmu seperti butiran morfin yang menyusup ke dalam otakku," bisik lelaki itu, menyelipkan kata-kata puitis di antara erangan kepuasan.Mey, membalas dengan menyuarakan kenikmatannya, "Kamu juga, sayang.. Ahh.. Aku sangat merindukanmu.. Bercinta denganmu, membuatku serasa melayang-layang di udara."Dalam tarian yang menggelora di atas ranjang, pria yang tengah mencumbunya itu, membuat Mey merasa kian mabuk kepayang. Walaupun pendingin ruangan telah diatur menjadi enam belas derajat celsius dan terasa sangat dingin. Akan tetapi, mereka berdua mengeluarkan buliran keringat yang membasahi satu sama lain, seakan merasakan panasnya momen yang tengah dilakukan."Ohhh..." desah lelaki itu, merasakan puncak kenikmatan pada malam yang terpahat hasrat dan nafsu.Setelah malam yang terpuaskan oleh gairah yang membara, keduanya memilih untuk bersandar dalam dekapan yang romantis, tertidur di dalam selimut tebal nan hangat.**Pagi telah tiba, sinar mentari menembus celah-celah tirai jendela kamar hotel. Secara perlahan, Mey membuka matanya dan terbangun dengan kepala yang terasa pusing. Namun, ia terkejut saat menyadari dirinya tidur satu ranjang dengan seorang lelaki yang tak dikenal olehnya, dan lebih mencengangkan lagi, mereka berdua tertidur tanpa sehelai kain yang melingkup tubuhnya."A-apa yang terjadi?" desis Mey, seraya berusaha mengingat malam sebelumnya.Mey segera menutup mulut dengan kedua tangannya, sebab menyadari sesuatu. 'T-tunggu.. Jadi, semalam bukan mimpi?' benaknya terombang-ambing dalam kebingungan.'Astaga, ya Tuhan. Apa yang telah kuperbuat?''Maafkan aku, suamiku. Baru beberapa bulan engkau pergi, aku malah bermain dengan pria lain.''Aku ... Bukan istri ataupun ibu yang baik.'Setelah merenung sejenak, pandangan Mey mengarah ke wajah lelaki yang masih terlelap di sampingnya. Ia terus menatap lelaki itu secara seksama seraya mengerutkan dahi.'Hey, tunggu. Pria ini ... Kenapa wajahnya sangat mulus? Oh, astaga. Lihat, kulitnya sama sekali tidak memiliki pori-pori!''Apakah dia gay?''Astaga naga ... Tidak mungkin dia gay! Semalam dia begitu agresif seperti singa, dan aku menikmati segala permainannya.''Ya Tuhan ... Apa yang sedang kupikirkan?'Mey dengan hati-hati menyingkir, tubuhnya beranjak dari ranjang, dan memungut setiap helaian pakaiannya yang berserakan di lantai.Kemudian, ia membersihkan dirinya di dalam kamar mandi yang mewah. Air hangat yang mengalir deras dari shower membuatnya tersadar bahwa ia telah melakukan kesalahan yang besar. "Aku telah mengkhianati suamiku! Maafkan aku, sayang. Aku benar-benar frustasi dengan pekerjaan di kantor sehingga, istri bodohmu ini melampiaskan dengan alkhohol," gerutu Mey pada diri sendiri, menyesali perbuatan menjijikkan yang sudah terjadi.Setelah membersihkan diri di kamar mandi, Mey mengambil tas dan ponselnya yang tergeletak di meja. Namun, matanya yang tajam, teralihkan oleh kilauan jam tangan elegan yang dihiasi oleh berlian pada setiap sisinya. Jemarinya merasa setiap bagian jam tangan itu, lalu matanya berkaca-kaca sebab merasa kagum.'Wah, gila. Pasti jam tangan ini mahal dan mungkin harganya ratusan juta atau bahkan miliaran. Apa dia orang kaya?''Ah, sudahlah. Mau kaya atau tidak, aku tak peduli. Yang jelas, aku harus cepat-cepat pergi dari sini.'Saat Mey melangkah ke rak lemari dekat pintu keluar kamar untuk mengambil sepatunya, ia kembali memperhatikan sesuatu milik pria itu. Kali ini, ia memandangi sepatu yang tampaknya terlihat sangat eksklusif.'Barang mahal lagi? Oh my god, sepatu ini kan limited edition,' benak Mey terkagum-kagum kala melihat setiap detail sepatu itu.Tak lama, Mey berhasil keluar dari hotel mewah berbintang lima itu tanpa membangunkan lelaki tampan yang tidur dengannya. Akan tetapi, perempuan itu tak menuju rumah untuk pulang, justru Mey memilih untuk pergi ke kantornya. Sebagai pegawai magang, tentu, Mey tidak ingin berbuat kesalahan dengan absen kerja. Setibanya di kantor, seperti biasa, suasana riuh dengan karyawan yang bertukar gosip yang tidak begitu penting.Ketika Mey baru saja duduk di kursinya, manajer divisi memanggilnya dengan nada yang bergema. "Mey.. Kemarilah!"Sebagai seorang bawahan, tentu, Mey langsung beranjak dari tempat duduknya dan bergegas menuju meja bosnya, Theo. "Ada apa pak?" tanya Mey dengan sopan.Pria berkepala empat itu bangkit dari duduknya, "Mana proposalmu?""Di meja pak. Sebentar, saya ambil," balas Mey seraya melangkah ke mejanya.Theo juga ikut melangkah di belakang Mey, "Ikuti aku!""Kemana pak?" tanya Mey penasaran."Sudah, jangan banyak tanya kamu!" balasan tajam dari Theo.Akhirnya, Mey menuruti bosnya dengan melangkah di belakang punggungnya. Theo membawa Mey ke gudang kantor yang gelap gulita, dan di sana ia memiliki niat buruk untuk melecehkan bawahannya.***Jakarta, Indonesia. 30 Januari 2018, 12:31 PM.Golden Dragon merupakan restoran Chinese di kawasan Jakarta Barat, bangunan eksteriornya yang mirip dengan siheyuan, akan tetapi interiornya menunjukkan kemewahan yang modern. Di dalam ruang VIP, Mey bersama Regina dan Zion tengah duduk. Hamparan meja bulat dengan berbagai hidangan khas Tiongkok, juga terdapat beberapa jenis dimsum di antaranya xiao long bao (soup dimsum) yang panas dan juga wonton udang.Zion tersenyum menatap Mey, "Gimana rasa dumplingnya? Enak, bukan?""Aku lebih menyukai wonton, akan tetapi, kaldu dumplingnya memiliki rasa yang unik," balas Mey seraya melahap sepotong soup dimsum yang langsung pecah di dalam mulut."Oh iya, apakah kalian mau hotpot?" tawar Zion.Spontan, Regina menjawab tanpa sedikit keraguan, "Aku mau!""Kalau kita memakan hotpot, bisa-bisa telat masuk kantor! Sebaiknya jangan," nasehat Mey."Baiklah, aku akan menuruti permintaan kamu, Mey," ucap Zion.Regina hanya mengangguk halus, kemudian ia meraih
Jakarta, Indonesia. 30 Januari 2018, 12:18 PM.Mey, Zion dan Regina melangkah ke tempat parkir. Akan tetapi, Mey menghentikan langkahnya, "Tunggu dulu, Zion. Bukankah kamu naik mobil sport?""Oh astaga, aku lupa, Mey. Bagaimana kalau kalian berdua memesan taksi online? Aku yang bayar billnya," tawar Zion.Regina hanya tersenyum-senyum sambil memperhatikan wajah Zion, msepertinya, gadis itu terpesona oleh ketampanan mantan selebriti. Sementara itu, Mey memberikan jawaban, "Baiklah, aku setuju."Mey dan Regina, memutuskan untuk berbelok ke lorong kanan sebab akan melangkah ke lobi. Mey meraih ponselnya di dalam tas, kemudian, memesan taksi online. Sedangkan Zion, berjalan lurus menuju tempat parkir.Regina bertanya kepada Mey, "Kak Mey, apa Zion menyukaimu?"Spontan, Mey memberikan jawaban yang jujur, "Katanya sih, dia tertarik padaku.""APAAA?? Ini sungguh tidak adil, Kak Mey!" rengek Regina."Kamu kenapa, Gina?" Mey merasa bingung dengan sikap Regina.Regina mengendus, kemudian berk
Jakarta, Indonesia. 30 Januari 2018, 8:56 AM.Mey mengangguk setuju dengan permintaan Zion, kemudian, mereka berdua berjalan menuju ke arah parkiran mobil di lantai dua. Koenigsegg Agera RS berwarna hitam, secara tiba-tiba, terbuka dengan otomatis saat langkah Zion dan Mey semakin mendekat.Tersentak oleh mobil tersebut, Mey terkejut dan bertanya, "Astaga! Apakah mobil ini milikmu, Zion? Mobil ini sangat canggih!""Iya, mobil ini adalah milikku. Aku membelinya langsung saat perilisan pertama, karena edisi terbatas," ungkap Zion sambil masuk me dalam mobil seharga rumah mewah itu."Silakan masuk, Mey. Kita bisa berbicara lebih nyaman di dalam," pinta Zion.Mey masuk ke dalam dan duduk di sebelah Zion," Pertama-tama, aku ingin meminta maaf padamu, Mey. Aku tahu, aku sudah terlalu lancang dengan mengaku-ngaku sebagai pacarmu di depan kakakku.""Lalu, kedua, keluargaku sedang menjodohkanku dengan seorang perempuan. Dan sayangnya, aku tidak tertarik pada calon yang mereka pilih. Justru, ak
Jakarta, Indonesia. 30 Januari 2018, 7:32 AM.Mey dan Denny melaju di tengah hiruk-pikuk Ibukota Jakarta yang terkenal dengan kesibukan dan kepadatan jalannya. Suara klakson, deru mesin, dan kebisingan kota menjadi pemandangan sehari-hari.Mey merasa gelisah, menyadari betapa padatnya lalu lintas di Jakarta, terutama di pagi hari yang penuh dengan kesibukan. Jam tangannya menunjukkan pukul tujuh lebih, membuatnya terasa semakin gusar, mengingat perjalanan dari rumah ke kantor bisa memakan waktu hingga dua jam.Denny melirik ke kiri dan ke kanan sambil mendengus, "Rasanya, jadi dingin udaranya. Yah, meskipun tersisa sedikit asap dari angkot dan bajai.""Iya, Den. Memang lumayan dingin nih udaranya, tapi seger sih menurutku. Udah sarapan apa belum kamu, Den?" tanya Mey dengan ramah."Sudah, Ci. Tadi makan nasi uduk. Cici sendiri gimana? Udah sarapan apa belum?" Denny menjawab sambil menyelipkan pertanyaan."Karena aku bangun kesiangan, jadi gak sempet sarapan deh," ungkap Mey dengan nada
Jakarta, Indonesia. 30 Januari 2018, 6:46 AM.Pagi itu, sinar matahari menyelinap masuk melalui jendela kamar Mey, mencerahkan ruangan sempit nan sederhana, yang sejatinya dipenuhi oleh ketenangan tidurnya.Dengan matanya yang masih lelap, Mey merasakan hangatnya bedcover tebal yang melingkup tubuhnya di atas ranjang. Bahkan, ketika Lily telah selesai mandi dan tengah sibuk memakai seragam sekolah, Mey tetap terombang-ambing dalam mimpinya.Sementara itu, di sudut dapur yang diselimuti oleh aroma lezat dari ikan tongkol yang dipanggang. Jessi, dengan semangatnya menambahkan bumbu-bumbu pada masakan yang akan menjadi sajian pagi.Suara gemericing dari panci yang bergemuruh, seolah menjadi simfoni pagi yang merdu. Lily yang telah bersiap dengan seragam merah putihnya, tersenyum pahit saat duduk di kursi makan sambil menatap jendela, merenung sejenak di antara sinar mentari dan embun pagi yang memeluk bumi."Apakah Ci Mey, masih belum bangun dari tidurnya?" tanya Jessi dengan nada serius,
Jakarta, Indonesia. 29 Januari 2018, 8:29 PM.Makan malam perusahaan berlangsung dalam privasi yang penuh kemewahan, tergelar di ruang pribadi sebuah restoran elit. Ruangan dilengkapi dengan sofa dengan panjang empat meter yang melingkari tembok, di tengahnya terdapat meja dan perangkat karaoke untuk hiburan. Para kepala departemen, didampingi oleh sejumlah pemandu lagu yang memikat dengan paras cantik dan seksi, menciptakan suasana yang semakin tak terkendali.Sementara itu, Mey duduk dengan perasaan tak nyaman di pangkuan Gio, pacar sahabatnya. Dalam kegaduhan ruangan yang dihiasi oleh gemerlap cahaya dan musik, Mey memberanikan diri untuk bertanya pada Gio, "Apa maumu, Gio?"Gio tersenyum dan menjawab, "Aku akan menjagamu selama makan malam ini, jadi tenanglah. Hanya, duduk saja di pangkuanku. Mereka tidak akan berani mengusikmu!" Bisikan Gio yang menawarkan untuk memberikan perlindungan pada Mey, dan wanita itu pun patuh menuruti keinginan kekasih sahabatnya sambil terus duduk deng
Jakarta, Indonesia. 29 Januari 2018, 12:21 PM.Setelah beberapa menit berjalan kaki, akhirnya, Bella dan Mey tiba di depan restoran elit Cibo Delizioso. Saat beranjak masuk, Mey kagum melihat interiornya yang begitu klasik dan mewah. Baru kali ini ia masuk ke dalam restoran elegan bernuansa klasik Eropa. Saat mereka melangkah ke lantai dua, Mey yang penasaran mencoba bertanya, "Loh, ini kita mau kemana, Bell? Lantai dua keliatannya gak ada kursi lagi?"Bella menjelaskan, "Aku sudah pesan ruang VIP, Mey. Jadi, kita makan di ruang tertutup yang eksklusif.""Ohh, begitu ya. Maaf, kalau aku tidak terlalu paham," balas Mey seraya menundukkan kepalanya.Bella membuka sebuah pintu yang megah, saat masuk, sudah ada Gio yang duduk menunggu di kursi kulit yang behiaskan meja marmer panjang dengan pahatan khas Eropa. "Sayang, kok kamu lama sekali? Dan, kamu mengajak Mey juga?" sapa Gio sambil tersenyum ramah."Maaf ya, Sayang. Aku mengajak Mey, karena ingin bernostalgia dengannya," papar Bella sa
Jakarta, Indonesia. 29 Januari 2018, 9:46 AM.Di lantai dua puluh satu, Mey dan Zion melangkah bersama melalui koridor yang penuh dengan kaca-kaca bening, memperlihatkan indahnya siluet Ibukota Jakarta. Mey tak bisa menahan tawanya, "Kamu tadi, terlalu berlebihan Zion. Tetapi, aku tidak bisa menahan untuk tidak tertawa saat melihat reaksi yang mereka berikan."Zion membalas dengan senyuman penuh kelegaan, “Mulai sekarang, Mey, aku akan menjagamu. Tidak akan pernah ada yang berani meremehkanmu atau menggosipkanmu lagi.”Mey mengungkapkan rasa syukurnya, "Terima kasih banyak, Zion."Lalu, Mey melanjutkan dengan sebuah pertanyaan, "By the way, apakah tidak masalah kalau aku tidak bertemu langsung dengan CEO perusahaan? Pak Theo bilang, CEO sendiri yang ingin bertemu denganku."Zion menjawab dengan santai, "Ya ampun, Mey. Kamu tidak perlu khawatir, itu akan menjadi urusanku."Langkah mereka berdua akhirnya sampai di ruangan divisi pemasaran daring. Pandangan sinis dari rekan-rekan kantor d
Jakarta, Indonesia. 29 Januari 2018, 9:46 AM.Dengan langkah yang beriringan seirama, Mey dan Zion melanjutkan menuju ke ruangan yang menampung kekuasaan tertinggi di perusahaan. Begitu tiba di depan pintu yang terbuat dari kayu mahoni dengan ukiran yang begitu indah dan megah, terdepat meja sekretaris dan perempuan nan cantik jelita yang duduk, ia memberikan informasi."Dengan permohonan maaf yang mendalam, tuan Jean sedang tidak dapat ditemui di ruangan ini. Saat ini, beliau tengah dalam meeting penting dengan klien dari perusahaan teknologi asal Tiongkok," jelas sekretaris tersebut dengan senyuman."Entah kapan beliau akan kembali,” tambah sekretaris, menyoroti ketidakpastian di udara.Mey menanggapi dengan senyuman yang tipis, "Terima kasih atas informasinya,” ucapnya dengan penuh sopan.Namun, Zion menyuarakan sebuah tindakan yang akan diambil olehnya. "Tunggu dulu, Mey. Mungkin aku bisa menghubungi kakakku. Dia bisa membatalkan meetingnya hari ini," sahut Zion sambil meraih ponse
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments