Home / Fantasi / Dewi Medis Kesayangan Kaisar / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Dewi Medis Kesayangan Kaisar: Chapter 71 - Chapter 80

192 Chapters

Bab 71 - Matahari Masih Bersinar Untukmu

Salju kembali turun pada jam dua dini hari, jendela di lantai lima masih terbuka lebar, hawa dingin menerobos ke dalam tanpa permisi. Menerpa dua insan yang bergelung di bawah selimut tebal, saling berpelukan dengan cinta. Kamar itu tampak sedikit berantakan karena pakaian yang berserakan di lantai. Sisanya, tampak tidak berubah seperti sedia kala. Yinlan membuka matanya, menatap wajah Jing Xuan yang sedekat itu, dia tersenyum, menikmati keindahan yang tak ternilai ini. Dia mengangkat tangannya, mengusap ujung hidung Jing Xuan yang mancung itu, perlahan mengusap alisnya yang tebal. Jika dibandingkan dengan Ling Xiao, suaminya di kehidupan masa lalunya, Jing Xuan jauh lebih baik dari segi mana pun. Jing Xuan tiba-tiba membuka matanya, lembut menatap Xie Yinlan yang terkejut. Senyum tipis mulai mengembang, Jing Xuan bertanya pelan, “Kenapa masih belum tidur? Harusnya kau sudah cukup lelah, kan?” Yinlan menggigit bibir, sedikit panik, “Aku hanya belum mengantuk.” “Apakah kau masi
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

Bab 72 - Wanita Dari Tempat Jauh

Yinlan mengembuskan napas pelan, dia menyelimuti Jing Xuan dengan rapat, kemudian merapikan peralatan medisnya. “Apakah sudah selesai?” Mao Lian mendekat, Liu Xingsheng berdiri di dekat pintu dengan kedua lengan terlipat di depan dada. Yinlan ber-hssh pelan, “Yang Mulia baru saja tertidur.” Mao Lian mengisyaratkan padanya agar dia mengikutinya ke lantai bawah bersama Liu Xingsheng. Yinlan mengangguk dan berjalan menuruni anak tangga. “Selir, kau bisa kembali ke Paviliun Hua Rong sekarang. Terima kasih karena sudah menjaganya semalaman.” Mao Lian berkata sambil menyeringai lebar, dia menggaruk tengkuknya, sedikit canggung saat mengatakan ‘semalaman’. “Eh? Aku pulang? Bagaimana jika dia bangun?” Yinlan menatap tak percaya. “Aku akan menjaganya, kau pulang saja. Lagi pula …, Yang Mulia sudah berpesan agar aku mengantarmu kembali setelah semuanya selesai. Ada kemungkinan Permaisuri juga datang ke sini dalam waktu dekat, lebih baik dia jangan sampai tahu kalau kau sempat berada di si
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

Bab 73 - Pemeriksaan Mandiri

“Apa?! Jadi …, dia menjemputmu di luar Istana?” A-Yao berseru tak percaya. Yinlan menutup mulutnya rapat-rapat, dia melotot tajam, “Apakah aku perlu menghancurkan pita suaramu?” A-Yao segera diam, kemudian menggeleng. Dia merasa ini terlalu mengejutkan baginya. Dia berpikir berkali-kali tentang kalimat yang Jing Xuan ucapkan padanya saat mengira kalau dia adalah Yinlan. “Omong-omong, saat duduk di ranjang ini dan mengira aku adalah kau …, Yang Mulia juga mengatakan beberapa patah kata untukmu, Selir.” A-Yao menatap langit-langit kamar sambil berpikir. “Memangnya kalimat seperti apa?” A-Yao meletakkan telunjuk dan ibu jarinya di dagu, terus mendongak melihat langit-langit, berpikir keras, “Hm …, seingatku, dia memulainya dengan meminta maaf, kemudian bertanya apakah kau marah padanya? Lalu mengatakan kalau semua yang dia lakukan padamu itu sejatinya untuk melindungimu. Aku tidak mengerti, tapi sepertinya permintaan maafnya itu tulus, Selir.” Yinlan terdiam dengan senyum tipis di
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more

Bab 74 - Orang Gila Dari Gunung Xuanwu

Sudah sejak dua hari yang lalu Nanzhou dihujani salju lebat, membuat jalanan diselimuti warna putih, para pejalan kaki mengenakan mantel tebal dan mengembangkan payung. Xi Feng berjalan pelan menuntun kudanya memasuki gerbang kota setelah menerima surat jalannya yang baru diperiksa petugas di gerbang. Bola matanya bergerak ke sana kemari mencari tempat di mana dia bisa menemukan informasi yang akurat. Xi Feng pernah tinggal cukup lama di Nanzhou. Dia mengenal kota ini dengan sangat baik. Beberapa orang yang lewat bahkan menyapanya karena masih mengingat wajahnya yang memiliki ciri khas bekas luka di pipi itu. Dia murid seorang tabib yang terkenal di dunia persilatan bersama Liu Xingsheng dan Shangguan Zhi sebelum kedua orang itu pindah ke akademi pengobatan yang dikelola kekaisaran. Xi Feng mengikat kudanya di depan sebuah restoran cepat saji yang berada tak jauh dari gerbang utama kota. Dia mendongak dan sebentar menatap nama restoran itu. Matanya memicing, “Restoran Zhuque,” s
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more

Bab 75 - Mencintai Dua Wanita Di Waktu Yang Sama

Mereka memasuki Hutan Nanzhou, duduk di atas punggung kuda yang berlari kencang membelah jalanan bersalju tebal. Shangguan Yan memimpin jalan, Xi Feng menyusul di sampingnya dengan patuh. Beberapa saat yang lalu, Shangguan Yan memperingatkannya sesuatu, berkata bahwa dia harus berhati-hati dan mengamati sekitar dengan baik. “Hutan ini adalah persinggahan pembunuh bayaran. Jika tidak ingin menjadi korban salah sasaran, kau harus memperhatikan sekitarmu dengan baik.” Xi Feng terkekeh, “Aku tidak sebodoh itu, Shangguan Yan. Kau juga jangan lupa, sebelum menjadi Tabib Kekaisaran, aku pernah menggemparkan Dunia Persilatan dengan gelar Tabib Racun yang kumiliki.” Shangguan Yan menanggapinya dengan tawa renyah, “Sebaiknya kau jangan terlalu sombong. Sehebat apa pun Tabib Racun, para pembunuh bayaran ini bukan tandinganmu tentu saja.” Xi Feng mendengus, mengentakkan tali kemudinya dan melesat mendahului Shangguan Yan. Wanita itu tampak santai saja meski hutan yang sedang dilaluinya sema
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more

Bab 76 - Rencana Ibu Suri

Setelah memanggil Tabib Senior Pei, Xie Qingyan berpapasan dengan pelayan dari Istana Mingyue. Pelayan itu mengatakan bahwa Ibu Suri datang untuk mengunjunginya. Xie Qingyan mengurungkan niatnya yang hendak kembali ke Paviliun Longwei. Dia meninggalkan pesan pada Tabib Senior Pei agar disampaikan pada Jing Xuan, “Katakan aku telah kembali ke kediaman, Yang Mulia harus beristirahat yang cukup, aku akan datang lagi pada sore hari.” Tabib Senior Pei mengangguk, “Baik, Yang Mulia.” Tabib senior yang sudah beruban dan berjalan memakai tongkat itu tersenyum tipis, berjalan kembali ke Balai Kesehatan Istana tanpa pergi ke Paviliun Longwei sama sekali. “Dia masih saja tidak menyadarinya. Pria tua bangka sepertiku mana mungkin sanggup menaiki anak tangga yang banyak itu hingga tiba di puncak paviliun.” Tabib Senior Pei terkekeh. Sementara di Paviliun Longwei, Jing Xuan menyuruh Mao Lian turun untuk memberitahu Tabib Senior Pei agar tak perlu mendatanginya. Mao Lian tertawa lebar, “Yang
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more

Bab 77 - Pasar Gelap

Tiga puluh menit beristirahat dan mengobati luka, mereka memasuki gerbang pendek itu. Shangguan Yan membungkukkan tubuhnya saat melintasi gerbang pendek itu. Xi Feng masih berdiri di luar gerbang dan tampak tidak mengerti kenapa Shangguan Yan mendatangi tempat ini. Saat menyadari Xi Feng belum mengikutinya, Shangguan Yan melongokkan kepalanya ke luar, dia berseru, “Kenapa masih di sana?!” Xi Feng melipat lengan di depan dada, masih belum mau melangkah masuk. “Kenapa kau membawaku ke Pasar Gelap?” Ya …. Rupanya tempat itu adalah gerbang masuk menuju Pasar Gelap yang terkenal di Dunia Persilatan. Mereka menyebutnya demikian karena pasar ini menjual barang-barang yang tidak umum di mana pun. Atau bahkan menjual barang-barang yang dilarang beredar di kekaisaran. Tak jarang, mereka menjadikan tempat ini sebagai tempat yang bagus untuk melakukan transaksi ilegal.Shangguan Yan berdecak pelan, dia menyambar lengan Xi Feng dan menariknya masuk. “Karena sudah memutuskan untuk mengikutiku,
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

Bab 78 - Mi Telur Spesial

Di cuaca yang dingin ini, Xie Yinlan duduk bersantai di beranda rumahnya, masih berkutat dengan kain, benang dan jarum sejak dua hari yang lalu. Saat A-Yao menanyainya tentang pekerjaan barunya itu, Yinlan menjawab dia sedang menjahit pakaian musim semi untuk seseorang. A-Yao mencibir, “Kau semakin tahu caranya mengutarakan isi hati, ya, rupanya,” kemudian terkekeh pelan. Yinlan tersenyum tipis, tidak menanggapi ocehannya itu. Setelah beberapa percakapan pendek, Yinlan menghentikan pekerjaannya. Matahari sudah berada di puncak kepala, A-Yao pergi ke dapur untuk menyiapkan sesuatu. Yinlan menyimpan pakaian yang sedang dijahitnya di dalam laci. Kemudian pergi ke dapur untuk membantu A-Yao. Ya …, itu adalah kebohongan, dia punya tujuan tertentu dengan mendatangi dapur siang ini. Dia menyeringai lebar saat A-Yao menatapnya dengan sebelah alis yang terangkat. Bahkan pelayan-pelayan lain yang sedang ada di dapur juga merasa heran. Mereka dengan polosnya bertanya, “Selir, apakah kau m
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

Bab 79 - Dunia Penuh Fantasi

‘Pagi ini aku mendapat balasan surat dari Nanzhou. Shangguan Yan bilang dia sudah bertemu dengan Xi Feng, mendapati fakta bahwa wanita itu telah kehilangan sebagian ingatannya di waktu-waktu tertentu. Dia membawanya ke Pasar Gelap untuk menemui seseorang yang bisa mengembalikan ingatannya.’‘Tapi di tengah perjalanan, mereka diserang sekelompok pembunuh bayaran. Shangguan Yan menduga orang-orang itu dikirim Permaisuri untuk membunuh Xi Feng demi mencegah ingatan itu kembali.’ ‘Selir, ini adalah tugasmu. Kau memiliki seseorang yang sangat pandai menyelinap tanpa diketahui siapa pun. Dengan pemberitahuan singkat di atas, kau pasti tahu apa yang harus kau selidiki.’ ‘Dan satu lagi, berhati-hatilah.’ ‘Liu Xingsheng, untuk Selir Rong, Xie Yinlan.’ Yinlan menghela napas panjang, menjatuhkan selembar kertas itu di atas api. Membiarkannya terbakar hingga habis. Kemudian melanjutkan makannya dengan tenang. Setidaknya terlihat cukup tenang. Lima belas menit kemudian, Yinlan menahan A-Yao
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Bab 80 - Penyihir Merah

Senja sudah tiba, cahaya jingganya menyinari hamparan salju yang putih, membuatnya sedikit berpendar keemasan. A-Yao sedang merapikan tanaman bunga di tepi kolam. Ada beberapa pelayan lain yang sedang bekerja di halaman paviliun. Yinlan keluar dengan pakaian berwarna merah terang dan hiasan kepala yang ramai. Seperti Permaisuri saja. Pemandangan itu sontak membuat berpasang-pasang mata menatapnya tak berkedip. Beberapa sorot mata terlihat dipenuhi kebencian, beberapa yang lain tampak kagum berbinar-binar. Selir ini, apa yang dia lakukan? Dia memakai gaun merah secara terang-terangan seperti ini. Benar-benar tidak tahu etika dan aturan. Sudah jelas gaun merah tidak boleh dikenakan oleh wanita selain istri sah. Ini tidak hanya berlaku di dalam istana, juga di seluruh kekaisaran. Beberapa orang juga berpikir dia sangat berani melakukannya, meski melanggar aturan, dia terlihat cantik dan cocok mengenakan pakaian itu. Yinlan tersenyum lebar, “A-Yao, apakah aku terlihat cantik?” dia be
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more
PREV
1
...
678910
...
20
DMCA.com Protection Status