Home / Fantasi / Dewi Medis Kesayangan Kaisar / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Dewi Medis Kesayangan Kaisar: Chapter 91 - Chapter 100

192 Chapters

Bab 91 - Kekhawatiran Orang Terdekat

Mao Lian memasuki ruang baca, langkahnya terhenti di depan Jing Xuan yang masih sibuk mengurusi pekerjaan. Dia menautkan kedua tangannya, memberi salam. “Apa yang kau temukan?” tanya Jing Xuan. Dia meletakkan kuasnya, menutup dokumen yang terakhir. Kemudian berdiri, menuju meja lain dan menyuruh Mao Lian duduk di sana. Mao Lian mendekati meja itu, menuangkan teh yang sudah tersedia. Kemudian, dia menghela napas perlahan, “Menurutku, Selir Rong itu hanya sedang mengkhawatirkanmu saja, Yang Mulia.” Jing Xuan menatap tak mengerti, “Apa yang kau maksud itu?” Kedua ujung bibirnya tertarik ke atas, Mao Lian menunjukkan raut wajah menyebalkannya, “Habisnya, penjaga kuil selalu melihatnya keluar dari kamar malam-malam, dia banyak menghabiskan waktu tidurnya untuk merenung di belakang kuil sambil memandangi bintang-bintang. Dia sangat tidak takut kedinginan, Yang Mulia. Oleh karena itu, kupikir dia melakukannya karena merindukanmu yang tak bisa ditemuinya terlalu sering.” Jing Xuan menden
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 92 - Pembunuh Berhati Lembut

Istana Mingyue tampak lebih senyap dari biasanya. Xie Qingyan duduk di paviliun kecil di tengah taman bunga yang luas. Satu set alat lukis berada di depannya. Tangannya yang lembut memegang kuas. Seorang pelayan suka rela menggilingkan tinta. Salju berguguran, angin bertiup lembut memainkan anak rambutnya. Xie Qingyan menjalani kehidupan yang sangat tenang sejak Xie Yinlan tidak ada di Paviliun Hua Rong. Ning'er memasuki paviliun itu, dia membungkuk takzim, memberi salam. “Yang Mulia, mereka mengatakan Xi Feng sudah dalam perjalanan kembali ke Ibu Kota.” Ning'er melaporkan.Dengan tenang, Xie Qingyan meletakkan kuasnya di tempat kuas, dia menerima uluran sapu tangan dari salah satu pelayan wanita yang menemaninya. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis, dia menyeka tangannya dengan sapu tangan itu. “Kirim dua orang untuk menunggunya di Bingzhou. Saat dia melewati Bingzhou, suruh dua orang itu menahannya selama beberapa hari, selagi kau merencang rencana untuk membawanya masuk ke Ib
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 93 - Pria Yang Tidak Suka Dikurung

Toko Obat Qiuyue Cabang Nanzhou. Liu Xingsheng menghentikan kudanya di depan gerbang tinggi dengan dua penjaga di masing-masing sisi itu. Ada banyak orang yang berlalu-lalang melewati gerbang tinggi yang terbuka lebar itu. Sampai saat ini, Liu Xingsheng baru menyadarinya, bahwa Shangguan Zhi sudah sangat sukses dan kaya dengan bisnis pengobatannya. Lebih dari dua puluh tabib keliling di dunia persilatan yang menggunakan resep obatnya untuk mengobati pasien mereka. Salah seorang dari empat penjaga itu mendekat, dengan ramah menawarkan agar kudanya disimpan di tempat penitipan kuda milik toko obat mereka. Setelah menyerahkan kuda pada penjaga itu, Liu Xingsheng berbaur dengan pelanggan lain, memasuki toko obat. Setelah melewati gerbang itu, aula luas terhampar, meja panjang di sisi kiri dipenuhi orang-orang yang membeli obat. Jejeran meja dan kursi-kursi yang mengelilinginya tertata rapi di sepanjang sisi kiri aula.Beberapa pasien menunggu obatnya sambil minum teh, atau sedang be
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Bab 94 - Ingin Bertemu Nona Kedua

Di Kuil Leluhur Kekaisaran, A-Yao berdiri di balik pintu kamar Yinlan. Matanya terlihat sembap, dia berdiam diri di dekat pintu sambil memandangi Yinlan yang tak berhenti membaca buku-buku medis kuno yang berisi tentang berbagai macam racun itu. A-Yao menelan ludah, memantapkan hatinya untuk masuk dan membujuk Yinlan agar berhenti melakukannya. Dia melangkahkan kaki memasuki kamar sambil membawa mangkuk berisi bubur. “Selir, kau belum makan sejak pagi tadi.” A-Yao bersuara, Yinlan hanya bergumam menanggapinya. A-Yao menghela napas pelan, meletakkan mangkuknya di atas meja, kemudian berjongkok di samping Yinlan, merapikan buku-buku yang berserakan. Yinlan mendengus kesal, “Berapa kali pun aku membacanya dengan teliti, tetap tidak ada buku yang membahas tentang Teratai Hitam.” Dia menyerah membolak-balikkan halaman buku-buku yang jumlahnya hampir lima puluh ini. A-Yao tersenyum simpul, “Mungkin setelah makan kau akan menemukannya.” Yinlan memandangi raut wajah A-Yao yang tampak ta
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Bab 95 - Kantong Wewangian Ajaib

“Nona Kedua sangat suka dengan Arak Mawar Hitam dari Yangzhou.” Pengurus Penginapan menceletuk. A-Yao kembali menatapnya, menunggu penjelasan. “Di Ibu Kota, hanya ada satu kilang arak yang menjual Arak Mawar Hitam Yangzhou. Kau mungkin bisa menemukannya di sana.” A-Yao berdiri dengan mata berbinar, “Benarkah?” Pengurus Penginapan mengangguk, “Kau bisa mencarinya di Kilang Arak Danqing. Temuilah pemiliknya, Nona Pertama Luo Ailian, mungkin kau bisa tahu di mana Nona Kedua dari Nona Pertama Luo.” A-Yao membungkuk dan mengucapkan terima kasih lagi, “Terima kasih, Tuan! Aku sangat terbantu.” A-Yao segera keluar untuk mencari kilang arak yang dimaksud itu. Dia mendongak sambil berjalan-jalan perlahan di jalanan Ibu Kota yang ramai. Dia membaca semua papan besar yang ada di atas pintu toko-toko yang berjejer di tepi jalanan Ibu Kota. “Kilang Arak Danqing, ya …,” A-Yao bergumam, membaca satu-persatu papan-papan besar itu. “Itu dia!” A-Yao bersemangat setelah menemukannya. Dia berla
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 96 - Rasa Yang Spesial

Setelah mengantar A-Yao pulang, Shangguan Zhi langsung meninggalkan kuil tanpa menemui Yinlan terlebih dahulu. Dia juga sempat menenangkan A-Yao dengan berkata bahwa semuanya baik-baik saja. “Majikanmu itu sangat takut mati kau tahu? Jadi, jangan terlalu cepat menyimpulkan.”A-Yao tersenyum dan mengangguk, “Terima kasih, Nona Kedua. Berhati-hatilah.” “Ya! A-Yao, jangan lupa tidur lebih nyenyak!” Shangguan Zhi melambaikan tangannya dan kembali memasuki kereta kuda. Di pintu kamar sebelah kuil, Yinlan sudah berdiri menunggunya sambik berkacak pinggang. Dia melihat A-Yao dengan ekspresi separuh marah dan separuh kesal. A-Yao mendekat, dia menyeringai lebar, “Hehe …, Selir, tadi aku kembali ke paviliun sebentar.” “Untuk apa?” Yinlan bertanya ketus. Dia pasti merasa ada yang tidak beres dengan gadis ini. A-Yao menjawab dengan mantap, “Kupikir aku bisa menemukan sesuatu tentang Teratai Hitam dalam buku-buku medis yang ada di kamarmu, Selir. Jadi aku pulang untuk mencarinya.” Mata Yin
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 97 - Orang Dari Paviliun Hua Rong

Dua hari telah berlalu. Yinlan duduk merenung di belakang kuil, A-Yao sedang membersihkan kuil bersama pelayan wanita yang rutin datang setiap dua minggu untuk membersihkannya. Yinlan sedang mengingat-ingat sesuatu. ‘Mungkin saja tanaman Teratai Hitam itu pernah kudengar dulu saat masih di zaman modern. Tapi bagaimana pun aku mencoba mengingatnya, sepertinya tanaman semacam itu memang tidak pernah ada, kan?’ Yinlan menyandarkan tubuhnya dengan putus asa. “Di mana kau tumbuh wahai Teratai Hitam? Kenapa kau tidak membiarkanku menemukanmu?” Yinlan menghela napas pelan. Untuk mengisi kegiatan, Yinlan pergi ke lereng gunung untuk berjalan-jalan sejenak. Dia mengajak A-Yao dan mengatakan akan berjalan-jalan di lereng gunung untuk menyegarkan pikiran. A-Yao tersenyum penuh arti, “Tampaknya kau mulai melupakan Teratai Hitam itu, Selir.” Yinlan mendengus, “Ya. Aku menyerah. Sekeras apa pun aku mencari, aku belum juga menemukannya. Sial. Kenapa tanaman itu misterius sekali?” A-Yao terkeke
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 98 - Dia Tidak Boleh Mencintaiku

Minggu ini, Yinlan bangun lebih cepat dari biasanya. Dia berpakaian sederhana dan memasuki kuil untuk membersihkannya. Dia sudah menghitung hari dengan teliti dan menanti hari ini sejak lama. “Hari ini adalah hari Kaisar datang berkunjung.” Jadi dia sengaja bangun lebih awal dan membersihkan kamarnya dan kuil. “Jangan lupa berikan kantong wewangian itu padanya, Selir. Jangan sampai Yang Mulia menyadarinya, jika ada kesalahan, akan sulit mengeluarkannya dari pengaruh dupa itu.” Di sampingnya, A-Yao kembali mengingatkan sambil membersihkan bantalan duduk. Yinlan mendengus malas, “Kau sudah mengatakan itu lebih dari seratus kali, A-Yao, dalam tiga hari terakhir. Memangnya aku orang yang punya ingatan buruk? Sampai-sampai kau harus mengingatkanku setiap detik seperti itu.” Setelah meletakkan bantalan duduk di tempat yang seharusnya, A-Yao menggeleng, “Salah, Selir. Aku baru mengatakannya sebanyak sembilan puluh tujuh kali.” Yinlan melotot tak percaya, “K-kau benar-benar menghitungnya
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 99 - Matahari Bersinar Terang Hari Ini

“Selir, apakah kau butuh bantuan? Mengemasi barang-barang cukup melelahkan, akan lebih ringan kalau ada pria yang membantu juga.” Mao Lian menawarkan bantuan. “Tapi, bukankah Yang Mulia harus segera pulang?” Yinlan bertanya, kepalanya dimiringkan untuk melihat kereta kuda Kekaisaran yang tertutup tubuh Mao Lian yang berdiri di depannya. Mao Lian menoleh ke belakang, mengikuti arah pandangnya, dia menyeringai, “Sebenarnya, Yang Mulia yang menyuruhku membantumu. Dia bisa menyuruh orang lain mengemudikan kudanya, lihat.” Mao Lian menunjuk penjaga gerbang kuil yang berdiskusi dengan rekannya. Lalu dia pergi menghampiri kereta Jing Xuan dan duduk di tempat kusir. Yinlan mengangguk-angguk, “Kalau begitu, kau bisa membantuku.” “Dari mana aku harus memulai?” Mao Lian tersenyum lebar. “Ah, nanti saja. Ketika semua barang-barangnya sudah dikemas, kau yang akan membantu kami menaikkannya ke dalam kereta kuda.” A-Yao melambai tak peduli, dia memasuki kamar dan mulai mengemasi buku-buku yang
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 100 - Bersikap Seolah Tak Tahu Apapun

A-Yao menyeret Zhu Yan ke halaman depan paviliun meninggalkan jemurannya begitu saja. Zhu Yan bertanya kenapa A-Yao menyeretnya pergi. “Aku punya satu tugas yang tak kalah penting untukmu.” A-Yao menghentikan langkahnya di depan peti berisi puluhan buku itu. Tanpa mengatakan apa pun, dia membiarkan Zhu Yan menerka sendiri. Bukan seperti itu. A-Yao hanya ingin mengetesnya. Jika dia benar-benar Zhu Yan, seharusnya Zhu Yan tahu apa isi peti itu dan harus diapakan. Tapi jika orang ini malah bertanya apa isi peti itu, maka akan semakin mencurigakan sekali identitas aslinya. Dia jelas bukan Zhu Yan. “Ah, kau mau memintaku mengembalikan peti ini?” “Eh?” A-Yao terdiam seribu bahasa. Bukan hanya itu, orang ini bahkan tahu tujuannya apa. A-Yao mengangguk ragu. Zhu Yan menghela napas pelan, terlihat kecewa, “Tapi bagaimana caraku mengangkut benda berat ini? Kereta kuda itu sudah kutinggalkan di rumah Tuan Muda. Tidak mungkin aku membawanya sendirian kan? Apalagi berjalan kaki sangat jauh
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more
PREV
1
...
89101112
...
20
DMCA.com Protection Status