Home / Fantasi / Dewi Medis Kesayangan Kaisar / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Dewi Medis Kesayangan Kaisar: Chapter 61 - Chapter 70

216 Chapters

Bab 61 - Pertunjukan Sihir

Perjamuan berjalan meriah setelah Selir Agung Qin datang bersama Ibu Suri. Di belakang dua wanita itu, ada Tabib Liu dan dua orang pelayan pribadi mereka. Semua peserta perjamuan membungkuk dan memberi hormat pada kedua wanita yang berkuasa sejak era Kaisar Terdahulu itu. Xie Yinlan masih berdiri bersisian dengan Shangguan Zhi di dekat taman bunga. Sementara paviliun tempat perjamuan diadakan sudah dikerumuni oleh wanita-wanita yang hadir. Paviliun itu adalah tempat bagi para tamu khusus, mereka adalah Ibu Suri, Selir Agung Qin, Tuan Putri Changle, Liu Xianzhu dan Selir Rong. Undangan lain dipersiapkan untuk duduk di sepanjang halaman taman. “Terima kasih Nona-Nona sekalian sudah datang memeriahkan perjamuan bunga ini.” Ibu Suri tersenyum ramah. Xie Yinlan mengamati dari jauh, wanita tua itu tak seburuk yang dipikirannya ketika berhadapan dengan orang banyak. Tapi tentu saja, baginya, dia sama sekali bukan tipe mertua yang baik pada menantu kedua dari putra pertamanya. “Selir,
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Bab 62 - Hanya Cangkir Arak Biasa

“Di ujung pedang berdarahmu yang telah tumbangHidup seseorang kau renggut tiada kasihanArak Bunga Persik menyisakan penyesalanSendirian menangis menyelami lautan awanMenggenggam setangkai bunga persik, kesepian.”Tepuk tangan dan seruan kagum menggema begitu Xie Qingyan menyebutkan nama penyair terkenal dari zaman dulu. Dia tersenyum, baru saja menyelesaikan puisinya. “Puisiku tadi terinspirasi dari syair awan milik penyair legendaris di Kekaisaran Jing, Wang Yue An.” “Wang Yue An adalah penyair yang pernah hidup di medan perang. Semua kisah yang dia sembunyikan di dalam syair-syairnya pasti berkaitan dengan penyesalannya di medan perang.” Selir Agung Qin memberikan komentar. “Puisimu barusan, terlihat hidup sekali, Yang Mulia. Seakan-akan kau adalah Wang Yue An yang baru saja keluar dari medan perang yang mengerikan.”Xie Qingyan menanggapinya dengan senyuman, “Ayahku pernah pergi berperang. Setiap kali kembali ke markas, Ibu selalu mengucapkan kalimat-kalimat indah seperti itu
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Bab 63 - Cangkir Arak Bunga Sakura

“Tidak, Yang Mulia Selir Agung.” Xie Yinlan berdiri dari tempat duduknya dengan raut percaya diri. Saat ini, seluruh mata tertuju padanya. Termasuk Putri Changle yang berdiri di sebelahnya, wanita itu memandang dengan tatapan yang sulit diartikan.“Apa maksudmu, Selir Rong?” Selir Agung Qin mendengus pelan, dia meletakkan cangkir arak itu di atas mejanya dengan keras. “Hei! Kalau meletakkannya seperti itu, nanti bisa rusak!” Yinlan bergegas mendekat ke mejanya dan menyambar cangkir itu. Dia mengangkatnya tepat di bawah cahaya matahari, matanya sedikit memicing dan memeriksa permukaan cangkir berwarna putih polos dengan corak samar-samar berwarna hitam itu. “Huh …, syukurlah tidak ada keretakan,” Yinlan menghela napas lega, kembali meletakkan cangkir itu di atas meja Selir Agung Qin. Semua orang bertanya-tanya ada apa dengan sikap beraninya itu. Dan kenapa dia sampai menerobos ke depan meja Selir Agung hanya karena dia meletakkan sebuah cangkir biasa dengan sedikit entakan?Tentu
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

Bab 64 - Tarian Api

“Wah …, kau jenius sekali, Selir! Kupikir kau hanya tertarik soal obat-obatan saja. Ternyata sampai barang antik pun kau tahu banyak, ya …. Omong-omong tahu dari mana soal cangkir itu? Aku bahkan mengira kalau bunganya itu bunga persik.” Shangguan Zhi menepuk pundaknya berkali-kali, merasa bangga dengan apa yang Yinlan lakukan untuk membalikkan keadaan saat Putri Changle berusaha menjebaknya tadi. Yinlan menyeringai lebar, sedikit terganggu karena Shangguan Zhi menepuk pundaknya terlalu keras, sedangkan saat ini dia baru saja menelan makanan. Mereka baru saja selesai menikmati makan siang setelah pertunjukan hadiah Putri Changle selesai. Karena sudah jadwal makan siang, Selir Agung disarankan melanjutkan pertunjukan hadiahnya setelah makan siang selesai. Yinlan undur diri keluar paviliun setelah menyelesaikan makan siangnya. Saat ini, peserta perjamuan kembali menikmati bunga mekar di halaman Istana Chengzhi yang luas sebelum kembali melanjutkan pertunjukan hadiah. “Itu karena seb
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

Bab 65 - Kekacauan yang Memalukan

Suasana perjamuan mendadak berubah menjadi bencana, para tamu menjerit ketakutan. Lihat apa yang terjadi pada Jiang Lingyue di dalam lingkaran api itu?Bagaikan sebuah keajaiban, gadis itu keluar hidup-hidup, bahkan masih sempat melanjutkan tariannya. Dua selendang panjang itu ditarik kembali ke atas dengan cepat, apinya lenyap begitu saja, menyisakan abu yang beterbangan bersama kelopak bunga persik dan butiran salju. Xie Yinlan berdiri, dia mengacungkan ibu jarinya ke arah Shangguan Zhi dan Jiang Lingyue. Dalam hati, dia terkekeh-kekeh mengingat bagaimana proses menggelikan di balik api yang tiba-tiba muncul itu. Meski pun ini bagian dari rencananya, dia tidak menyangka Jiang Lingyue akan bekerja sama sebaik itu. “Nona Kelima, apa yang terjadi?” Ibu Suri berdiri dengan jantung yang masih berdegup kencang. Jiang Lingyue membungkuk, “Karena Ibu Suri dan Selir Agung Qin berasal dari keluarga militer, aku mempersembahkan tarian perang itu, Yang Mulia. Tarian itu bernama Membakar Cin
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

Bab 66 - Penyamaran

‘Saat aku mati-matian berusaha bangkit dari penindasan itu, kenapa kau justru datang membawa penderitaan yang lebih buruk? Jing Xuan, apakah selama ini aku salah, sudah memercayakan hidupku padamu?’ “Silakan, Selir.” Mao Lian mengulurkan tangannya ke depan. Mereka sudah berada di depan Paviliun Hua Rong. Di bawah tatapan merendahkan semua orang yang melihat hal memalukan itu, Xie Yinlan melangkahkan kaki memasuki paviliunnya. Seluruh rencananya gagal begitu saja karena kedatangan Jing Xuan yang begitu tiba-tiba. Padahal itu sudah tiba di puncak pertunjukannya. “Silakan pergi, Tuan Mao. Kau tidak perlu turun tangan sendiri untuk mengawasiku. Aku tidak akan lari. Aku akan mematuhi apa pun yang dia katakan. Pergilah.” Yinlan berdiri membelakangi Mao Lian. “Selir …, sebaiknya kau jangan membencinya,” kata Mao Lian. “Membencinya? Apakah kau berhak mengatur hal semacam itu padaku?” Yinlan mengembuskan napas kasar. “Setelah semua yang ku lakukan padanya, dengan balasan seperti itu, aku
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

Bab 67 - Pertemuan Penting

“Apakah aman?” Shangguan Zhi menemuinya di sebuah gang yang sepi. Dia memakaikannya topi cadar yang panjang. Yinlan mengangguk, “Zhu Yan kembali ke istana, akan menjemputku di halaman belakang setelah dua jam berlalu. Kita punya banyak waktu untuk bicara. Di mana Liu Xingsheng?” “Ikut aku.” Shangguan Zhi menarik tangannya menuju suatu tempat. Tempat yang dijanjikan adalah Penginapan Yuelai, Yinlan tahu gang yang sedang dilewatinya ini. Ini berada di belakang penginapan dua lantai itu. Setelah berbelok ke kiri dan berbelok lagi ke kiri, lalu melewati dua sampai empat kios, mereka tiba di Penginapan Yuelai. Pengurus penginapan menyapa Shangguan Zhi. “Nona Kedua, kini kau membawa temanmu, ya?” “Ya, dia dari Nanzhou, Tuan, berikan dua kendi arak untuk kami. Letakkan di kamar yang sudah kupesan itu.” Shangguan Zhi meninggalkan seuntai koin. “Baik, Nona Kedua, serahkan saja padaku.” “Liu Xingsheng sudah menunggu di dalam.” Shangguan Zhi menunjuk kamar nomor delapan.
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

Bab 68 - Teman Tidak Akan Mengkhianati Teman Yang Paling Berarti

A-Yao membulatkan mata terkejut saat mendengar suara pintu terbuka. Dia bergelung tegang di dalam selimut. Seseorang pasti telah memasuki kamar ini. Tak lama, terdengar suara pemantik api yang menyala, seseorang pasti meniupnya. A-Yao takut-takut membuka mata, tubuhnya terbungkus selimut dan menghadap dinding kamar. Sehingga dia tidak bisa melihat siapa yang diam-diam memasuki kamar Selir Rong. Mata A-Yao membuka sempurna saat melihat ruangan gelap ini tiba-tiba bercahaya remang. Seseorang pasti telah menyalakan lilin di atas kandil. Siapa yang sudah melakukannya. “Yinlan, aku datang untuk meminta maaf padamu.” suara itu terdengar disertai langkah kaki mendekat. A-Yao tercekat seketika, dia berkeringat dingin, dia sangat ketakutan. Ini masih cukup terang, orang-orang di istana belum tidur. Dan Jing Xuan diam-diam datang ke kamar Yinlan seperti ini?“Kau masih marah padaku?” suara Jing Xuan terdengar lagi. Kali ini lebih dekat dari sebelumnya. A-Yao merasa sepertinya Jing Xuan sud
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

Bab 69 - Beberapa Hal Harus Ditemukan Sendiri Jawabannya

Brak! Shangguan Zhi memukul meja dan menyambar kerah baju Liu Xingsheng. Dia berdiri dari kursinya dan mendorongnya hingga menabrak dinding kamar. Suara 'buk' terdengar ketika Shangguan Zhi memukul wajahnya. Liu Xingsheng meringis. Xie Yinlan berdiri panik menyadari situasi yang berubah dengan sangat cepat. “Dengar, Liu Xingsheng. Kakakku, tidak pernah membunuh siapa pun.” Liu Xingsheng terkekeh, “Dia mengatakan itu dengan mulutnya sendiri. Kau berharap aku menganggap itu hanya kebohongan? Shangguan Zhi, kau jangan lupa, siapa yang membuat kita saling bermusuhan.” Shangguan Zhi melonggarkan cengkeramannya, dia melangkah mundur, kemudian memukul wajah Liu Xingsheng dengan cukup keras. “Siapa yang membuat kita bermusuhan? Siapa pun orang itu, tak ada hubungannya dengan Shangguan Yan! Kau hanya memanfaatkannya karena dia terkenal di persilatan. Liu Xingsheng, kau jangan keterlaluan, fitnahanmu itu membuatnya memiliki banyak musuh dan harus hidup bersembunyi, bahkan menyamarkan iden
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

Bab 70 - Benang Cinta Sudah Terikat

Xie Yinlan menunduk, memandangi butiran salju yang jatuh di dekat kakinya, rasanya dingin sekali, saat salju ini melintasi dirinya. Pakaian yang dia kenakan tak cukup hangat. Dia gemetar, bukan karena tak mampu menahan dingin, justru karena takut pada sosok berjubah gelap yang berdiri sepuluh langkah darinya. “Apakah kau tidak bisa berbicara?” Jing Xuan melangkah, langkahnya yang lebar itu, hanya perlu beberapa langkah untuk tiba di depan Xie Yinlan. Yinlan menggerakkan kakinya ke belakang, tapi tubuhnya seperti lemah sekali sampai tak mampu melangkah dengan benar. Jing Xuan menyambar bahunya yang nyaris terhuyung jatuh. Kedua netra saling bertubrukan, Xie Yinlan menahan napas, tatapan buas itu seolah akan memakannya hidup-hidup. Tiba-tiba, Jing Xuan melepas jubah tebalnya, lalu memakainya di tubuh Yinlan yang kedingingan. Dia mengembangkan payung yang selama ini dibawa olehnya, untuk melindungi kepala Yinlan dari butiran salju yang berjatuhan. “Apa pun yang hendak kau lakukan,
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more
PREV
1
...
56789
...
22
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status