Home / Fantasi / Dewi Medis Kesayangan Kaisar / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Dewi Medis Kesayangan Kaisar: Chapter 51 - Chapter 60

224 Chapters

Bab 51 - Orang Itu Adalah Liu Xingsheng

Di Istana Mingyue.Permaisuri duduk di tepi ranjangnya dengan posisi santai, bahkan pahanya tampak terbuka, dan kerah baju mewah berwarna merahnya diturunkan hingga bahu. Jemarinya yang lentik menggenggam secangkir arak, Ada jejak pemerah bibir di tepi cangkirnya. Permaisuri menyeringai tipis saat menyadari Ning'er sudah memasuki kamarnya untuk melaporkan hal yang telah dia minta.“Bagaimana?” tanya Permaisuri. Ning'er menundukkan kepala dengan sopan, “Semuanya berjalan lancar, Yang Mulia.” Tatapan sayunya menatap Ning'er dengan penuh intimidasi, dia meletakkan cangkirnya yang sudah kosong itu, namun kaki cangkir tidak menapak dengan jelas sehingga membuatnya terjatuh dari tepi meja dan pecah. Ning'er menahan napas, Permaisuri mungkin akan mencercanya dengan berbagai kalimat buruk. “Kau membunuhnya?” tanya Permaisuri, suaranya merendah sehingga terdengar menakutkan bagi Ning'er. Ning'er menundukkan kepala, kemudian menjawab, “Tidak.” “Mengapa?” Permaisuri menatapnya dengan taja
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 52 - Aku Mengikutimu

Yinlan menelan ludah. Suasana mendadak begitu tegang. Yinlan melangkah mundur secara spontan, namun tubuhnya tertahan ranjang tidur Liu Xingsheng yang seakan tak membiarkannya melarikan diri saat itu juga. Yinlan mengepalkan tangannya yang mulai gemetar sedikit. Dengan rasa takut, dia memberanikan diri untuk tetap bergeming di tempatnya sampai orang di pintu itu menunjukkan wajahnya dan mendekat ke arahnya. Suara langkah kaki mendominasi, berkejaran dengan detak jantungnya yang kian bekerja lebih cepat dan padat. Yinlan tak mampu mengontrol deru napasnya yang mulai memburu. Akankah dia tertangkap seperti ini? Dituduh telah berniat membunuh Liu Xingsheng.“Liu Xingsheng memang diserang seperti itu, Xie Yinlan.” Suara itu muncul bersamaan dengan orangnya. Orang yang sangat Yinlan kenal, sekaligus juga sangat menyebalkan menurutnya. Siapa lagi, selain Yang Mulia Kaisar, Jing Xuan. Yinlan menatapnya sambil mendengus kesal. “Kau mengejutkanku.” Yinlan beralih dari tempatnya, berjongk
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 53 - Rencana Pesta Perjamuan Bunga

Sore yang sejuk, di Istana Dalam, Xie Qingyan berjalan anggun dengan gaun merahnya yang selalu menawan. Parasnya yang cantik sangat cocok dengan gaun merah itu, apalagi dia mengenakan beberapa perhiasan kepala yang mencolok. Seperti mahkota giok hijau yang belakangan ini ramai diperbincangkan orang-orang Ibukota. Juga riasan wajah yang tak terlihat natural tapi tetap nyaman di pandang itu. Ada apa Xie Qingyan berdandan seperti itu? Di belakangnya, A-Yao menenteng sebuah kotak panjang berwarna merah, ada kain sutra merah menyelimutinya. Raut wajah mereka tampak bagus.Di Aula Ji’an, Ibu Pelayan Bai membuka pintu aula dan membungkuk dengan sopan pada Ibu Suri yang duduk santai, dia melaporkan, “Yang Mulia. Yang Mulia Permaisuri datang berkunjung.” “Ah …, sudah datang, ya.” Ibu Suri tertawa kecil, dia meletakkan cangkir teh di atas meja, dia mengibaskan tangan kirinya, meminta dua pelayan yang sedang mengipasi dirinya segera undur diri dari Aula. Di dalam aula masih ada Selir Agung
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 54 - Teman Masa Kecil

Petang hari, Yinlan sudah kembali ke Paviliun Hua Rong, dia berjalan di antara pelayan-pelayan yang sedang membersihkan rumah dan halaman. Sepanjang jalan, dia tidak melihat A-Yao sama sekali. Saat bertanya pada salah satu dari pelayan-pelayan itu, mereka menjawab bahwa mereka tidak melihat A-Yao sejak berjam-jam yang lalu. Yinlan mendengus pelan, “Ke mana bocah itu?” Dia membuka pintu kamar, mengedarkan matanya ke segala sisi. Hari sudah petang dan A-Yao belum menyalakan lilin. Yinlan menyalakan semua lilin yang ada. Ketika ruangan sudah terang, dia menyapukan pandangannya untuk mencari A-Yao. “Astaga, anak itu.” Yinlan menghela napas pelan, menatap A-Yao yang tertidur pulas di atas meja. Kertas-kertas berserakan di lantai, kuas yang mengeras dan tinta yang mulai mengering. Ruangan itu lebih berantakan dari biasanya. “Dia benar-benar mempelajarinya seharian.” Yinlan tersenyum simpul, membereskan kekacauan itu sebelum membangunkan A-Yao dan menyuruhnya pindah ke kamarnya sendir
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 55 - Berlagak Seperti Penasihat

Di tengah obrolan Xie Yinlan dan Shangguan Zhi, Mao Lian tiba-tiba datang dan membuat keduanya berhenti berbincang. “Ah, Nona Kedua Shangguan sedang ada di sini.” Mao Lian tersenyum menyapa. Yinlan menatap waspada ke arahnya, kalau-kalau Mao Lian melaporkan kunjungan Shangguan Zhi ini kepada Jing Xuan, entah apa yang akan dia dapatkan nanti. Mao Lian tertawa kecil melihat tatapan Xie Yinlan yang tampak mencurigainya. Dia mengangkat tangannya sambil menggeleng, “Tenang saja, Selir. Aku datang bukan untuk menindasmu.” “…”Perkataan itu, tidakkah keterlaluan?“Aku datang untuk menyampaikan titah Kaisar. Hukumanmu sudah dicabut.” Wajah Yinlan tiba-tiba berseri, dia menatap Shangguan Zhi yang sudah tersenyum. “Tapi kau masih tidak boleh meninggalkan Istana. Lagi pula, tidak baik bagimu terlalu sering keluar, Selir.” Mao Lian memperingatinya. “Baiklah, baiklah, aku tahu.”“Selir, kau tidak lupa ini hari apa?” Hari apa? Yinlan berpikir apakah ada hal yang dia lupakan hari ini. Setela
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 56 - Kisah Masa Lalu Yang Tak Terlupakan

Dari puncak menara bernama Paviliun Longwei ini, terhampar pemandangan yang memanjakan mata. Atap-atap istana yang berwarna emas itu terlihat berkilauan diterpa cahaya matahari. Yinlan tersenyum tipis, ada tempat setinggi ini untuk menikmati seluruh keindahan dari tempat ini. Di ruangan ini, dia juga melihat sebuah rak berisi banyak buku. Matanya menatap Jing Xuan yang duduk tenang dengan mata terpejam, dari raut wajahnya, tampaknya dia masih menahan sakit. Mao Lian mendekatinya dan bertanya, “Selir, maukah berjalan-jalan di paviliun ini bersamaku sambil menunggu Yang Mulia? Bagaimana pun, satu jam adalah waktu yang lama.” Yinlan berbalik dan mengangguk. Seperti yang dia ketahui, ada satu lantai lagi di atas sana. Mao Lian menyebutnya Kamar Putra Mahkota. Yang sebenarnya itu bukan kamar untuk Putra Mahkota. Melainkan ruangan favorit Jing Xuan semasa kecil. Karena sering menghabiskan waktunya di sini bersama Kaisar Terdahulu, Jing Xuan kecil nyaris tidak pernah tidur di kamarnya
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 57 - Menu Mematikan

Satu jam telah berlalu sejak dia menusukkan jarum-jarum itu di tubuh Jing Xuan. Karena telah mengatur waktunya, dia bergegas turun menuju lantai empat setelah selesai mendengar cerita masa lalu dari Mao Lian. Dilihat dengan matanya, Jing Xuan sedang memejamkan mata dalam posisi lotus. Xie Yinlan tersenyum tipis, ‘Tampan sekali.’ Melihatnya duduk tenang seperti itu, tidak tampak lagi kalau dia adalah sosok kaisar dingin yang suka menindas selirnya. Xie Yinlan menghampirinya dan bertanya, “Bagaimana keadaanmu sekarang, Yang Mulia?” “Hm.” Jing Xuan hanya menjawab dengan gumaman pendek. Xie Yinlan sudah melepas semua jarumnya, dia merapikan barang-barangnya dan bersiap kembali ke Paviliun Hua Rong secepatnya. “Karena sudah di sini, kenapa tidak makan siang bersama saja?” Pertanyaan spontan dari mulut Jing Xuan itu sukses membuat tubuh Yinlan mematung di tempat. Dia bahkan merasakan jantungnya berdetak semakin cepat. Yinlan berbalik menatapnya dengan senyuman kikuk, “Ah …, tapi sepe
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

Bab 58 - Makna Di Balik Gelar Terpilih

Makan siang akhirnya dihidangkan di meja. Yinlan tersenyum yakin. Ikan di atas meja ini buatannya sendiri, meski ada campur tangan A-Shu di sana, setidaknya rasanya meyakinkan. “Duduklah.” Jing Xuan menutup bukunya. Dia menatap Yinlan yang sedang menata peralatan makan, dia menyiapkan nasi dan menuangkan air. Dia melakukannya dengan sungguh-sungguh, itu terlihat dari senyumannya yang lebar. “Kau tahu, Yinlan? Ini pertama kalinya aku membawa seseorang makan bersamaku di Paviliun Longwei.” Yinlan membeku, dia menatap Jing Xuan yang tampak sungguh-sungguh dengan kalimatnya. Pelan-pelan dia meletakkan mangkuk nasi di depan Jing Xuan. Dia tersenyum, “Itu artinya, ini juga pertama kalinya kau dibuat menunggu begitu lama di saat makan siangmu. Aku minta maaf, sebagai gantinya, cobalah makanan ini.” “Kau yakin tidak meletakkan apa pun di dalamnya, kan?” Jibg Xuan menatap tajam. ‘Astaga, pikiran buruknya itu menyakiti hati sekali.’ “Tenang saja, aku tidak punya motif yang mengharuskank
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

Bab 59 - Orang Gila Dari Gunung Xuanwu

Dalam perjalanannya menuju Nanzhou, Xi Feng sempat beristirahat di sebuah kota mati. Dalam perjalanan panjangnya di Dunia Persilatan, Kota Mati adalah lokasi paling sakral yang dilewati setiap pendekar di kalangan tersebut. Xi Feng menyebutnya ‘Surga Bagi Para Tabib’ karena di dalam tempat sebesar ini, hanya dapat dihidupi berbagai spesies binatang melata dan reptil beracun seperti kalajengking dan ular. Suhu udara yang tinggi membuat tanah di sini cenderung tandus dengan warna cokelat terang. Tidak ada bangunan megah seperti pada kota-kota pada umumnya. Meski pun berada di wilayah Kekaisaran Jing, tempat ini merupakan daerah otonom yang memiliki hukum tersendiri.Kota ini bernama Jinghe, hanya ada tiga bangunan utama di dalamnya. Yaitu Paviliun Yige, Balai Utama Youhuang dan Rumah Judi Pu’er. Xi Feng melangkahkan kaki ke dalam Paviliun Yige. Orang pertama yang melihat kehadirannya adalah pria besar dengan bekas luka besar di kepalanya yang tak ditumbuhi rambut, mata kirinya rusak
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

Bab 60 - Informasi di Perjamuan Bunga

Sejumlah wanita bangsawan yang diundang dalam perjamuan telah berkumpul. Mereka berkerumun, didampingi pelayan pribadi masing-masing. Salah satu yang paling menonjol adalah Liu Yanran, Putri Kabupaten dari Nanzhou, yang juga adik Liu Xingsheng. Dia tiba di Istana Chengzhi beberapa menit lalu bersama pelayan pribadinya, Yunchang. Liu Yanran langsung menghampiri Permaisuri dan menyapanya dengan ramah. Dari kejauhan, Xie Yinlan mengamati. “Kudengar kakakmu juga akan hadir di perjamuan, Xianzhu.” Permaisuri menyentuh pundaknya sambil tersenyum senang, dia menunjuk kursi yang berhadapan dengan tempat duduk Tuan Putri Changle. “Terima kasih, Yang Mulia. Tapi, untuk apa seorang Tabib Istana juga datang?” Liu Yanran mendudukkan tubuhnya di kursi itu, sementara Permaisuri mengambil posisi di kursi sampingnya. “Dia mendampingi Yang Mulia Ibu Suri. Karena Yang Mulia Ibu Suri harus menjaga makanannya, jadi beliau membawa seorang tabib di sampingnya.” Yinlan duduk di samping Tuan Putri Chang
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more
PREV
1
...
45678
...
23
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status