Home / Fantasi / Dewi Medis Kesayangan Kaisar / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Dewi Medis Kesayangan Kaisar: Chapter 41 - Chapter 50

180 Chapters

Bab 41 - Perasaan Tak Disadari

“Bagaimana keadaanmu sekarang, Yang Mulia?” Yinlan bertanya lembut sambil menatapnya. Jing Xuan mengamati ekspresi wajahnya di bawah cahaya lilin yang redup, dia menangkap sorot mata serius dari ekspresi lembut itu. Raut wajahnya tampak kesal setelah menyadari bahwa mungkin Yinlan hanya menganggapnya tak lebih dari sekadar pasien. “Yang Mulia? Kau merasa tak nyaman?” Yinlan memajukan wajahnya sedikit sehingga dia mampu merasakan hembusan napasnya yang hangat di tengah udara yang dingin. Jing Xuan mendengus, menjauhkan wajahnya dari sana. “Aku baik-baik saja.” Yinlan menatapnya kesal, ‘Dasar bermuka dua.’ Tak lama, A-Yao datang dengan nampan berisi teko dan gelas. Dia juga menyajikan teh-nya di depan Kaisar dan Xie Yinlan. Dalam hati, dia mungkin sedang bersyukur. Setelah beberapa penderitaan yang Yinlan rasakan saat memiliki gelar Selir Xian, semua itu berakhir setelah dia mendapatkan gelar barunya Selir Rong. “Yang Mulia. Selir Rong terlambat pulang karena memikirkanmu. Dia b
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

Bab 42 - Kue Persik Berharga

Di sela-sela makan malam, Mao Lian datang menjemputnya dengan berkata ada beberapa hal yang harus Jing Xuan periksa sekarang. Pengawal itu sempat menunggu hingga Jing Xuan menyelesaikan makannya. Mereka kemudian pergi sesaat setelahnya. Sebelum pergi, Yinlan memberikan kotak makanan berisi kue persik itu pada Mao Lian. Mao Lian mengintip isinya dengan senyum lebar, “Wah …, kue persik!” Yinlan mengangguk dan balas tersenyum, “Aku membelinya dari kedai yang berada di samping Penginapan Yuelai. Kue buatan mereka benar-benar enak.” “Kau yakin memberikannya padaku?” Mao Lian bertanya dengan nada sedikit khawatir, matanya melirik Jing Xuan yang tampak datar tak peduli. Yinlan tertawa, “Aku menawarkannya pada Yang Mulia. Tapi dia menolak dan mengatakan bahwa Kaisar tidak memakan makanan seperti ini. Jadi aku memberikannya padamu saja. Kudengar kau belum makan malam karena menungguinya di ruang baca, kan?”“Tentu saja, Selir. Terima kasih, aku memang agak lapar.” Jawab Mao Lian dengan w
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

Bab 43 - Trik Yang Terbongkar

Malam itu, Istana Mingyue dalam keadaan paling berantakan. Cangkir-cangkir, kandil dan kendi arak berserakan di lantai. Peralatan kecantikan, perhiasan, semuanya berserakan di tempat yang tidak seharusnya. Di antara ruangan kamar yang berantakan itu, Xie Qingyan duduk dengan kedua tangan terkepal. Dia menatap Ning'er dengan penuh emosi. Sementara Ning'er hanya bisa berlutut dengan kepala tertunduk. Terdiam membisu.“Tidak ada yang salah dengan darah Xie Yinlan. Kau yang terlalu lalai sehingga seseorang menukar darah itu, Ning'er. Pikirkanlah. Bagaimana Xi Feng bisa tetap hidup setelah terserang racun yang sama dengan Kaisar?” tanya Xie Qingyan. “Kau beruntung karena darah itu tidak berdampak apapun pada Yang Mulia. Bagaimana jika yang terjadi di luar kendali kita? Ning'er, kau harus menyadari kesalahanmu!” Xie Qingyan berdiri, berseru dengan penuh kebencian. Ning'er menjatuhkan kepalanya di lantai. “Hamba bersalah, Yang Mulia! Mohon berikan hukuman!” “Huh!” Xie Qingyan mengembusk
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Bab 44 - Senjata Terakhir

Pelayan meletakkan cangkir dan teko di atas meja. Teh dituangkan, uap samar-samar terlihat. Pengunjung berlalu-lalang, beberapa orang berkerumun di satu meja besar. Restoran ini tepat berhadapan dengan Istana Kekaisaran, menjadikannya tempat makan favorit para pejabat yang berkumpul setelah rapat rutin setiap pagi. Hal itu juga berlaku bagi siapa pun yang bekerja di Istana. Bahkan Pangeran Chi punya ruangan khusus di lantai tiga restoran ini, yang hanya dimiliki olehnya. Saat ini, Xi Feng dan Liu Xingsheng berada di salah satu dari belasan meja di lantai dua restoran ini. Pelayan tadi juga meletakkan teko dan cangkir di atas meja mereka. “Apa yang membuatmu begitu sibuk, Tabib Xi?” tanya Liu Xingsheng. Ketika tangannya bergerak mengambil teko berisi teh itu, Xi Feng menyodorkan cangkirnya lebih dekat, Liu Xingsheng tersenyum tipis. “Sejak kapan kau mengurusi diriku?” Xi Feng menatap malas. Liu Xingsheng meletakkan cangkir yang penuh ke depan Xi Feng. “Sejak kau berurusan dengan
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Bab 45 - Rumor Perselisihan

Ketika Xie Yinlan sedang belajar menjahit di tepi kolam teratai kediamannya, Xie Qingyan datang dengan wajah angkuhnya. Beberapa pelayan baru yang sedang bekerja di luar kediaman tiba-tiba menyingkir. Mereka berbisik-bisik mengenai apa yang akan terjadi pada kedua orang yang diketahui sedang berselisih ini. Sejak kehadiran Xie Yinlan sebagai Selir Rong diketahui oleh publik, rumor bahwa Permaisuri tidak menyukainya mulai menyebar di kalangan pelayan istana. Mereka yang tahu bahwa Selir Rong adalah Selir Xian yang dulunya hanya dikurung di kediaman terpencil di harem mulai menyebarkan berita yang sedikit dilebih-lebihkan. Mereka yang menyangka Selir Rong adalah selir yang baru diangkat merasa bahwa dia lebih pantas dijadikan permaisuri. Rumor di kalangan pelayan istana itu sepertinya telah sampai di telinga Xie Qingyan. Apalagi pagi ini dia melihat Pengurus Etiket Lu membawa pergi banyak pelayan pria dan wanita ke Paviliun Hua Rong untuk dipekerjakan di sana. Dia mulai merasa posi
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

Bab 46 - Kepedulian Yang Menciptakan Penderitaan

Setelah kejadian itu, Xie Yinlan tampaknya menderita demam. Dia memeluk tubuhnya di balik selimut tebal. Dia tidak berbicara dalam waktu yang lama. Di dalam kamarnya yang redup, dupa penenang menyala dan asapnya mengharumkan ruangan. Matanya terlihat sembap, dan dia tidak mau menunjukkan wajahnya pada siapa pun. Bahkan A-Yao, yang datang ke kamarnya untuk memberikan obat juga tidak dia pedulikan. Dia berpikir apa kesalahannya sampai Jing Xuan begitu tidak mau memercayainya. Berapa kali pun mau dijelaskan, Jing Xuan tetap menganggapnya telah mencelakai Permaisuri. Jing Xuan sama sekali tidak mau mengetahui bahwa Yinlan menceburkan diri untuk menyelamatkannya. Dan berakhir begitu malang. Mungkin saat ini Jing Xuan sedang berada di Istana Mingyue, merawat Xie Qingyan dengan sepenuh hati, dan sibuk melimpahkan semua kesalahan pada Xie Yinlan. Yinlan menghela napas panjang, ‘Kau memang tidak pernah menatapku sebagai wanita, Jing Xuan.’ “Selir, kau harus minum obat.” A-Yao membujukny
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

Ban 47 - Sesuatu Yang Hilang

“Tabib Xi, kau sudah bangun?” Ning'er tersenyum dengan mata menyipit. Xi Feng membuka matanya yang masih terasa berat. Kepalanya berdenyut dan terasa menyakitkan, tangannya memijit pelan tengkuknya yang terasa sakit. “Apa yang terjadi padaku?” Xi Feng bertanya, sedikit meringis. Saat ini dia berada di suatu ruangan di suatu tempat yang sangat dia kenal, namun yang membuatnya keheranan, kenapa ada Ning'er di sini bersamanya?“Aku melihatmu pingsan di depan istana, Tabib Xi. Jadi aku bergegas membawamu pulang ke rumahmu. Kupikir telah terjadi sesuatu padamu.” Ning'er menjawab khawatir. “Ning'er, bagaimana kau bisa menemukanku?” Xi Feng bertanya lagi, kali ini dia menatap Ning'er dengan secercah harapan di balik sorot matanya yang sendu. Ning'er terdiam, “Aku sedang mencarimu, Tabib Xi. Kau punya janji pertemuan dengannya pagi ini, tapi kau tidak muncul. Sekarang sudah mau petang.” “Dengannya?” Xi Feng menaikkan sebelah alis. Siapa yang Ning'er sebut ‘dengannya’?.“Maksudku, Yang M
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 48 - Selama Aku Menyukaimu, Jangan Mengkhawatirkan Apa Pun

Matahari tumbang di sisi barat, cahaya senja yang indah menerpa permukaan kolam teratai sehingga membentuk warna keemasan yang menawan. Yinlan berlari kecil di tepi kolam sambil tertawa-tawa kecil, tangannya terangkat memegang sepucuk surat. Di belakangnya, A-Yao berlari mengejar sambil sesekali berseru, “Berhenti, Selir! Berikan suratnya padaku!” Tanpa keduanya sadari, Jing Xuan memerhatikan dari jauh, sekitar enam langkah dari Istana Mingyue, dia menyaksikan Xie Yinlan tertawa renyah dengan wajah bahagia itu. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Jing Xuan tiba-tiba tersenyum melihat keindahan itu.Ketika menyadari seseorang sedang mengamatinya dari jauh, Yinlan berhenti berlari, dan menoleh menatap arah sesuai intuisinya. Yinlan membeku di tempat, melihat pria itu berdiri menatapnya dari kejauhan dengan senyum tipis di bibirnya. “Dia tersenyum?” Yinlan bergumam. “Hap! Yeey!” A-Yao merampas lipatan kertas itu dari Yinlan. Dia melompat senang sambil tertawa renyah. “Ada apa,
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 49 - Penyerangan

Suara berderit terdengar pelan, langkah kaki terdengar menyusul sesaat kemudian. Diikuti seruan panggilan yang ditujukan pada seseorang. Ya. Liu Xingsheng.Dua orang ini sudah berjanji akan menemui Liu Xingsheng di Dapur Obat Balai Kesehatan Istana untuk mengambil obat milik rekannya yang sedang terluka. Namun setelah mengetuk pintu dan memanggil namanya berkali-kali, tetap tak ada orang yang menyahut dari dalam. Itu membuat mereka berpikir Liu Xingsheng sudah meninggalkan dapur obat menuju suatu tempat yang masih ada di Balai Kesehatan Istana. Sebelum meninggalkan ruangan ini, mereka berpapasan dengan salah satu rekan medis Liu Xingsheng, yang sepertinya dia tahu saat Liu Xingsheng memasuki ruangan ini dan belum melihatnya keluar. Karena itulah, kedua Pengawal Kekaisaran memutuskan untuk membuka pintu dapur obat atas izin tabib itu dan mencari sendiri Liu Xingsheng yang mungkin masih berada di sini dan tidak mendengar suara mereka. “Aneh sekali, kenapa ruangannya gelap?” salah
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 50 - Dia Mengabaikanmu, Yang Mulia

“Selir Rong!” Mao Lian berseru dan menghentikan langkahnya di depan Paviliun Hua Rong. Dia berjongkok dengan napas tersengal-sengal. Yinlan yang sedang duduk di ruangan depan bersama A-Yao terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba itu. Mereka sedang duduk santai tanpa menghidangkan apa pun di atas meja. Mungkin karena keduanya sudah terbiasa mengobrol bersama di hari-hari yang begitu luang ini ….“Selir, kau baik-baik saja? Oh, syukurlah!” Mao Lian menghela napas lega. Dengan tak tahu malu, dia bergabung dengan Xie Yinlan dan A-Yao di meja yang dikelilingi empat kursi itu. Membuat kedua wanita itu saling menatap, ‘Apa yang terjadi psdanya?’“A-Yao, apakah tidak ada teh?” Mao Lian berlagak seolah sedang mengatur napasnya yang menderu. Yinlan menaikkan sebelah alisnya tidak mengerti, “Kau berlari dari Istana Depan ke sini?” Mao Lian mengangguk, “Oh, aku haus sekali. A-Yao, apakah ada teh? Aku sudah bertanya dua kali.” A-Yao tak langsung menurutinya, dia menatap Yinlan seolah mem
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1
...
34567
...
18
DMCA.com Protection Status