Semua Bab Dewi Medis Kesayangan Kaisar: Bab 31 - Bab 40

224 Bab

Bab 31 - Mahkota Biru

Ning'er keluar dari kamar nomor delapan sambil menepuk pelan tangannya, dia menutup pintu dengan tenang lalu memasuki kamar sebelahnya di mana Xie Qingyan sedang mengobrol dengan Xi Feng. Wanita racun itu mengeluarkan sebuah botol giok kecil berisi cairan racun. Dia mengeluarkannya dengan raut wajah percaya diri. “Apa ini?” “Tak salah lagi. Ini pasti racun yang sudah melukai Kaisar.” Xi Feng menyerahkan botol kecil itu pada Qingyan. “Yang Mulia, racun inilah yang sudah membuatku terluka parah belasan tahun lalu. Dan kau memberikan darahmu padaku. Awalnya hanya karena aku kehabisan banyak darah, kau tak pikir panjang langsung menyayat lenganmu dan meneteskan darahmu ke mulutku. Dan aku sembuh begitu saja.” Xi Feng menjelaskan dengan sangat antusias, seperti ada ambisi besar di balik sorot matanya. “Sembuh begitu saja?” Xie Qingyan menatap tak percaya, ‘Wanita dalam ramalan itu …, mungkinkah benar-benar dia?’ lanjutnya dalam hati. “Yang Mulia, katakan padaku, kau pernah makan ramu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-20
Baca selengkapnya

Bab 32 - Pelenyapan Diri

Samar-samar terdengar suara banyak orang, lantas dia merasakan hawa yang dingin menusuk tulang. Dia memeluk tubuh yang menggigil kedinginan. Perlahan, Yinlan membuka mata, semuanya nampak kabur, setitik cahaya terang muncul, dia menatap langit-langit kamar yang remang, cahaya itu berasal dari celah ventilasi udara di atas jendela yang tertutup.Dia berusaha duduk, namun tiba-tiba merasakan sekujur tubuhnya lemah, dan tangan kirinya tak bisa digerakkan. Dia meringis pelan, matanya mulai menelisik sekitar. “Aku di mana?” dia memegang kepalanya yang sedikit pusing. “Masih di penginapan itu?” Dia mulai mengingat potongan-potongan kejadian itu. Dia mengikuti Xie Qingyan dan Ning'er ke penginapan ini. Saat sudah tahu mereka ada di kamar yang mana, dan dia memesan kamar yang benar-benar bersebelahan dengan mereka, Ning'er justru muncul di dalam kamar yang dia pesan. Bukan hanya itu, Ning'er bahkan berani memukulnya hingga pingsan. Dan meninggalkannya di ruangan ini hingga sekarang. Yin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-20
Baca selengkapnya

Bab 33 - Sungguh Asumsi Yang Buruk

A-Yao datang untuk mengantarkan makan malam dan obat. Yinlan sedang duduk sambil merenung memikirkan sesuatu. Dia menatap lengan kirinya yang kini dibalut perban, dia tidak ingat kapan dia mendapatkan luka ini. Dugaannya adalah Xie Qingyan yang melukainya. Tapi dia tidak dapat memikirkan motif apa pun yang menyebabkan Xie Qingyan harus melukainya di penginapan itu. Padahal jika dia tertangkap basah sedang menguntit, bukankah Xie Qingyan bisa membunuhnya saat itu juga?Belum lagi, dia juga penasaran tentang kenapa Shangguan Zhi menganggapnya hendak melenyapkan diri? Padahal sebagai ahli medis, harusnya Shangguan Zhi juga tahu kalau luka ini tidak mungkin pelenyapan diri. Karena jika memang dia berniat melenyapkan diri, dia harus menyayat lengannya tepat di pergelangan tangan untuk merobek nadi agar bisa berhenti bernapas. Yinlan menghela napas pelan, dia mengangkat kepalanya dan terkejut, “Astaga!” dia membulatkan mata melihat A-Yao sudah ada di hadapannya. “Selir …, jangan terlalu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-21
Baca selengkapnya

Bab 34 - Orang Yang Sangat Takut Mati

Esok hari, Yinlan terbangun karena mendapati Jing Xuan sudah berada di kamarnya. Dia tersenyum puas. Ini adalah kesempatan yang terbaik untuk berbicara padanya mengenai pergi ke Kediaman Shangguan. Saat dia masih berbaring dan menatap wajahnya lamat-lamat, Yinlan justru merasa pria ini seperti sudah mengetahui sesuatu.“Yang Mulia,” Yinlan beringsut duduk, tersenyum lebar. Jing Xuan mengulas senyum tipis, “Kau masih berpikir ingin melenyapkan diri setelah melihatku begitu pagi sudah ada di tempatmu?” Yinlan menyeringai, “Hehe, aku tidak akan melakukannya lagi.” “Kalau kau mau melarikan diri dariku, setidaknya cari tempat yang lebih jauh untuk bunuh diri, dasar bodoh!” Jing Xuan berbisik geram di depannya. Xie Yinlan mendengus, ‘Setelah kejadian dramatis di tebing hari itu, pria ini harusnya tahu kalau aku tidak akan bunuh diri sampai malaikat maut datang sendiri untuk mencabut nyawaku. Kau juga seorang Kaisar yang bodoh!’“Yang Mulia …, aku ingin —”“Selir Rong! Astaga, apakah ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-21
Baca selengkapnya

Bab 35 - Permaisuri Sedang Sakit

Sore hari, Yinlan membawa A-Yao dan Mao Lian ke Kediaman Shangguan untuk menemui Nona Kedua Shangguan Zhi. Begitu tiba di sana, Tuan Shangguan menyambut dengan ramah, apalagi begitu melihat pria gagah di belakang kedua wanita ini memakai topi Kekaisaran. “Masuklah, putriku ada di kamarnya, kalian bisa menunggu paviliun di tepi kolam itu, dia akan datang setelah kami memanggilnya.” Nyonya rumah tersenyum ramah. “Keluarga Shangguan sangat ramah.” A-Yao berbisik pelan di telinga Yinlan. “Tentu saja, mereka orang kaya yang didatangi orang kepercayaan Kaisar nomer satu,” jawabnya sambil melirik Mao Lian yang berjalan di belakangnya. “Jika yang datang adalah pengemis, kita tidak tahu apakah reaksinya masih sama atau justru malah kebalikannya.” Jawaban Yinlan membuat A-Yao mendengus pelan, “Belakangan ini kau selalu berlebihan menanggapi sesuatu, Selir.” “Maka biarkan saja.” Yinlan tersenyum, “Omong-omong, Tuan Mao, kau bisa menunggu kami di kursi itu saja.” Yinlan menoleh ke belakang,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-22
Baca selengkapnya

Bab 36 - Perselisihan Istana Harem

“Apa yang kau tahu?” Xie Yinlan melotot serius sambil mencengkeram kedua lengan Shangguan Zhi.“Perempuan yang kau ikuti adalah Permaisuri, bukan? Dan orang yang ingin dia temui adalah Xi Feng.” Shangguan Zhi menjawab dengan santai. “Hah …? Itu yang kau tahu? Tak ada yang lain?” Yinlan menatap tak percaya. Shangguan Zhi mengangguk, “Beberapa menit sebelum kau berpapasan denganku, aku lebih dulu berpapasan dengan mereka di depan penginapan itu. Permaisuri dan pelayannya berbicara dengan pengurus penginapan, dan pengurus penginapan menunjuk kamar sembilan di lantai dua sebagai jawabannya.”“Begitu keluar, aku melihatmu berjalan dengan bingung, dan kau yang melihatku langsung memintaku meminjamkan topi cadarku padamu. Aku tahu apa yang sedang kau lakukan, jadi aku membantumu dengan meminjamkan cadar itu.” Yinlan dan A-Yao saling menatap dengan bingung. “Kenapa kau mau membantuku?” Yinlan sungguh tidak mengerti arah pikirannya. Shangguan Zhi tersenyum tipis, “Karena aku tahu kau adal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-22
Baca selengkapnya

Bab 37 - Sesuatu Yang Berpendar di Bawah Senja

“Selir, apakah kau lupa tentang obat-obatanmu?” A-Yao bertanya pelan sambil sesekali melirik Mao Lian yang berjalan di belakang mereka. “Aku sengaja melupakannya. Ada hal yang lebih penting dari obat-obatan itu, A-Yao.” Yinlan memperhatikan jalanan dengan serius. Dia tidak melepaskan pandangannya dari orang-orang yang berjalan melewatinya. “Apakah itu tentang Ye Yunshang?” Xie Yinlan mengangguk, “Memang sangat mencurigakan jika Ning'er muncul bersamaan dengan hilangnya master sekte terpencil di dunia persilatan. Mungkin dia merubah wajahnya agar tidak ada yang mengenalinya. Atau saat masih hidup dia punya kebiasaan seperti Nona Kedua, yang selalu menutupi wajahnya dengan cadar. Tapi fakta bahwa kamar itu terkunci saat aku baru tiba dan Ning'er sudah berada di dalamnya, itu menjelaskan bahwa dia bisa melakukan hal yang mustahil bisa dilakukan oleh wanita biasa seperti kita, A-Yao. Bisa saja dia memang Ye Yunshang itu.” “Tapi untuk apa kita mencari tahu tentangnya?” A-Yao masih tida
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-23
Baca selengkapnya

Bab 38 - Pengobatan Pertama

Ketika malam yang gelap menghembuskan angin musim gugur yang dingin ke dalam kamar Xie Qingyan melalui jendela yang separuh terbuka itu, Jing Xuan membuka matanya dan merasakan hawa dingin yang luar biasa. Dia menatap persekitaran yang remang, dan seorang wanita yang terbaring tenang di sampingnya. Setelah menyadari apa yang terjadi, dia membulatkan mata tak percaya. “Bagaimana mungkin aku tertidur di kamar Permaisuri?” gumamnya dalam hati. Dia bergegas segera turun dari ranjang itu, sebelumnya dia sempat menutup jendela yang separuh terbuka. Dan memastikan Xie Qingyan tidak kedinginan selama tidurnya. “Yang Mulia.” Mao Lian membungkuk begitu melihat majikannya keluar dari Istana Mingyue. “Apakah kau berjaga di sini sepanjang malam?” tanya Jing Xuan. Mao Lian mengangguk, “Aku berpikir Yang Mulia akan terbangun tengah malam. Jadi aku menunggu di sini.” Keduanya berjalan meninggalkan Istana Mingyue. Jing Xuan memegangi kepalanya yang terasa berdenyut, wajahnya sedikit meringis, s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-23
Baca selengkapnya

Bab 39 - Rekan Bisnis

Satu jam telah berlalu, Xie Yinlan mencabut jarum-jarum yang menancap di titik-titik tubuh Jing Xuan. Pucuk jarum itu berubah menjadi hitam pekat setelah dicabut. “Ini adalah bekas racun yang didetoksifikasi.” Yinlan menunjukkannya pada Mao Lian. “Bagaimana keadaanmu, Yang Mulia?” tanya Mao Lian. Jing Xuan menyeka bibirnya yang berdarah. Dia menghela napas panjang, “Aku sudah lebih baik.” Mao Lian tersenyum lebar, ini adalah hal menggembirakan. “Ingat, Yang Mulia. Kau tidak boleh melupakan segala pantanganmu. Atau pengobatan ini akan gagal. Sekali sudah gagal, tidak ada pengobatan apa pun lagi yang bisa menyembuhkanmu meski pun aku sudah menemukan penawarnya.”“Kau cerewet sekali.” Jing Xuan berdiri dengan tertatih, keringat membasahi pakaiannya, Mao Lian bergegas membantunya berdiri. “Yang Mulia, bolehkah aku meminta izin keluar?” Xie Yinlan menyeringai lebar, menatap dari balik satir saat Jing Xuan sedang berganti pakaian. “Untuk apa lagi?” Jing Xuan menggeram dengan suara re
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-24
Baca selengkapnya

Bab 40 - Opera Bersejarah

Setelah matahari tenggelam, aktivitas Ibukota semakin ramai. Selain rumah bordil dan balai perjudian, beberapa kedai minuman baru terbuka, dan restoran-restoran yang menyediakan tempat hiburan mulai dipadati pengunjung. Xie Yinlan dan A-Yao berjalan di antara kerumunan orang ramai itu. A-Yao menenteng banyak sekali barang, termasuk sebuah kotak mewah yang dihiasi ukiran berwarna keemasan. “Kita sudah terlambat, Selir.” A-Yao mengeluh sambil sesekali memperbaiki posisi barang bawaannya. Yinlan tersenyum lebar, “Karena itulah aku membelikannya beberapa makanan enak. Kudengar siapa pun akan terhibur jika diberikan makanan enak saat sedang kesal.” “Maksudmu, hal sepele semacam itu juga bisa membuat Kaisar tidak marah karena kau pulang terlambat?” tampaknya A-Yao meragukan ide ini. “Tentu saja tidak. Aku akan memarahinya lebih dulu jika dia berani marah-marah di depanku. Karena hal yang paling harus dia hindari saat ini adalah marah-marah. Aku tak akan bertanggung jawab jika tubuhnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
23
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status