Satu jam telah berlalu, Xie Yinlan mencabut jarum-jarum yang menancap di titik-titik tubuh Jing Xuan. Pucuk jarum itu berubah menjadi hitam pekat setelah dicabut. “Ini adalah bekas racun yang didetoksifikasi.” Yinlan menunjukkannya pada Mao Lian. “Bagaimana keadaanmu, Yang Mulia?” tanya Mao Lian. Jing Xuan menyeka bibirnya yang berdarah. Dia menghela napas panjang, “Aku sudah lebih baik.” Mao Lian tersenyum lebar, ini adalah hal menggembirakan. “Ingat, Yang Mulia. Kau tidak boleh melupakan segala pantanganmu. Atau pengobatan ini akan gagal. Sekali sudah gagal, tidak ada pengobatan apa pun lagi yang bisa menyembuhkanmu meski pun aku sudah menemukan penawarnya.”“Kau cerewet sekali.” Jing Xuan berdiri dengan tertatih, keringat membasahi pakaiannya, Mao Lian bergegas membantunya berdiri. “Yang Mulia, bolehkah aku meminta izin keluar?” Xie Yinlan menyeringai lebar, menatap dari balik satir saat Jing Xuan sedang berganti pakaian. “Untuk apa lagi?” Jing Xuan menggeram dengan suara re
Setelah matahari tenggelam, aktivitas Ibukota semakin ramai. Selain rumah bordil dan balai perjudian, beberapa kedai minuman baru terbuka, dan restoran-restoran yang menyediakan tempat hiburan mulai dipadati pengunjung. Xie Yinlan dan A-Yao berjalan di antara kerumunan orang ramai itu. A-Yao menenteng banyak sekali barang, termasuk sebuah kotak mewah yang dihiasi ukiran berwarna keemasan. “Kita sudah terlambat, Selir.” A-Yao mengeluh sambil sesekali memperbaiki posisi barang bawaannya. Yinlan tersenyum lebar, “Karena itulah aku membelikannya beberapa makanan enak. Kudengar siapa pun akan terhibur jika diberikan makanan enak saat sedang kesal.” “Maksudmu, hal sepele semacam itu juga bisa membuat Kaisar tidak marah karena kau pulang terlambat?” tampaknya A-Yao meragukan ide ini. “Tentu saja tidak. Aku akan memarahinya lebih dulu jika dia berani marah-marah di depanku. Karena hal yang paling harus dia hindari saat ini adalah marah-marah. Aku tak akan bertanggung jawab jika tubuhnya
“Bagaimana keadaanmu sekarang, Yang Mulia?” Yinlan bertanya lembut sambil menatapnya. Jing Xuan mengamati ekspresi wajahnya di bawah cahaya lilin yang redup, dia menangkap sorot mata serius dari ekspresi lembut itu. Raut wajahnya tampak kesal setelah menyadari bahwa mungkin Yinlan hanya menganggapnya tak lebih dari sekadar pasien. “Yang Mulia? Kau merasa tak nyaman?” Yinlan memajukan wajahnya sedikit sehingga dia mampu merasakan hembusan napasnya yang hangat di tengah udara yang dingin. Jing Xuan mendengus, menjauhkan wajahnya dari sana. “Aku baik-baik saja.” Yinlan menatapnya kesal, ‘Dasar bermuka dua.’ Tak lama, A-Yao datang dengan nampan berisi teko dan gelas. Dia juga menyajikan teh-nya di depan Kaisar dan Xie Yinlan. Dalam hati, dia mungkin sedang bersyukur. Setelah beberapa penderitaan yang Yinlan rasakan saat memiliki gelar Selir Xian, semua itu berakhir setelah dia mendapatkan gelar barunya Selir Rong. “Yang Mulia. Selir Rong terlambat pulang karena memikirkanmu. Dia b
Di sela-sela makan malam, Mao Lian datang menjemputnya dengan berkata ada beberapa hal yang harus Jing Xuan periksa sekarang. Pengawal itu sempat menunggu hingga Jing Xuan menyelesaikan makannya. Mereka kemudian pergi sesaat setelahnya. Sebelum pergi, Yinlan memberikan kotak makanan berisi kue persik itu pada Mao Lian. Mao Lian mengintip isinya dengan senyum lebar, “Wah …, kue persik!” Yinlan mengangguk dan balas tersenyum, “Aku membelinya dari kedai yang berada di samping Penginapan Yuelai. Kue buatan mereka benar-benar enak.” “Kau yakin memberikannya padaku?” Mao Lian bertanya dengan nada sedikit khawatir, matanya melirik Jing Xuan yang tampak datar tak peduli. Yinlan tertawa, “Aku menawarkannya pada Yang Mulia. Tapi dia menolak dan mengatakan bahwa Kaisar tidak memakan makanan seperti ini. Jadi aku memberikannya padamu saja. Kudengar kau belum makan malam karena menungguinya di ruang baca, kan?”“Tentu saja, Selir. Terima kasih, aku memang agak lapar.” Jawab Mao Lian dengan w
Malam itu, Istana Mingyue dalam keadaan paling berantakan. Cangkir-cangkir, kandil dan kendi arak berserakan di lantai. Peralatan kecantikan, perhiasan, semuanya berserakan di tempat yang tidak seharusnya. Di antara ruangan kamar yang berantakan itu, Xie Qingyan duduk dengan kedua tangan terkepal. Dia menatap Ning'er dengan penuh emosi. Sementara Ning'er hanya bisa berlutut dengan kepala tertunduk. Terdiam membisu.“Tidak ada yang salah dengan darah Xie Yinlan. Kau yang terlalu lalai sehingga seseorang menukar darah itu, Ning'er. Pikirkanlah. Bagaimana Xi Feng bisa tetap hidup setelah terserang racun yang sama dengan Kaisar?” tanya Xie Qingyan. “Kau beruntung karena darah itu tidak berdampak apapun pada Yang Mulia. Bagaimana jika yang terjadi di luar kendali kita? Ning'er, kau harus menyadari kesalahanmu!” Xie Qingyan berdiri, berseru dengan penuh kebencian. Ning'er menjatuhkan kepalanya di lantai. “Hamba bersalah, Yang Mulia! Mohon berikan hukuman!” “Huh!” Xie Qingyan mengembusk
Pelayan meletakkan cangkir dan teko di atas meja. Teh dituangkan, uap samar-samar terlihat. Pengunjung berlalu-lalang, beberapa orang berkerumun di satu meja besar. Restoran ini tepat berhadapan dengan Istana Kekaisaran, menjadikannya tempat makan favorit para pejabat yang berkumpul setelah rapat rutin setiap pagi. Hal itu juga berlaku bagi siapa pun yang bekerja di Istana. Bahkan Pangeran Chi punya ruangan khusus di lantai tiga restoran ini, yang hanya dimiliki olehnya. Saat ini, Xi Feng dan Liu Xingsheng berada di salah satu dari belasan meja di lantai dua restoran ini. Pelayan tadi juga meletakkan teko dan cangkir di atas meja mereka. “Apa yang membuatmu begitu sibuk, Tabib Xi?” tanya Liu Xingsheng. Ketika tangannya bergerak mengambil teko berisi teh itu, Xi Feng menyodorkan cangkirnya lebih dekat, Liu Xingsheng tersenyum tipis. “Sejak kapan kau mengurusi diriku?” Xi Feng menatap malas. Liu Xingsheng meletakkan cangkir yang penuh ke depan Xi Feng. “Sejak kau berurusan dengan
Ketika Xie Yinlan sedang belajar menjahit di tepi kolam teratai kediamannya, Xie Qingyan datang dengan wajah angkuhnya. Beberapa pelayan baru yang sedang bekerja di luar kediaman tiba-tiba menyingkir. Mereka berbisik-bisik mengenai apa yang akan terjadi pada kedua orang yang diketahui sedang berselisih ini. Sejak kehadiran Xie Yinlan sebagai Selir Rong diketahui oleh publik, rumor bahwa Permaisuri tidak menyukainya mulai menyebar di kalangan pelayan istana. Mereka yang tahu bahwa Selir Rong adalah Selir Xian yang dulunya hanya dikurung di kediaman terpencil di harem mulai menyebarkan berita yang sedikit dilebih-lebihkan. Mereka yang menyangka Selir Rong adalah selir yang baru diangkat merasa bahwa dia lebih pantas dijadikan permaisuri. Rumor di kalangan pelayan istana itu sepertinya telah sampai di telinga Xie Qingyan. Apalagi pagi ini dia melihat Pengurus Etiket Lu membawa pergi banyak pelayan pria dan wanita ke Paviliun Hua Rong untuk dipekerjakan di sana. Dia mulai merasa posi
Setelah kejadian itu, Xie Yinlan tampaknya menderita demam. Dia memeluk tubuhnya di balik selimut tebal. Dia tidak berbicara dalam waktu yang lama. Di dalam kamarnya yang redup, dupa penenang menyala dan asapnya mengharumkan ruangan. Matanya terlihat sembap, dan dia tidak mau menunjukkan wajahnya pada siapa pun. Bahkan A-Yao, yang datang ke kamarnya untuk memberikan obat juga tidak dia pedulikan. Dia berpikir apa kesalahannya sampai Jing Xuan begitu tidak mau memercayainya. Berapa kali pun mau dijelaskan, Jing Xuan tetap menganggapnya telah mencelakai Permaisuri. Jing Xuan sama sekali tidak mau mengetahui bahwa Yinlan menceburkan diri untuk menyelamatkannya. Dan berakhir begitu malang. Mungkin saat ini Jing Xuan sedang berada di Istana Mingyue, merawat Xie Qingyan dengan sepenuh hati, dan sibuk melimpahkan semua kesalahan pada Xie Yinlan. Yinlan menghela napas panjang, ‘Kau memang tidak pernah menatapku sebagai wanita, Jing Xuan.’ “Selir, kau harus minum obat.” A-Yao membujukny
Xi Feng mengangguk setuju. “Sejak dulu, Shangguan Zhi hanyalah nona keluarga kaya yang manja dan bergantung pada pelayannya. Sedangkan aku dan Liu Xingsheng sudah terbiasa hidup sendiri dan tidak pernah bergantung pada siapa pun, termasuk keluarga.”“Bukankah Tabib Liu itu orang kaya, ya?” Xi Feng juga mengangguk, “Ayahnya bupati di Nanzhou. Liu Yanran, adik Liu Xingsheng dianugerahi gelar Xianzhu (Putri Kabupaten) setelah ayahnya berjasa mempertahankan Heyang dari suku bar-bar di prefektur selatan Nanzhou.” “Tapi Liu Xingsheng sudah tinggal bersama Biksu Baiyuan sejak usianya lima tahun. Dia mempelajari banyak teknik pengobatan, hingga jimat dan ramalan dari Biksu Baiyuan.” “Sementara Biksu Baiyuan mengadopsi seorang anak perempuan yang usianya lebih tua dari Liu Xingsheng. Anak perempuan itu Ye Yunshang. Kudengar dia sudah tidak diasuh Biksu Baiyuan lagi sejak Liu Xingsheng belajar di sana.”“Lalu aku hanya seorang pengembara Dunia Persilatan yang tak memiliki rumah. Biksu Baiyua
Mao Lian mengangguk, “Sepanjang perjalanan, kami berhenti di banyak tempat. Yang pertama kami datangi tepat setelah Ning'er kabur dari Biro Pusat Keamanan adalah Rumah Lianhong.”“Kami mendapatkan kesaksian dari Nona Mu Dan. Yang mengatakan ada seorang pria aneh yang datang tepat saat terjadi kebakaran di Biro Pusat Keamanan.”“Pria itu meminta tolong padanya untuk dipinjamkan surat jalan atas namanya, dia berkata akan pergi ke Tingzhou.” “Lalu kami melakukan perjalanan menuju Tingzhou. Bertemu lima saksi lain yang melihat pria muda, atau wanita paruh baya, bahkan seorang nenek tua yang datang ke tempat-tempat tertentu sesuai perkiraan waktu kami.” “Xi Feng berkata kalau Penyihir Hitam selalu menyamar menjadi orang lain sepanjang jalan. Jadi kami mengikuti petunjuk itu, mencurigai nenek tua, wanita paruh baya, hingga seorang pria muda yang datang di waktu yang sesuai dengan perkiraan kami.”“Ternyata dugaan itu tepat. Nenek tua muncul setelah kami kehilangan wanita paruh baya. Juga
bab 156Tepat setelah rapat pagi dibubarkan, Jing Xuan kembali ke Istana Guanping untuk menemui dua tamu yang sudah ia undang. Di belakangnya, Mao Lian san Xi Feng tampak mengikuti. Masih memakai pakaian ringkas yang nyaman dikenakan saat bepergian. Sepertinya, mereka berdua langsung bertemu Jing Xuan yang dalam perjalanan menuju Aula Pertemuan untuk rapat pagi. Lalu merundingkan hasil perjalanan mereka bersama beberapa menteri yang terlibat. Sebelum itu, Jing Xuan mengutus bawahannya untuk mengirim pesan pada Shangguan Yan dan Shangguan Zhi untuk membicarakan hasil perundingan itu. Setelah mengetahui identitas asli Ning'er, yang merupakan seorang master bela diri tingkat tinggi dari sebuah sekte terpencil yang misterius bernama Ye Yunshang, yang juga sekaligus seorang Penyihir Hitam yang keberadaannya selalu dipertanyakan, Jing Xuan merasa harus melibatkan orang-orang yang terlibat dengan masa lalunya untuk menggali lebih banyak petunjuk. Seperti mengapa Ye Yunshang memiliki den
Matahari telah tenggelam. Kereta kuda itu kembali merangkak di jalanan Ibu Kota. Suasana di dalamnya sangat senyap, Yinlan sibuk memakan kue persik yang dibelinya di kedai itu. “A-Yin.” Jing Xuan memanggilnya dengan suara pelan. Yinlan menjawabnya hanya dengan gumaman. Terlihat sekali tidak ingin diganggu dengan kesenangannya. Jing Xuan menatapnya lamat-lamat. ‘Dia menggemaskan saat sedang lahap makan.’ “Ada apa?” Yinlan balas menatapnya, mulutnya masih penuh dengan kue persik. Jing Xuan mengulas senyum tipis. “Kamu mau pergi ke mana setelah ini?” Yinlan menelan makanannya, “Ke mana lagi? Kita tidak langsung pulang?” “Awalnya memang sepakat pulang setelah matahari tenggelam. Tapi sepanjang sore aku tidak menemanimu keliling ke mana pun. A-Yin, aku minta maaf atas kekacauan yang dibuat adikku. Acara jalan-jalanmu jadi tidak berjalan lancar. Jadi, aku ingin menemanimu di luar lebih lama lagi.” Jing Xuan memasang raut penuh rasa bersalah. Yinlan menyeringai, “Aku sudah puas jalan
Terlihat, Pangeran Chi berdiri dengan kondisi terkejut. Menyentuh pipinya yang merah, menatap pria tiba-tiba datang menamparnya. “Apa-apaan kau!” Pangeran Chi berseru marah. Matanya membulat sempurna begitu menyadari kalau pria ini adalah kakaknya, Kaisar Kekaisaran Jing. “Ka-Kakak …?” Pangeran Chi bungkam seketika. Wanita opera yang duduk di atas paha Pangeran Chi menundukkan kepala, bahunya bergetar, seolah takut diterkam oleh pria yang dipanggil Kakak oleh pria yang bersamanya. Tanpa mengatakan apa pun, dengan raut wajah menahan marah, Jing Xuan menyeret adiknya keluar dari gedung itu. Nyonya Zhao terlihat bingung kenapa pengusaha dari Yangzhou ini keluar lagi sebelum operanya dimulai. Yinlan bergegas menyusul. Jing Xuan memasukkan Pangeran Chi ke dalam kereta kuda, bersiap menginterogasinya di dalam sana. Saat A-Yao hendak membantu Yinlan naik ke dalam, Yinlan mengangkat tangannya, “Biarkan mereka mengobrol dulu, A-Yao. Lebih baik kita berkeliling di dekat sini sambil men
Beruntung, hari ini Balai Opera Jiulu sedang memiliki opera besar. Orang-orang di pinggir jalan membicarakannya. Bahwa itu adalah karangan Guru Bai Hua dari kelompok opera besar di Kota Qingzhou. Bai Hua datang ke Ibu Kota bersama tiga orang muridnya atas undangan Kekaisaran pada saat acara perayaan tahun baru beberapa hari yang lalu. Tapi insiden itu membuat penampilan mereka dibatalkan begitu saja. Ada banyak warga yang menyayangkan kegagalan itu.Jadi, pengelola Balai Opera Jiulu mengundang mereka untuk tampil atas izin pejabat pemerintah. Biaya pun ditanggung pemerintah untuk menebus pembatalan yang tiba-tiba itu. Mereka dijadwalkan akan tampil sore ini hingga malam hari di panggung opera utama Balai Jiulu. Meski banyak yang menyayangkan karena Shangguan Yan tidak berpartisipasi dalam pertunjukan besar ini, mereka tetap menantikannya dengan antusias. Kereta kuda berhenti di depan Balai Opera Jiulu, A-Yao membuka tirai di pintu, kepalanya melongok ke dalam, “Yang Mulia, apakah
Ketika hari semakin siang, hujan salju berhenti, menyisakan kesiur angin yang dingin menusuk kulit dan langit berwarna abu-abu yang suram. Jing Xuan duduk di dekat jendela, Yinlan berada di pangkuannya. Jing Xuan memeluknya dengan erat, mengusir hawa dingin ini. “A-Yin, apakah kau sungguh tidak merindukan orang tuamu?” Jing Xuan tiba-tiba menceletuk. Memilih untuk membahas hal yang selama ini selalu ia hindari. Yinlan tidak memberikan jawaban, menyandarkan kepalanya pada dada bidang Jing Xuan, terlihat menghela napas pelan. “Maksudku adalah, kita akan menikah, tapi kau tidak pernah memintaku untuk datang kepada mereka untuk meminta restu. A-Yin, apakah hubunganmu dengan mereka baik-baik saja?” Jing Xuan bertanya lebih lembut. Ia takut pembahasan ini ternyata melukai hati Yinlan. Jika mengingat hubungan Yinlan dengan Qingyan yang memang tidak pernah akur, Jing Xuan tiba-tiba saja menebak kalau Yinlan memang tidak dekat dengan keluarganya. “Jing Xuan …, kamu mengetahuinya lebih ba
Salju turun sangat lebat esok paginya. Menyelimuti seluruh Ibu Kota dengan warna putih. Juga Istana Guangping. Yinlan menghela napas kesal. Memeluk tubuhnya sendiri. Berdiri di depan jendela, menatap halaman kediamannya yang tertutup salju. Salju yang lebat sangat membosankan ketika hampir tiba di penghujung musim dingin. Belum lagi, hari ini seharusnya Pengurus Etiket Lu akan menjemputnya untuk belajar Etika Pernikahan Keluarga Kekaisaran.Tapi dengan salju selebat ini, dia malas keluar rumah, berharap bisa duduk di kediaman sambil menyulam atau melukis. Jing Xuan menutup pintu kamar, meletakkan payung di samping pintu, kemudian menghampirinya. “A-Yin.” Panggilnya, melingkarkan lengan di pinggangnya, memeluk dari belakang. “Rapat rutinnya sudah berakhir?” tanya Yinlan. Jing Xuan mengangguk, meletakkan dagunya di atas pundak Yinlan. “Ini sudah pukul sembilan, tentu saja sudah berakhir.”Yinlan mendengus. “Pengurus Etiket Lu sungguh terlambat.” “Hari ini, kamu tidak perlu belaja
“Omong-omong, A-Yin. Bolehkah aku bertanya sesuatu?” Dalam perjalanan kembali ke kamar, Jing Xuan tiba-tiba bertanya. Yinlan diam, menyuruhnya melanjutkan pertanyaan. “Soal penawar yang kamu berikan padaku …, sejak awal aku penasaran, itu penawar apa?” Jing Xuan melihat ke arahnya. Yinlan terdiam dengan wajah separuh tegang separuh cemas. Dia ingin mengatakan yang sebenarnya, tapi hatinya memintanya untuk merahasiakannya. “Itu, aku kurang tahu. Aku mendapatkannya dari Xi Feng.” Yinlan tersenyum kikuk. Jing Xuan tidak bertanya lagi. Mereka memasuki halaman istana tanpa bicara. Di ruang makan, sejumlah hidangan telah tersedia. Zhu Yan bilang itu baru disiapkan beberapa menit sebelum Yinlan sampai. Mereka masih mengepulkan uap. Jing Xuan menyeret kursi yang akan diduduki oleh Yinlan. Dengan penuh perhatian, bahkan menyiapkan makanan untuknya. Jing Xuan tersenyum tipis, “Sebenarnya aku tidak pandai menyenangkan hati wanita. Ini pertama kalinya aku benar-benar berperan seperti suami