Home / Fantasi / Dewi Medis Kesayangan Kaisar / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Dewi Medis Kesayangan Kaisar: Chapter 81 - Chapter 90

192 Chapters

Bab 81 - Kau Harus Menegakkan Keadilan Untukku

Di ruang bacanya, Jing Xuan sedang sibuk memeriksa laporan baru dari para pejabatnya. Mao Lian tidak ada di sana untuk membantunya, karena beberapa saat lalu, Jing Xuan mengirimnya untuk memeriksa keadaan Xie Yinlan di Paviliun Hua Rong. Sudah lama sejak mereka tidur bersama malam itu, Jing Xuan belum mendengar kabar darinya lagi, keadaan terlalu senyap untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh Xie Yinlan di paviliunnya. Namun, saat Mao Lian kembali ke ruang baca setelah mengamati selama beberapa menit, dia memasang raut wajah yang sulit diartikan. Membuat Jing Xuan mengerutkan keningnya karena bertanya-tanya. “Yang Mulia. Kau pasti tidak menyangka apa yang sedang dilakukan Selir Rong sekarang!” Mao Lian membungkuk dengan napas menderu sambil memegangi lututnya yang kelelahan. Dia mungkin berlari dari harem menuju ruang baca yang berada di halaman utama. “Apa yang terjadi?” Jing Xuan bertanya tak sabaran. Mao Lian mendudukkan pantatnya di depan Jing Xuan, menelan secangkir
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Bab 82 - Dupa Pemikat

Saat ini, Xie Yinlan berlutut patuh di tengah ruang baca itu, Jing Xuan duduk di kursi bersama Xie Qingyan, tapi itu tidak membuatnya cemburu. Mungkin justru sudah menantikan adegan ini dengan sangat tidak sabar. Mao Lian berdiri di belakangnya atas permintaan Jing Xuan. Xie Yinlan menautkan kedua tangannya di depan dada, memberi salam. “Salam, Yang Mulia Ibu Suri. Salam, Yang Mulia Kaisar. Salam, Yang Mulia Permaisuri.” Xie Qingyan menatapnya dengan penuh kebencian, dia berdiri dari kursi dan menghampirinya. Tangannya berayun tinggi dan menamparnya cukup keras. Yinlan terbanting dan meringis kesakitan sambil memegang pipi kirinya. Matanya langsung berkaca-kaca saat menatap Xie Qingyan yang berdiri di depannya. “Kau meremehkanku, ya? Yinlan.” Xie Qingyan bertanya dingin, tangannya menyambar kerah gaun merah yang dipakai Yinlan, membuat tubuh Yinlan ikut terangkat dan dia kesakitan karena nyaris tercekik. “Permaisuri!” Yinlan berseru tertahan. Xie Qingyan tak berkata apa pun lag
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Bab 83 - Pertarungan Ramah

BRUK! Shangguan Yan terbanting lima langkah ke belakang hingga menghantam dinding. Pedangnya terlempar jauh. Dia memuntahkan darah dari mulutnya, meringis kesakitan dan berusaha untuk berdiri. Ketika baru mencapai posisi setengah berdiri, Ying Deng sudah berlari ke arahnya dan mengarahkan tinjunya tepat di depan wajahnya. Shangguan Yan berkelit dengan cepat, tubuhnya melenting ke udara, kakinya menendang dagu Ying Deng dengan telak. Wanita itu mungkin tidak menyangka dia masih bisa mengeluarkan tenaga yang cukup untuk menyerang wajahnya dari posisi sedekat itu, karena untuk berdiri pun, Shangguan Yan memerlukan waktu lebih lama Ya …, kecuali dia sengaja mengulur waktu untuk mengecoh musuh. Keadaan berbalik dengan cepat, saat ini Ying Deng tersungkur jatuh dan tidak bergerak lagi. Shangguan Yan mendaratkan kakinya di tanah, mengembuskan napas pelan. “Menyerahlah, Ying Deng. Kau mungkin ahli beladiri tangan kosong yang sudah mengalahkan banyak senior di Dunia Persilatan, tapi kau b
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Bab 84 - Ingatan Yang Dirampas Penyihir Hitam

Setelah berbaring di ranjang tinggi itu, Xi Feng tertidur sangat lama. Ying Deng membawa Shangguan Yan keluar dari ruangan itu dan mengobrol di ruangan lain. Shangguan Yan bertanya padanya, “apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?” Ying Deng mengangguk, raut wajahnya tampak serius, ada denting ketakutan dari sorot matanya yang gelap. “Entah bagaimana caranya wanita itu terlibat dengan Penyihir Hitam.” “Penyihir Hitam?” Shangguan Yan membeo. “Selain aku, ada lagi satu orang yang menguasai ilmu-ilmu kuno terlarang. Mereka menyebutnya Penyihir Hitam, karena dia orang yang sangat misterius. Tidak ada yang tahu dia laki-laki atau perempuan, tidak ada yang tahu berapa usianya, atau berasal dari mana, semua hal tentangnya sangat tersembunyi.” Ying Deng menatap pintu tertutup di belakangnya, mungkin mengkhawatirkan Xi Feng yang tidur di ruangan seberang. “Maksudmu, apakah ingatan Xi Feng berkaitan dengan penyihir itu? Seperti dia melihat hal yang tak seharusnya dilihatnya.” Shanggu
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Bab 85 - Tidak Kembali

Di dalam ruangan dengan ranjang tinggi itu, Xi Feng tidur dalam keadaan buruk. Tubuhnya berkeringat, tangannya mengepal dan gemetar. Deru napasnya sangat cepat. Seakan mengalami mimpi buruk, dia tersentak kencang, beringsut duduk dengan napas tersengal, ranjang tingginya bergoyang, menimbulkan suara berderit yang membuat telinga ngilu. Begitu mendengar deritan itu, Ying Deng dan Shangguan Yan langsung pergi ke ruangannya. Xi Feng duduk di atas ranjang dengan keringat mengucur deras. Shangguan Yan menatap wajahnya dengan panik, lalu bertanya, “Kau baik-baik saja, Xi Feng?” Ying Deng melipat lengan di depan dada, tampak santai saja, “Dia baik-baik saja, mungkin ingatannya datang menyerupai mimpi. Dia terkejut, jadi terbangun dalam keadaan seperti itu.”Mendengar kabar itu, Shangguan Yan tersenyum senang, menatap Xi Feng dengan berbinar, “Lalu, apa saja yang sudah kau ingat, Xi Feng?” Xi Feng terdiam mematung, dia masih mencerna serpihan-serpihan ingatan yang muncul secara mendadak
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Bab 86 - Wanita Misterius

Shangguan Yan berdiri dengan putus asa di tengah gelapnya malam. Salju turun beberapa saat setelah matahari tenggelam. Shangguan Yan melangkah gontai berusaha keluar dari hutan gelap itu. Namun keadaan itu membuatnya kesulitan melihat medan di sekitarnya. Dia tidak tahu ada apa di hadapannya, dan seperti apa kondisi jalan yang akan dilaluinya. Belum lagi, angin kencang dan guguran salju mulai membuat seluruh pandangan dipenuhi kabut putih yang dinginnya menusuk tulang. Shangguan Yan mulai kehilangan staminanya setelah berjalan beberapa saat. Dia berlindung di dalam ceruk yang ada di hutan. Dia terbatuk pelan, cuaca tiba-tiba berubah menjadi sangat buruk di hutan itu. Shangguan Yan hanya bisa meringkuk di dalam ceruk itu hingga badai salju mereda. Namun hingga beberapa jam ke depan, salju tidak mereda. Shangguan Yan mulai mengkhawatirkan Xi Feng yang sendirian di luar sana. “Aku tidak bisa mencari Xi Feng jika keadaannya terus seperti ini.” Shangguan Yan menghela napas pasrah. T
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Bab 87 - Suami Penyayang

Shangguan Yan membuka matanya, sedikit menyipit beradaptasi dengan cahaya yang masuk melalui celah ceruk itu. Dia membulatkan mata terkejut, ternyata jalan menurun yang dituruninya semalam bukanlah jurang. Melainkan sebuah padang rumput luas, yang kini semuanya tertutup oleh salju. Di Hutan Nanzhou, tempat seperti ini hanya ada satu, berada di sisi barat kota. Dia bisa menyusuri tepian padang rumput ini untuk tiba di gerbang barat dan masuk kembali ke kota. Dia berjalan terseok-seok meninggalkan ceruk itu. Berjalan lurus menuju barat. Lukanya terasa nyeri, lengan kanannya tak bisa diangkat lagi, dia berjalan dengan pedangnya sebagai tongkat untuk membantu menyeimbangkan tubuhnya. “Aku harus meninggalkan hutan ini sebelum kehabisan napas. Sialan …, aku tidak mau mati di tempat seperti ini.” Shangguan Yan mendengus, napasnya tersengal, uap dingin muncul setiap kali dia membuang napasnya. Matahari semakin meninggi, Shangguan Yan berhasil meninggalkan hutan itu setelah berja
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Bab 88 - Kue Persik Istimewa

Shangguan Zhi terdiam mematung melihat Liu Xingsheng ada di dalam toko obatnya. Pria Itu bahkan sudah bersiap-siap melakukan perjalanan jauh. Napasnya tersengal dan dia berkeringat di tengah cuaca sedingin ini. Shangguan Zhi langsung menyimpulkan, pria ini berlari ke toko obatnya begitu mendapat informasi tentang Shangguan Yan. Shangguan Zhi menatapnya, tersenyum tipis, “Apa kau tidak berniat membunuhnya?” Liu Xingsheng terkejut mendengar pertanyaan semacam itu, dia menerobos masuk di bawah tatapan pelayan Shangguan Zhi yang sejak tadi diam mengamati. Shangguan Zhi melipat lengan di depan dada. “Kau punya banyak motif untuk menghabisinya, dan ini adalah kesempatan yang bagus bagimu, kan?” Liu Xingsheng menyambar lengan Shangguan Zhi dan menariknya hingga telapak tangan Shangguan Zhi menempel di dadanya. Liu Xingsheng menatap Shangguan Zhi dengan tatapan tajam. Seolah tatapan itu sudah mengunci seluruh pergerakannya, Shangguan Zhi bergeming dengan ekspresi datar. “Rasakanlah, Sh
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Bab 89 - Rindu Yang Tak Terbendung

Xie Yinlan memandangi matahari terbenam di atas bukit yang tinggi ini. Dia termenung, memikirkan banyak hal.Saat sore hari, halaman luas di belakang Kuil Leluhur Kekaisaran sangat indah. Tumpukan salju tak terlalu banyak, ada ruang yang luas sebelum jurang landai di depan sana. Xie Yinlan sering menghabiskan waktu di tempat ini saat sore hari, menatap matahari terbenam, sesekali menghitung waktu hingga hari di mana dia bertemu Jing Xuan lagi. Napasnya berhembus pelan, “Aku sungguh berharap dia tidak berubah hingga saat itu tiba,” gumamnya. A-Yao mendelik, menatap penuh tanya pada Yinlan yang melamun di sampingnya. Matanya tampak menatap sejauh mata memandang. A-Yao merasa iba padanya. A-Yao tersenyum, berusaha menghiburnya, “Selir …, bukankah besok adalah waktu pengobatan berikutnya?” Yinlan menatap ke arahnya, “Eh?” “Kau bisa bertemu Yang Mulia Kaisar, bukan? Besok adalah waktunya.” A-Yao tersenyum lebar hingga matanya menyipit. Yinlan tersenyum simpul, “Dia tidak mungkin men
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bab 90 - Teratai Hitam

Malam itu, mereka habiskan untuk melihat bintang di belakang kuil. Yinlan bersandar di bahu Jing Xuan dengan nyaman. Jing Xuan menyelimutinya dengan jubah yang ia pakai. “Yang Mulia, kita harus segera pulang.” Mao Lian datang untuk mengingatkannya. Jing Xuan menyuruh Mao Lian diam dengan meletakkan telunjuknya di depan bibir. Dia melirik Xie Yinlan yang memejamkan mata dengan tenang. Mao Lian membungkuk kemudian meninggalkan keduanya. Dia memasuki dapur, membantu A-Yao membersihkan sisa-sisa makan malam tadi. “Tuan Mao, bukankah kalian sudah harus kembali ke Istana?” A-Yao menatapnya yang bergabung ke dapur. Mao Lian menghembuskan napas, “Yang Mulia belum mau meninggalkan Selir.” A-Yao tersenyum, “Aku tidak menyangka hubungan mereka akan berkembang sejauh ini.” “Betul, kan? Aku juga merasa seperti itu.” ***“Yang Mulia …,” Yinlan memanggilnya. “Hm.” Jing Xuan bergumam. “Apakah …, kau menyukainya?” tanya Yinlan, sedikit ragu. Jing Xuan menunduk, menatapnya yang masih bersand
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more
PREV
1
...
7891011
...
20
DMCA.com Protection Status