Home / Fantasi / Dewi Medis Kesayangan Kaisar / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Dewi Medis Kesayangan Kaisar: Chapter 121 - Chapter 130

184 Chapters

Bab 121 - Serangan Tak Terduga

Mao Lian duduk di dalam kamarnya, seekor tikus yang kakinya diikatkan pada tali di kaki ranjangnya. Dia membuka selembar kertas berisi bubuk dupa yang sama yang ia serahkan pada Liu Xingsheng sebelumnya. Mao Lian merasa tidak yakin kalau Liu Xingsheng akan membantunya. Dia menyimpan separuh bubuk dupa itu untuk mencoba menyelidikinya sendiri. Tentu saja, dia tidak membiarkan siapa pun mengetahuinya, termasuk Jing Xuan. Dia hanya perlu menaburkan bubuk dupa itu di sekitar tikus yang sudah dia siapkan untuk percobaan ini. Jika tikus ini mati, dupa ini, sudah jelas bermasalah. Seseorang sengaja mencampurkan racun di dalamnya dengan tujuan yang jahat. Mao Lian menahan napas, menaburkan dupa itu di atas kepala tikus yang sudah mencicit ketakutan seolah tahu hidupnya akan berakhir. Mao Lian meneteskan air mata. Sebagai prajurit yang pernah menghunuskan pedang di medan perang, membunuh seekor tikus yang tidak bersalah cukup memberatkan hatinya. Tapi jika yang dipertaruhkan adalah nya
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 122 - Surat Yang Tak Sampai

Shangguan Zhi membuka matanya. Melihat langit-langit kamar yang gelap. Dia beringsut duduk. Yang langsung disambut rentetan pertanyaan-pertanyaan Shangguan Yan yang mengkhawatirkannya. “Zhi'er, bagaimana keadaanmu?” Di sebelahnya, ada seorang wanita bertopeng yang mendengus malas melihat reaksi berlebihan itu, “Sudah kubilang dia hanya pingsan karena terkejut. Panah itu tidak mengenainya sama sekali.” Shangguan Yan melirik tajam, “Keluar kau, jangan mencampuri urusan persaudaraan kami.” Wanita itu terkekeh, “Dasar pria tak tahu terima kasih.” Shangguan Zhi bertanya, “Kau siapa?” matanya melihat ke arah orang yang sedang berbincang dengan kakaknya. Wanita itu membuka topengnya, sosok Ying Deng terlihat, khas dengan kedua bola matanya yang hilang. “Namaku Ying Deng.” Shangguan Zhi terkejut sampai menutup mulut tak percaya, “Ying Deng? Penyihir Merah itu?” Shangguan Yan mendengus kesal, “Ya …, dia yang menyelamatkan kita, Zhi'er. Dia membawa kita pergi dari Gunung Tingzhou dan m
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 123 - Mimpi Buruk Yang Nyata

Hujan yang deras. Orang-orang mengembangkan payungnya, melintasi kota metropolitan yang padat. Tidak ada yang peduli ke mana orang-orang di bawah payung itu akan pergi. Seorang wanita, duduk di halte menunggu bus datang. Di sampingnya, Chu Xia sedang sibuk dengan ponselnya, matanya berbinar takjub. Membaca sebuah informasi yang baru saja dikirim senior laboratoriumnya. “Black Lotus.” Chu Xia bergumam. “Kenapa bentuknya terlihat seperti jamur?” “Sebenarnya itu baru tunasnya saja. Karena warnanya coklat kehitaman, beberapa orang menyebutnya jamur,” jawab wanita rambut pendek yang duduk di sebelahnya.“Ini benar-benar bunga teratai? Dia tumbuh di pegunungan? Bukan di air?” Chu Xia memperbesar gambar di ponsel itu.Wanita itu mengangguk penuh semangat. “Obat berkhasiat yang bisa menyembuhkan segala penyakit itu berasal dari tumbuhan beracun bernama Black Lotus. Chu Xia, kau sudah lama tidak berkumpul dengan rekan-rekan laboratoriummu. Apakah kau mau ikut bersama rombongan kami untuk m
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 124 - Selir Menghilang

Esok harinya, A-Yao berlari keluar dari kamar Yinlan dengan wajah panik. Dia menghampiri Zhu Yan yang sedang memberi makan ikan di dalam kolam. “Zhu Yan! Kau tahu Selir ada di mana?” “Selir? Bukankah seharusnya ada di kamarnya? Selir belum terlihat keluar sejak aku bangun pagi ini. Kau juga tidur di kamarnya, kan?” Zhu Yan meletakkan mangkuk berisi pakan ikan itu di tepi kolam, kemudian masuk ke kamar Yinlan bersama A-Yao. “Dia tidak ada saat aku bangun, Zhu Yan! Ku pikir dia sudah bangun lebih awal dan melakukan sesuatu di dapur. T-tapi …, jubah bulunya tidak ada, dan dia keluar tanpa memakai hiasan apa pun di kepalanya. Zhu Yan, menurutmu, dia pergi ke mana?” Zhu Yan sudah memasang wajah serius. Dia memeriksa seluruh kamar dengan detail tanpa melewatkan hal sekecil apa pun. “Dia masih menyimpan perhiasannya dengan rapi. Tapi lemari jubahnya terlihat berantakan. Dia seperti baru saja memilih jubah yang paling tebal untuk pergi ke suatu tempat.” Zhu Yan menyimpulkan. Dia berbali
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 125 - Zhu Yan Telah Kembali

Zhu Yan yang saat ini sedang bersama anak-anak pengemis menerima pesan dari seekor merpati yang baru saja hinggap di rumah mereka. Tertulis bahwa selir menghilang dan dia diperintahkan untuk menemui A-Yao di Penginapan Yuelai untuk mencarinya. Zhu Yan tiba di sana dalam tiga puluh menit, dia langsung melihat A-Yao, dan menghampirinya dengan wajah panik. “A-Yao!” Zhu Yan berseru dan langsung bertanya cemas, “Benarkah Selir menghilang?”A-Yao memasang raut bingung, sambil mengangguk, dia menjawab, “Zhu Yan …, kau-lah yang menyuruhku menyelinap keluar untuk mencarinya.” “Eh?” Zhu Yan terdiam, dia lupa kalau orang yang menghubunginya itu memakai identitasnya. Namun, A-Yao juga langsung mengerti dan menyadarinya, dia melompat gembira, “Yang ini benar-benar kau kan, Zhu Yan?”Zhu Yan terdiam seribu bahasa, sudah berada di depannya seperti ini, dia tidak mungkin masih membohongi A-Yao. Apalagi, Zhu Yan juga tidak tahu bagaimana keseharian Xi Feng saat menjadi dirinya di Istana. A-Yao m
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab 126 - Membuang Rasa Takut

Dua jam sebelum matahari tenggelam, A-Yao dan Zhu Yan berada di tebing yang sejalur dengan tempat di mana Yinlan berada. Mereka membawa tambang besar dari gudang kuil atas permintaan Yinlan dan membawanya ke tempat Yinlan. Butuh waktu satu jam untuk tiba di sana dengan jalur sulit ini, Yinlan sedang duduk bersandar pada sisi tebing menunggu mereka datang. Tubuhnya tidak terlihat baik-baik saja saat A-Yao memastikannya. Dengen cemas, A-Yao bertanya, “Apa yang kau lakukan di sini, Selir?” Yinlan merapatkan mantel tebalnya, meniup telapak tangannya yang gemetar. “Aku sudah menemukan Teratai Hitam. Di sisi tebing di bawah ini.”“Teratai Hitam? Bukankah tidak ditemukan di mana pun?” A-Yao menatap Zhu Yan yang sejak tadi hanya diam. “Memang aku tidak menemukannya di Jinghe. Mungkin suhu di Jinghe tidak begitu rendah seperti di pegunungan ini. Teratai Hitam hanya tumbuh di daerah yang sangat terik dengan suhu lebih dari 40 derajat dan suhu terendah di bawah minus 40 derajat. Karena itul
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab 127 - Pembicaraan yang Dirahasiakan

Tiba di Istana pada pukul delapan malam, Zhu Yan langsung mematuhi perintah Yinlan untuk membawa bunga itu kepada Xi Feng. Sementara A-Yao membawa Yinlan kembali ke kamarnya untuk beristirahat. A-Yao semakin khawatir karena Yinlan tidak mengeluhkan apa pun padahal tubuhnya terlihat sangat lemah. A-Yao memberanikan diri bertanya, “Selir …, apakah kau yakin baik-baik saja? Semakin hari, tubuhmu seperti semakin lemah. Aku takut tubuhmu tidak bisa menahan reaksi Teratai Hitam jika kau memaksa mengonsumsinya.” Yinlan mengulas senyum tipis dengan mata masih terpejam, “Bodoh, A-Yao. Racun itu tidak akan membunuhku. Ia akan langsung bercampur dengan darahku begitu aku menelannya. Mungkin saja, tubuhku semakin kuat setelah membuatnya bercampur dengan darahku, kan?” A-Yao menunduk, “Bercandamu tidak lucu Selir.”“Sudahlah, kau seharusnya bangga padaku. Aku berhasil menemukan satu-satunya sumber kehidupan Yang Mulia.” “Tapi percuma karena dia tidak akan melihat ketulusanmu ini, Selir. Kau b
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 128 - Denyut Nadi Yang Lain

Esok pagi, Xi Feng berada di kamar Yinlan bersama Liu Xingsheng. Xi Feng memegang cawan berisi cairan hitam yang jernih. Yinlan duduk di tepi ranjangnya, raut wajahnya terlihat lebih baik dari kemarin. A-Yao duduk di sampingnya, menemani segenap hati. “Aku sudah memberitahu semua hal tentang dupa pemikat itu pada Yang Mulia, Selir.” Xi Feng meletakkan mangkuk berisi racun itu di meja kecil samping tempat tidur. “Aku juga sudah memberikan kantong wewangian dari Shangguan Zhi kepada Yang Mulia. Sekarang Yang Mulia sudah tahu kalau dupa itu dicampuri akonit. Yang menyebabkan nyeri hebat di jantung dan memicu racunnya terbangun.” Yinlan menatap Xi Feng tidak percaya, ia tersenyum kecil, “Kau mengakui semuanya terlalu dini, Xi Feng.” “Tidak. Justru itu waktu yang sangat tepat.” Liu Xingsheng menyela. “Kau akan tahu siapa yang menjadi pemenang dalam perselisihanmu tiga hari kemudian.” Xi Feng menghela napas pelan, “Aku justru mengkhawatirkan hal lain. Ning'er belum juga kembali sejak
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 129 - Kerinduan Terhadap Uang

Tiga hari kemudian, perayaan tahun baru akhirnya datang. Yinlan sudah mengenakan pakaian berwarna ungu gelap dengan brokat hitam yang elegan dan kuno. Dia menghiasi kepalanya dengan perhiasan perak. Tak melupakan tusuk rambut Bunga Rong yang pernah diberikan Jing Xuan padanya. Menurutnya, tusuk rambut itu adalah saksi bisu dari rasa cinta Jing Xuan padanya. Tanpa tusuk rambut itu, Yinlan tidak akan mengetahui seperti apa sebenarnya perasaan Jing Xuan itu. Yinlan menunduk, suasana hatinya bercampur aduk antara antusias dan murung. Di hadapannya, sebuah mangkuk kosong dan belati telah menunggu. Yinlan teringat dengan jelas tiga hari yang lalu saat ia menelan Teratai Hitam. Xi Feng mengatakan bahwa dirinya sedang hamil. Setelah mengingat kejanggalan pada tubuhnya beberapa minggu sebelumnya, Yinlan akhirnya memercayai kenyataan yang sebenarnya telah dia duga sejak lama. Saat itu, Liu Xingsheng keberatan dan meminta Yinlan langsung memuntahkan racun yang baru saja ditelannya. Tapi t
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 130 - Tidak Lagi Terkesan

Ning'er berjalan terhuyung-huyung keluar dari hutan. Dia bersandar pada pohon agar tidak tersungkur jatuh.Napasnya menderu dengan luka di sekujur tubuh, menatap gerbang Ibu Kota di kejauhan. Sekarang pukul sembilan pagi, aktivitas di gerbang sangat sibuk karena banyak pengunjung dari kota lain yang datang untuk merayakan tahun baru di Ibukota. Ning'er yakin bisa menyelinap di antara orang-orang itu dan masuk tanpa disadari pengawal gerbang. Ning'er menyeka darah yang masih mengalir dari kepalanya. Pakaiannya robek-robek dan dipenuhi noda darah. Karena beberapa hari yang lalu, dia bertarung dengan Ying Deng di Kota Tingzhou. Tepat setelah Shangguan Yan dan Shangguan Zhi meninggalkannya, Ying Deng menyadari kalau Penyihir Hitam masih mengikuti mereka. Ying Deng membongkar identitasnya dan bertarung dengannya selama hampir satu hari. Ning'er mendengus, menyadari tidak ada pengunjung yang bisa dia manfaatkan. “Ini salah wanita buta itu. Aku jadi terlambat dan pulang dalam keadaan p
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
19
DMCA.com Protection Status