Home / Fantasi / Dewi Medis Kesayangan Kaisar / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Dewi Medis Kesayangan Kaisar: Chapter 141 - Chapter 150

184 Chapters

Bab 141 - Panggilan Menyebalkan

Matahari bersinar cerah pagi ini. Langit bersih tanpa awan, tidak ada butiran salju yang mengambang. Angin sejuk berhembus dalam keheningan. Yinlan membuka matanya, menyipit beradaptasi dengan cahaya yang ada. Dia melihat ke atap, lalu pandangannya jatuh pada pemuda yang tertidur di tepi ranjangnya. Senyumnya terukir indah. Menatap Jing Xuan yang tidur kelelahan setelah menjaganya semalaman. Yinlan menghela napas pelan, ‘Kau menjagaku seolah-olah kau masih mencintaiku, Jing Xuan.’Yinlan beringsut duduk, menarik selimutnya dan memberikannya pada Jing Xuan, dia ingin menyelimutinya dengan rapat. Tapi sentuhan yang sedikit itu justru membuat Jing Xuan terbangun. Yinlan tersenyum kikuk saat tertangkap basah oleh Jing Xuan sedang menyelimutinya. “Apakah aku mengganggu tidurmu?” Yinlan bertanya pendek. Jing Xuan tersenyum, menggeleng. Kemudian beranjak duduk di tepi ranjang, “Bagaimana keadaanmu?” “Aku baik-baik saja.” Yinlan menjawab. “A-Yin, kau sudah bebas sekarang. Tuduhanmu ter
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Bab 142 - Yang Mulia Bukan Orang Baik

Saat siang hari, Yinlan memutuskan untuk tidak lagi hanya berbaring di ranjang kamar perawatan Balai Kesehatan Istana. Dia meminta A-Yao untuk menemaninya berjalan-jalan sebentar. A-Yao menawarkan padang agar memakai tandu saja, tapi Yinlan menolak. “Aku ingin jalan-jalan, A-Yao. Bukan keliling naik tandu. Itu dua hal yang berbeda.” A-Yao cemberut mendengar kalimat yang menyebalkan itu, seolah-olah pertama kalinya Yinlan mengomelinya seperti itu. A-Yao tersenyum kemudian, “Ternyata aku merindukan mulut cerewetmu, Selir.” Yinlan menyeringai. Langkah kaki membawanya ke Halaman Timur. Balai Kesehatan Istana tidak jauh dari Aula Pertemuan, tempat biasanya Jing Xuan menggelar rapat rutin setiap pagi. Siang ini, Jing Xuan berkata ingin memeriksa perkembangan pembenahan Istana Guangping yang sudah hampir selesai sebelum meninggalkannya di Balai Kesehatan Istana. Dia berpesan seribu kali kepada A-Yao dan Zhu Yan agar tidak meninggalkan Yinlan sendirian dan meminta mereka selalu sigap se
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Bab 143 - Permata Berharga

Di sela-sela keributan jalan-jalan itu, seorang kasim mendekat, membungkuk takzim di depan Yinlan, kemudian berkata dengan sopan. “Yang Mulia Permaisuri, Nona Kedua Shangguan meminta untuk bertemu denganmu.” A-Yao dan Zhu Yan berkedip, memasang wajah bingung menatap kasim yang tiba-tiba memanggil majikannya dengan sebutan Permaisuri itu. “Minta dia untuk datang ke taman depan Paviliun Longwei, aku akan segera ke sana.” Yinlan mengangguk ramah. “Baik, Yang Mulia.” Kasim itu kembali bekerja setelah menyampaikan kedatangan Shangguan Zhi padanya. A-Yao menatap tak berkedip saat kasim itu menjauh, “Omong-omong, sejak kapan?” Yinlan tertawa kecil, “Tadi pagi, saat memeriksaku, Tabib Senior Pei juga mengatakan demikian.” “Permaisuri?” A-Yao menatap tak percaya, “Bukankah penobatannya masih lama lagi?” Yinlan mengangkat bahu. Saat itulah, Zhu Yan menimpuk tengkuk A-Yao dengan telapak tangannya, melotot, “Kau ini bagaimana? Sekarang kan, Selir sudah satu-satunya istri Yang Mulia. Bahk
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Bab 144 - Mari Kita Menikah

Malam harinya, Jing Xuan menjemput Yinlan sendiri di taman Paviliun Longwei saat masih sibuk mengobrol berdua dengan Shangguan Zhi. “Istriku, mari kita pulang.” Jing Xuan mendekat. Yinlan mengangguk dan tersenyum, dia menatap Shangguan Zhi, “Ternyata sudah malam, Shangguan Zhi. Aku bahkan lupa apa saja yang sudah kita bahas beberapa jam terakhir.” Dia tertawa. Shangguan Zhi mengangguk, “Kita masih bisa sering bertemu, kan, Yang Mulia?” Shangguan Zhi merasa berat hati berpisah darinya. Yinlan tersenyum, “Tentu saja, kapan pun kau bisa menemuiku, aku akan selalu datang padamu.” “Benarkah?” Shangguan Zhi membulatkan mata, penuh semangat. “Tentu saja, Shangguan Zhi. Lagi pula, kau masih berutang banyak uang padaku, bukan? Hasil penjualan resep obatku satu bulan terakhir, kau belum membayarnya.” Yinlan berbisik pelan. Shangguan Zhi berkedip beberapa kali, “Yang Mulia, aku benar-benar lupa! Maafkan aku! Aku akan membawa uang bulan kemarin besok pagi juga. Aku berjanji!” Yinlan terta
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Bab 145 - Persiapan Mengunjungi Ibu Suri

Ketika Jing Xuan sudah sibuk berkutat dengan pekerjaannya di ruang bacanya yang baru, Yinlan berinisiatif membuatkannya sup buah hangat untuk menghangatkan perut. Dia masuk ke dalam ruangan itu saat Jing Xuan sedang mendiskusikan hal penting dengan salah satu pejabatnya. Jing Xuan tersenyum saat melihatnya masuk. Dia menutup dokumennya. “Kita lanjutkan besok pagi di Aula Pertemuan.” Pria paruh baya yang memakai seragam merah khas menteri itu membungkuk takzim, meninggalkan ruang baca dengan segenap kesopanan. Tak lupa membungkuk juga saat berpapasan dengan Yinlan yang memasuki ruang baca. Yinlan tersenyum lebar, membawa nampan berisi sup buah hangat buatannya. Dia meletakkannya di samping meja, kemudian duduk di hadapan Jing Xuan yang sibuk membereskan pekerjaannya. “Seharusnya lanjutkan saja.” Yinlan menceletuk. Jing Xuan mengangkat kepala, menatapnya, “Istriku datang, tidak mungkin aku hanya berkutat dengan pekerjaan.” “Sudah kubilang, kita belum resmi jadi suami istri, kan?”
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 146 - Cara Menghilangkan Rasa Gugup

Halaman luas Istana Dalam yang dikuasai Ibu Suri itu dipenuhi pelayan-pelayan wanita yang berjaga—tidak ada satu pun pria di istana ini, persis seperti Istana Harem. Xie Yinlan tak berhenti memainkan ibu jarinya karena gugup, sesekali menatap ragu saat keduanya sudah berada tepat di dalam Istana Dalam. Ini pertama kali baginya sepanjang hidup di Istana Kekaisaran Jing, mengunjungi Istana Dalam untuk bertemu secara khusus dengan Ibu Suri, itu pengalaman yang mendebarkan sekaligus mungkin tak akan terulang. Yinlan sangat khawatir karena terakhir kali Ibu Suri memang sudah membencinya. Sehingga dia berpikir peluang mendapatkan restu pernikahan dari Ibu Suri sangatlah kecil. Sekali lagi, dia mengembuskan napas berat. Jemarinya bermain semakin cepat, detak jantungnya berlari kencang seperti seekor kuda perang. ‘Astaga, aku gugup sekali.’ Yinlan menundukkan kepalanya. Sejak tadi, Jing Xuan memperhatikan gelagat aneh Yinlan sepanjang perjalanan. Jing Xuan menghentikan langkahnya sepuluh
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 147 - Paviliun Qixuan

Yinlan menelan ludah, tangannya mengepal saat melihat Ibu Suri duduk santai di sebuah kursi di tengah taman itu. Sulit sekali untuk tidak gugup. Di depannya, alat musik Qin terhampar, jemari tangan Ibu Suri memetiknya dengan lihai, menciptakan nada-nada tak dikenal namun menenangkan. Jing Xuan melipat lengannya di depan dada, terlihat menikmati permainan musik Ibu Suri yang menenangkan. Yinlan menatap wajahnya lamat-lamat, dia baru tahu Jing Xuan menyukai hal semacam ini juga. Mereka berdiri di sana sekitar lima menit sampai Ibu Suri mengakhiri permainannya. Kini, kepalanya sudah tertoleh menatap sepasang manusia yang sejak tadi memperhatikannya dari jauh. Jing Xuan menggenggam tangan Yinlan yang dingin. Berjalan mendekat ke arah Ibu Suri yang duduk diam. “Ibunda, berapa kali sudah kukatakan, jangan terlau sering duduk di luar saat cuaca sedang dingin. Tidak masalah bermain Qin di dalam kamar, kan? Ibunda bisa sakit jika tak pernah mendengar perkataanku.” Jing Xuan tiba-tiba saj
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 148 - Jangan Banyak Berbicara

Jing Xuan tersenyum puas. “Kenapa kalian belum makan juga?” Yinlan tertawa, “Kenapa kau menghabiskan semuanya?” “Tentu saja tidak. Aku sudah menyeleksi semua hidangan ini, A-Yin. Untukmu sudah tersedia di mangkukmu. Lihat, sayuran yang bergizi ini, daging sapi dan kurma dari Xinjiang ini. Semuanya sangat bagus untuk kandunganmu.” Jing Xuan menggeser mangkuk dan piring yang dipenuhi hidangan itu di depan Yinlan. Ibu Suri mematung sejenak. “Mengandung?” Jing Xuan mengangguk penuh semangat. “Ibunda, aku lupa memberitahu Ibunda. Tapi sekarang A-Yin memang sedang mengandung. Jika dia seorang laki-laki, aku akan memberikan tahtaku padanya kelak. Dia ia perempuan, aku akan membiarkannya melakukan apa pun yang disukainya, tidak terbatas pada aturan etika wanita. Dia akan ku perbolehkan belajar di Akademi Kekaisaran, atau berkelana di Dunia Persilatan, atau belajar di militer, atau—”“Berhenti bicara, Jing Xuan, aku mual mendengar suaramu.” Yinlan mendengus. Jing Xuan menutup mulutnya rap
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 149 - Jadwal Kegiatan Sehari Penuh

Malam harinya, setelah Ibu Suri puas ditemani Yinlan, ia memerintahkan pada Yin Hong untuk mengantarnya kembali ke Istana Guangping dengan selamat. Yinlan membungkuk takzim di depannya sebelum meninggalkan Paviliun Qixuan di Istana Dalam yang besar itu. Ketika tiba di halaman luas Paviliun Qixuan, Yinlan terdiam dengan mulut terbuka lebar, matanya berkedip beberapa kali, tidak percaya melihat sebuah tandu mewah yang seolah menunggunya naik. Yin Hong mendekati tandu itu, dengan senyum sopan, dia menjawab kebingungan Yinlan ketika melihat tandu itu. “Yang Mulia Ibu Suri menghadiahkannya secara khusus untuk Yang Mulia Permaisuri. Beliau khawatir kau kelelahan berjalan dari Istana Dalam menuju Istana Guangping. Maka, terimalah niat baik Ibu Suri ini, Yang Mulia.” Yinlan tersenyum kikuk, ragu-ragu mengangkat kakinya menaiki tandu mewah itu. ‘Padahal jaraknya tidak sampai lima ratus meter.’ Ada enam orang pelayan pria bertubuh gagah yang membawa tandu itu. Yinlan yakin saat melihat Per
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Bab 150 - Kesalahan Terbesar Di Masa Lalu

“Omong-omong, A-Yin. Bolehkah aku bertanya sesuatu?” Dalam perjalanan kembali ke kamar, Jing Xuan tiba-tiba bertanya. Yinlan diam, menyuruhnya melanjutkan pertanyaan. “Soal penawar yang kamu berikan padaku …, sejak awal aku penasaran, itu penawar apa?” Jing Xuan melihat ke arahnya. Yinlan terdiam dengan wajah separuh tegang separuh cemas. Dia ingin mengatakan yang sebenarnya, tapi hatinya memintanya untuk merahasiakannya. “Itu, aku kurang tahu. Aku mendapatkannya dari Xi Feng.” Yinlan tersenyum kikuk. Jing Xuan tidak bertanya lagi. Mereka memasuki halaman istana tanpa bicara. Di ruang makan, sejumlah hidangan telah tersedia. Zhu Yan bilang itu baru disiapkan beberapa menit sebelum Yinlan sampai. Mereka masih mengepulkan uap. Jing Xuan menyeret kursi yang akan diduduki oleh Yinlan. Dengan penuh perhatian, bahkan menyiapkan makanan untuknya. Jing Xuan tersenyum tipis, “Sebenarnya aku tidak pandai menyenangkan hati wanita. Ini pertama kalinya aku benar-benar berperan seperti suami
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
19
DMCA.com Protection Status