Lima jam sebelum perayaan tahun baru. Seluruh Ibu Kota sangat ramai. Berbagai macam acara sedang dipersiapkan. Penjual kue dan beragam oleh-oleh lain berjejer rapi di tepi jalan. Balai Opera Jiulu membuka panggung besar di halaman. Restoran Wanyu menyediakan hiburan malam yang memanjakan mata. Rumah Hiburan terbuka bagi siapa saja. Orang-orang berlalu-lalang dengan senyuman menghiasi wajah. Memeriahkan momen satu tahun sekali ini. Sama halnya dengan Shangguan Yan dan Shangguan Zhi yang baru saja tiba di Ibu Kota.Mata yang berbinar dan suasana hati yang cerah. Guguran salju yang menyempurnakan momen ini. Shangguan Zhi mengentakkan tali kekang kuda, senyumnya tampak lebar, “Bergegas, Kak!” Shangguan Yan mendengus malas, “Lagi pula istananya tidak akan pergi ke mana-mana dan perayaan masih lima jam lagi. Kau punya waktu empat jam untuk bersiap-siap di rumah, untuk apa begitu buru-buru?” “Habisnya, kudengar Selir sudah menemukan penawarnya dan sudah memberikannya pada Kaisar! Aku
Ning'er memasuki kamar Permaisuri. Langkahnya sedikit terseok-seok dan dia menjatuhkan lututnya di belakang Permaisuri. “Yang Mulia, Hamba sudah kembali.” Ning'er memberi salam. “Apa yang kau dapatkan?” Permaisuri bertanya padanya, dia tetap duduk di meja rias dan masih membelakanginya. Ning'er menundukkan kepala, “Hamba berhasil menghentikan mereka mendapatkan penawarnya. Tapi Hamba tidak berhasil menemukannya.” Permaisuri terkekeh, “Tentu saja …, kau tidak pernah berharap ada orang lain yang menemukannya selain kau. Dan meski pun kau benar-benar menemukannya, kau akan menghancurkannya dan berkata padaku kalau kau tidak menemukannya, seolah-olah barang itu memang tidak pernah ada.” Ning'er terdiam seribu bahasa, dia menautkan alisnya, menatap tajam punggung Permaisuri yang belum juga berbalik untuk menatapnya dengan sorot sombong itu. “Lalu …, apakah kau mengetahui sesuatu yang tidak pernah kuketahui?” Permaisuri menggenggam kotak dupa yang ada di depannya. “Yang Mulia …,” Nin
Malam perayaan tahun baru. Seluruh Istana sangat sibuk. Puluhan menu makanan dihidangkan, ratusan piring memenuhi meja, tamu berdatangan sejak satu jam yang lalu. Permaisuri duduk diam di tempatnya dengan gaun merah muda yang pucat itu. Yinlan duduk di samping kiri, A-Yao menemaninya, berdiri di belakang dengan wajah ramah. Zhu Yan membantu pelayan lain menyiapkan banyak hal yang belum selesai. Shangguan Zhi sedang mengobrol bersama beberapa wanita keluarga kaya yang menghadiri perayaan di istana. Dia cukup dekat dengan beberapa orang. Di sisi lain, Xi Feng sudah kembali dari keperluannya di luar Istana. Liu Xingsheng mengomelinya karena terlalu lama pergi. Kemudian, keduanya menyelinap diam-diam menuju ke Balai Kesehatan Istana untuk bersembunyi sementara waktu. Xi Feng belum pernah menampakkan dirinya lagi sejak insiden penyerangan di dapur obat malam itu. Dia menyusup masuk lewat Paviliun Hua Rong yang sudah disiapkan olehnya sendiri, Liu Xingsheng menunggu kedatangannya sejak
Ning'er terdiam membeku, tangannya terkepal erat, kepalanya menunduk, entah apa yang sedang dipikirkan olehnya begitu mengetahui Kaisar sudah menyadari segala tindak kejahatannya. Di pintu aula, Liu Xingsheng berdiri berdampingan dengan Xi Feng yang tidak melakukan penyamaran apa pun. Zhu Yan berdiri di depan keduanya, menyadari kalau Kaisar sudah membongkar kejahatan Ning'er dan tidak Yinlan sudah tidak ada di sana. “Tuan Muda, mungkinkah Selir sudah —”“Tidak, Zhu Yan. Selir hanya ditahan di penjara bawah tanah. Yang Mulia tidak mungkin langsung mengeksekusinya di tempat.” Liu Xingsheng memotong kekhawatirannya. “Aku justru mengkhawatirkan hal lain.” Liu Xingsheng menatap situasi di depannya dengan serius. “Bagaimana jika Penyihir Hitam itu mengamuk di aula ini? Semua orang mungkin akan mati. Aku tidak mengerti motifnya apa. Sepertinya dia mengharapkan untuk mencabut nyawa Kaisar secepatnya.” Xi Feng menyahut. “Lalu, ba-bagaimana cara kita menghentikannya?” Zhu Yan bertanya den
Jing Xuan berjalan dengan langkah mantap, di belakangnya, dua orang petugas Biro Keamanan menemaninya. Lentera kecil salam genggaman, menerangi lorong setapak yang gelap dan lembap di depannya.Penjara bawah tanah ini berada di bawah kantor pusat Biro Keamanan Ibu Kota. Yinlan ditahan di tempat ini dan menunggu interogasi. Tidak. Dia mungkin akan langsung dieksekusi begitu Jing Xuan melayangkan perintahnya. Setelah memasuki lorong yang lebih besar, sel-sel penjara mulai terlihat satu-persatu, dalam satu sel, ada yang dihuni dua sampai empat orang, ada yang hanya berisi satu orang dengan rantai besar yang membelenggu tangan dan kaki. Kedatangan Jing Xuan dalam penjara yang gelap dan senyap itu jelas membuat para terpidana itu saling berbisik ingin tahu. “Beberapa saat lalu, bukankah ada wanita yang diseret ke salah satu sel kosong di bagian dalam? Melihat dari pakaiannya yang mewah, seharusnya dia selir atau semacamnya,” salah seorang tahanan berbisik pada temannya. Temannya menya
Xie Yinlan dibaringkan di ruang perawatan Kantor Biro Keamanan. Tabib Senior Pei datang beberapa saat setelahnya. Jing Xuan membiarkan Tabib Senior Pei memeriksa tubuh Yinlan untuk mendengar sendiri kebenarannya. Bukan karena dia tidak memercayai ucapan Yinlan. Dia hanya ingin memastikannya secara jelas saja. Sambil menunggu, Jing Xuan menghadiri rapat kecil bersama beberapa petugas biro. Xi Feng turut dalam rapat kecil itu. Dia merasa bisa membantu dengan pengetahuan racunnya yang tidak biasa. Ruangan rapat terdiri dari dua meja besar dan lebih dari dua belas kursi. Bukti yang ditemukan dikumpulkan di atas meja. Termasuk pecahan cangkir arak Permaisuri yang sudah diteliti oleh Xi Feng sebelumnya. “Yang Mulia, racun yang digunakan adalah arsenik. Berbeda dengan racun yang dipakai Ning'er di dalam dupa itu. Racun ini pernah digunakan Permaisuri untuk mencoba membunuh Selir empat bulan lalu. Tidak heran jika Selir ingin membalas dendam dengan memberinya racun yang sama.” Salah satu
Sekarang, semuanya sudah jelas. Tidak ada hal apa pun lagi yang dirahasiakan. Urusan kehamilan itu, sekarang bukankah rahasia lagi. Yinlan melarang siapa pun menemui dirinya di ruang perawatan Kantor Biro Keamanan. Dia tahu posisinya saat ini masih tersangka pembunuhan. Dia juga tahu orang-orang di sekitarnya sedang berusaha untuk membersihkan namanya dari tuduhan itu. Yinlan hanya bisa bersabar menunggu, duduk termenung di dalam kamar perawatan di bawah pengawasan petugas Biro, tanoa bisa melakukan apa pun. Yinlan menghela napas pelan. Melihat langit-langit kamar yang gelap. “Apa yang sedang dilakukan A-Yao saat ini?” Ya. Gadis itu juga ikut dibawa ke penjara bawah tanah bersamanya kemarin. Mereka ditempatkan dalam sel yang terpisah. Baru saja Jing Xuan menyuruh seseorang untuk membiarkan A-Yao melihat keadaan Yinlan secara langsung. Jing Xuan tahu, meski Yinlan menolak menemui siapa pun, justru pelayan itu yang paling ingin dia temui sekarang. Pintu kamar terbuka. “Selir, Nona
Api tiba-tiba membumbung tinggi dari Istana Mingyue begitu saja. Melahap segala yang ada di sekitarnya. Para pelayan berlalu-lalang membawa seember air untuk memadamkan api. Petugas Biro Pusat Keamanan yang seharusnya menggeledah tempat itu jadi harus membatalkannya, bahu-membahu bersama Pengawal Kekaisaran untuk memadamkannya. Api menjalar lebih cepat dari yang diperkirakan, seolah sudah ada yang mengendalikannya. Membakar semuanya dengan cepat, mengubah barang-barang menjadi abu dan tak teridentifikasi lagi. Ada sekitar tujuh orang pelayan yang terluka, dibawa dengan buru-buru ke Balai Kesehatan Istana. Api juga melahap sebagian besar Paviliun Hua Rong yang bertetanggaan dengan Istana Mingyue. Shangguan Zhi, Liu Xingsheng dan Shangguan Yan berdiri mematung, menatap tak percaya kekacauan yang terjadi di depan mata mereka. “Seolah ada seseorang yang sudah mengaturnya untuk melenyapkan bukti-bukti.” Liu Xingsheng bergumam pelan. “Bukankah dengan begini, kejahatannya jadi tidak di
Istana Guangping menjadi sangat ramai lima tahun ke depan. Dua orang anak yang terlihat sangat mirip setiap hari berlarian di halamannya, saling mengejar, saling mencoba menjatuhkan. Satu anak adalah perempuan, dia memegang pedang kayu dan terus mengarahkannya pada si anak laki-laki sambil berkata, “Berhenti, penjahat!” Semenatra yang laki-laki tertawa riang, terus berkata bahwa si anak perempuan tidak akan bisa menangkapnya. Di dalam istana, Yinlan sedang sibuk menatap sejumlah tusuk rambut di atas meja. Bingung memilih mau pakai yang mana. “Bagaimana dengan ini?” Jing Xuan menunjukkan tusuk konde yang berwarna perak dengan batu giok putih yang indah. Yinlan menggeleng, “Aku rasa aku sudah memakai itu kemarin lusa.” “Tidak apa, pakai lagi saja.” Jing Xuan menguap, sudah satu jam dia berdiri di depan meja rias Yinlan, dan gadis itu masih belum menentukan akan memakai apa. “Aku pakai ini saja lah.” Yinlan mengambil tusuk rambut bunga rong yang pernah Jing Xuan berikan padanya du
A-Yao tampak kerepotan, menerima sejumlah hadiah dari tamu-tamu luar Ibukota yang menghadiri pernikahan terbesar di seluruh Kekaisaran Jing ini. “A-Yao, sampaikan ucapan selamatku pada Permaisuri, ya?” terlihat Nona Kelima Jiang tersenyum ramah sambil menyerahkan sebuah kotak kayu besar. A-Yao mengangguk sambil tersenyum, “Terima kasih sudah datang.” Mao Lian berdiri di dekat pintu sambil menatapnya dengan tatapan remeh, “Kau tampak sibuk, A-Yao.” A-Yao mendengus sambil menatap tajam ke arahnya, “Dari pada diam menjadi pagar seperti itu, lebih baik kau membantuku.” Mao Lian terkekeh lalu menghampirinya. Sebelum mulai membantu, dia mendekatkan mulutnya ke telinga A-Yao dan berbisik, “Baru saja Yang Mulia memberkati pernikahan untukku, A-Yao. Apakah kau terkejut?” A-Yao terdiam kaku, matanya membulat sempurna, berkedip beberapa kali. “Be-benarkah? Bagaimana mungkin,” A-Yao menyeringai tipis, mencoba mengendalikan perasaannya yang tidak karuan. Dia membatin, ‘Diberkati pernikahan?
Yinlan merebahkan tubuhnya di ranjang, Jing Xuan menjadikan pahanya sebagai bantal. Tangannya bergerak mengusap pelan helai rambut panjangnya. Aroma wangi ini, Jing Xuan sangat merindukannya. Sejak baru tiba sore lalu, Yinlan sama sekali tak mau melepaskannya. Dia selalu tersenyum dan berkata harus selalu bersama untuk menebus hari-hari saat berpisah. “A-Yin, berapa bulan lagi sampai hari kelahirannya?” tanya Jing Xuan, memecah keheningan. “Hm …,” Yinlan berpikir sejenak, “Ini sudah lama memasuki bulan ke-tujuh. Sebentar lagi bulan ke-delapan.” “Sebentar lagi, ya ….” Jing Xuan menghela napas, “Tapi dua bulan lagi sangat lama.”“Jika melewatinya bersama-sama, harusnya tidak terlalu lama.” Yinlan tersenyum lebar sampai matanya menyipit. “A-Yin, aku tidak bisa menepati janjiku untuk menikahimu di ujung musim dingin.” Jing Xuan menunduk merasa bersalah. Yinlan menepuk punggung tangannya, “Kita menikah di awal musim semi saja. Bukankah itu bagus?” “Apakah menurutmu begitu?” Yinlan
Dua minggu kemudian. Kabar mengenai kepulangan Jing Xuan telah tiba di Istana. Semua orang menyambutnya di depan gerbang istana, termasuk Yinlan dan Ibu Suri. Kabar peperangan dengan Negara Shang yang mendadak itu juga telah sampai di Ibukota sejak dua minggu lalu. Para warga merasa bersyukur saat tahu sang Kaisar berada di sana untuk meredakan kekacauan. Kini, mereka sudah berkumpul di tepian jalan untuk menyambut Kaisar mereka. Melempar bunga dengan wajah tersenyum lebar, sambil memanjatkan do’a dan pujian untuk pahlawan nomor satu itu. Jing Xuan hanya menaiki seekor kuda hitam, tidak ada tandu atau kereta kuda yang mewah yang menemaninya. Di belakangnya hanya ada dua orang tabib, dan sepuluh orang prajurit yang mengantar kepergiannya. Itu sungguh hanya kepulangan sederhana yang tidak disiapkan secara khusus. Namun semua orang justru merasa senang untuknya dan mengucapkan beribu-ribu kata syukur. Jing Xuan juga secara khusus turun dari kudanya dan menggendong anak-anak usia tig
Kamp Militer Perbatasan Utara. Jing Xuan duduk tegak di kursi, wajahnya sangat serius. Dia sedang membaca sebuah buku. Buku medis kuno yang Shangguan Yan bawa dari ruang bawah tanah beracun milik Ye Qing di Tingzhou. Dalam buku itu, tertulis bahwa Teratai Hitam bukanlah racun. Melainkan sejenis obat mujarab yang bisa membentuk ketangguhan fisik luar biasa, obat yang bisa menetralisir semua jenis racun yang tumbuh di dunia ini. Obat itu memberikan efek samping yang cukup kejam bagi pemakainya. Semua gejala menyakitkan yang Yinlan alami setiap bulan itu adalah efek sampingnya. Dan selamanya tidak bisa dihilangkan. Dalam setiap bulan, akan selalu ada hari di mana tubuh itu sendiri tiba di titik terlemahnya. Jing Xuan menggeram, “Kenapa aku tidak mengalami siklus bulanan ini juga? Padahal aku jelas-jelas meminumnya, kan?” Xi Feng menghela napas, “Yang Mulia, Teratai Hitam yang kau minum itu hanya semangkuk penawar racun saja, bukan lagi jenis obat yang sama. Permaisuri meminum selur
Satu minggu kemudian, Selir Agung Qin ditemukan di Prefektur Barat Ibukota. Jubah kekaisarannya entah hilang ke mana, semua perhiasan emas yang melekat di tubuhnya juga telah raib. Pangeran Ming menggunakan kereta kuda untuk membawanya kembali ke Istana. Sepanjang perjalanan, Selir Agung tidak mengeluarkan sepatah kata pun meski Pangeran Ming berada tepat di depannya. Pangeran Ming tidak berharap wanita itu akan bertanya tentang kenapa dia ditangkap, atau mau membawanya ke mana. Dia berpikir wanita ini akan menanyakan keadaan putranya. Namun keduanya sama sekali tidak terdengar keluar dari mulutnya. Pangeran Ming menghela napas, dia mengeluarkan sapu tangan dengan bordir lambang Keluarga Jing miliknya. Lalu dia meletakkannya di atas paha Selir Agung dan berkata, “Sekalah kotoran di wajahmu. Haoyu tidak akan suka melihatnya.” Selir Agung tersenyum tipis, “Aku bahkan tidak pantas mengambil barang milik Keluarga Jing kalian.”“Memang benar …, lagi pula, untuk apa kau memedulikan pen
Yu adalah marga sebenarnya Selir Agung Qin. Pangeran Ming menatap punggungnya, “Ibumu bahkan tidak memedulikan nasibmu, Haoyu.” Ruangan penjara itu semakin senyap, Pangeran Chi mengangkat kepala, lantas terkekeh pelan, “Kau tidak berhak menilai hubungan ibu dan anak di antara kami, Jing Tian.”“Satu hari setelah tindakan bodohmu, aku terus mencari keberadaan Selir Agung Qin di mana pun. Dia melarikan diri, bersembunyi di suatu tempat menunggu kesempatan pergi dari Ibukota yang sudah seperti neraka baginya ini. Tanpa memedulikan putranya.” Pangeran Ming diam sejenak. Dia menunggu Pangeran Chi berbalik dan menatapnya sebelum dia melanjutkan perkataan yang kian lama semakin menyakitkan itu. Namun Pangeran Chi tidak sebaik hati itu untuk mendengarkan penjelasannya. Dia tampak tidak begitu peduli dengan apa yang ibunya lakukan padanya. “Jing Haoyu.” Pangeran Ming menggeram dengan tangan mengepal. “Apa? Kau mau berkata bahwa aku ditelantarkan? Hah, kau juga tidak berhak.” Pangeran Mi
Pangeran Ming menutup rapat pintu Istana Guangping, sebelum meninggalkan tempat itu, dia menghela napas pelan. “Yang Mulia, Biro Pusat Keamanan dan Kementerian Hukum sudah menunggu.” pengawalnya melaporkan. “Ada berapa orang yang terlibat dalam pemberontakan itu?” tanya Pangeran Ming, langkahnya dengan cepat meninggalkan Istana Guangping. “Kementerian Ritus dan Adipati Wei terlibat. Mereka bersekongkol mengadakan pernikahan palsu agar Tuan Muda Wei tidak dicurigai. Dia yang membantu Pangeran Chi menculik Tuan Muda Ouyang dari Suzhou untuk dicuri identitasnya.” “Nona Kelima Jiang mengalami depresi karena pernikahannya ternyata tidak sungguh-sungguh. Selir Agung Qin melarikan diri. Sementara waktu, dia mungkin masih berada di Ibukota karena semua gerbang telah ditutup sejak hari pemberontakan.” Pangeran Ming mengangguk-angguk, menerima semua laporan itu dengan cepat. “Jangan pernah membuka gerbang itu sebelum Selir Agung ditemukan. Berikan kompensasi atas kerugian yang dialami Nona
BRUK! Jing Xuan meringis, tersungkur beberapa meter dari lokasi pertarungan. Pedangnya terlepas dari genggaman, berkelontang. Dia kembali berdiri dengan tubuh bergetar. Tangannya bergerak menyeka ujung bibir yang masih menyisakan jejak darah. Sudah lama dia tidak mengeluarkan banyak kekuatan. Tubuhnya terkejut menerima hantaman demi hantaman, terlebih, Ye Qing lebih berpengalaman, jelas lebih kuat berkali-kali lipat darinya. Jing Xuan memungut pedangnya. Memasang kuda-kuda kokoh, dia harus bisa segera mengakhirinya. Seseorang masih menunggunya dengan cemas. Shangguan Yan berteriak kencang, tubuhnya melesat cepat, melompat ke udara dengan Pedang Baijiu yang sudah berlumuran darah meski belum membunuh satu orang pun. Ye Qing mendengus, “Bocah merepotkan. Pergi kau ke neraka!” Shangguan Yan menyeringai, Liu Xingsheng melemparkan tombak Jing Xuan yang sebelumnya dibuang oleh Ye Qing. Dengan langkah halus, Shangguan Yan menjejakkan kakinya pada tombak yang masih melesat itu. Tangan