Ning'er memasuki kamar Permaisuri. Langkahnya sedikit terseok-seok dan dia menjatuhkan lututnya di belakang Permaisuri. “Yang Mulia, Hamba sudah kembali.” Ning'er memberi salam. “Apa yang kau dapatkan?” Permaisuri bertanya padanya, dia tetap duduk di meja rias dan masih membelakanginya. Ning'er menundukkan kepala, “Hamba berhasil menghentikan mereka mendapatkan penawarnya. Tapi Hamba tidak berhasil menemukannya.” Permaisuri terkekeh, “Tentu saja …, kau tidak pernah berharap ada orang lain yang menemukannya selain kau. Dan meski pun kau benar-benar menemukannya, kau akan menghancurkannya dan berkata padaku kalau kau tidak menemukannya, seolah-olah barang itu memang tidak pernah ada.” Ning'er terdiam seribu bahasa, dia menautkan alisnya, menatap tajam punggung Permaisuri yang belum juga berbalik untuk menatapnya dengan sorot sombong itu. “Lalu …, apakah kau mengetahui sesuatu yang tidak pernah kuketahui?” Permaisuri menggenggam kotak dupa yang ada di depannya. “Yang Mulia …,” Nin
Malam perayaan tahun baru. Seluruh Istana sangat sibuk. Puluhan menu makanan dihidangkan, ratusan piring memenuhi meja, tamu berdatangan sejak satu jam yang lalu. Permaisuri duduk diam di tempatnya dengan gaun merah muda yang pucat itu. Yinlan duduk di samping kiri, A-Yao menemaninya, berdiri di belakang dengan wajah ramah. Zhu Yan membantu pelayan lain menyiapkan banyak hal yang belum selesai. Shangguan Zhi sedang mengobrol bersama beberapa wanita keluarga kaya yang menghadiri perayaan di istana. Dia cukup dekat dengan beberapa orang. Di sisi lain, Xi Feng sudah kembali dari keperluannya di luar Istana. Liu Xingsheng mengomelinya karena terlalu lama pergi. Kemudian, keduanya menyelinap diam-diam menuju ke Balai Kesehatan Istana untuk bersembunyi sementara waktu. Xi Feng belum pernah menampakkan dirinya lagi sejak insiden penyerangan di dapur obat malam itu. Dia menyusup masuk lewat Paviliun Hua Rong yang sudah disiapkan olehnya sendiri, Liu Xingsheng menunggu kedatangannya sejak
Ning'er terdiam membeku, tangannya terkepal erat, kepalanya menunduk, entah apa yang sedang dipikirkan olehnya begitu mengetahui Kaisar sudah menyadari segala tindak kejahatannya. Di pintu aula, Liu Xingsheng berdiri berdampingan dengan Xi Feng yang tidak melakukan penyamaran apa pun. Zhu Yan berdiri di depan keduanya, menyadari kalau Kaisar sudah membongkar kejahatan Ning'er dan tidak Yinlan sudah tidak ada di sana. “Tuan Muda, mungkinkah Selir sudah —”“Tidak, Zhu Yan. Selir hanya ditahan di penjara bawah tanah. Yang Mulia tidak mungkin langsung mengeksekusinya di tempat.” Liu Xingsheng memotong kekhawatirannya. “Aku justru mengkhawatirkan hal lain.” Liu Xingsheng menatap situasi di depannya dengan serius. “Bagaimana jika Penyihir Hitam itu mengamuk di aula ini? Semua orang mungkin akan mati. Aku tidak mengerti motifnya apa. Sepertinya dia mengharapkan untuk mencabut nyawa Kaisar secepatnya.” Xi Feng menyahut. “Lalu, ba-bagaimana cara kita menghentikannya?” Zhu Yan bertanya den
Jing Xuan berjalan dengan langkah mantap, di belakangnya, dua orang petugas Biro Keamanan menemaninya. Lentera kecil salam genggaman, menerangi lorong setapak yang gelap dan lembap di depannya.Penjara bawah tanah ini berada di bawah kantor pusat Biro Keamanan Ibu Kota. Yinlan ditahan di tempat ini dan menunggu interogasi. Tidak. Dia mungkin akan langsung dieksekusi begitu Jing Xuan melayangkan perintahnya. Setelah memasuki lorong yang lebih besar, sel-sel penjara mulai terlihat satu-persatu, dalam satu sel, ada yang dihuni dua sampai empat orang, ada yang hanya berisi satu orang dengan rantai besar yang membelenggu tangan dan kaki. Kedatangan Jing Xuan dalam penjara yang gelap dan senyap itu jelas membuat para terpidana itu saling berbisik ingin tahu. “Beberapa saat lalu, bukankah ada wanita yang diseret ke salah satu sel kosong di bagian dalam? Melihat dari pakaiannya yang mewah, seharusnya dia selir atau semacamnya,” salah seorang tahanan berbisik pada temannya. Temannya menya
Xie Yinlan dibaringkan di ruang perawatan Kantor Biro Keamanan. Tabib Senior Pei datang beberapa saat setelahnya. Jing Xuan membiarkan Tabib Senior Pei memeriksa tubuh Yinlan untuk mendengar sendiri kebenarannya. Bukan karena dia tidak memercayai ucapan Yinlan. Dia hanya ingin memastikannya secara jelas saja. Sambil menunggu, Jing Xuan menghadiri rapat kecil bersama beberapa petugas biro. Xi Feng turut dalam rapat kecil itu. Dia merasa bisa membantu dengan pengetahuan racunnya yang tidak biasa. Ruangan rapat terdiri dari dua meja besar dan lebih dari dua belas kursi. Bukti yang ditemukan dikumpulkan di atas meja. Termasuk pecahan cangkir arak Permaisuri yang sudah diteliti oleh Xi Feng sebelumnya. “Yang Mulia, racun yang digunakan adalah arsenik. Berbeda dengan racun yang dipakai Ning'er di dalam dupa itu. Racun ini pernah digunakan Permaisuri untuk mencoba membunuh Selir empat bulan lalu. Tidak heran jika Selir ingin membalas dendam dengan memberinya racun yang sama.” Salah satu
Sekarang, semuanya sudah jelas. Tidak ada hal apa pun lagi yang dirahasiakan. Urusan kehamilan itu, sekarang bukankah rahasia lagi. Yinlan melarang siapa pun menemui dirinya di ruang perawatan Kantor Biro Keamanan. Dia tahu posisinya saat ini masih tersangka pembunuhan. Dia juga tahu orang-orang di sekitarnya sedang berusaha untuk membersihkan namanya dari tuduhan itu. Yinlan hanya bisa bersabar menunggu, duduk termenung di dalam kamar perawatan di bawah pengawasan petugas Biro, tanoa bisa melakukan apa pun. Yinlan menghela napas pelan. Melihat langit-langit kamar yang gelap. “Apa yang sedang dilakukan A-Yao saat ini?” Ya. Gadis itu juga ikut dibawa ke penjara bawah tanah bersamanya kemarin. Mereka ditempatkan dalam sel yang terpisah. Baru saja Jing Xuan menyuruh seseorang untuk membiarkan A-Yao melihat keadaan Yinlan secara langsung. Jing Xuan tahu, meski Yinlan menolak menemui siapa pun, justru pelayan itu yang paling ingin dia temui sekarang. Pintu kamar terbuka. “Selir, Nona
Api tiba-tiba membumbung tinggi dari Istana Mingyue begitu saja. Melahap segala yang ada di sekitarnya. Para pelayan berlalu-lalang membawa seember air untuk memadamkan api. Petugas Biro Pusat Keamanan yang seharusnya menggeledah tempat itu jadi harus membatalkannya, bahu-membahu bersama Pengawal Kekaisaran untuk memadamkannya. Api menjalar lebih cepat dari yang diperkirakan, seolah sudah ada yang mengendalikannya. Membakar semuanya dengan cepat, mengubah barang-barang menjadi abu dan tak teridentifikasi lagi. Ada sekitar tujuh orang pelayan yang terluka, dibawa dengan buru-buru ke Balai Kesehatan Istana. Api juga melahap sebagian besar Paviliun Hua Rong yang bertetanggaan dengan Istana Mingyue. Shangguan Zhi, Liu Xingsheng dan Shangguan Yan berdiri mematung, menatap tak percaya kekacauan yang terjadi di depan mata mereka. “Seolah ada seseorang yang sudah mengaturnya untuk melenyapkan bukti-bukti.” Liu Xingsheng bergumam pelan. “Bukankah dengan begini, kejahatannya jadi tidak di
“Dia tidak main-main. Bahkan nekat membakar dua tempat sekaligus demi menghilangkan bukti.” Shangguan Yan berlari bersisian dengan Liu Xingsheng. “Tidak. Justru aku khawatir dia menggunakan kekacauan dalam kebakaran ini untuk melarikan diri. Shangguan Yan, bergegas! Kita bisa memblokir dua jalur utama dari Kantor Biro Pusat Keamanan! Pastikan untuk tidak mencolok!” Liu Xingsheng melompat ke atas kuda, melesat melewati jalur yang berseberangan untuk memblokir jalur dari sisi barat Kantor Biro Pusat Keamanan. Jalur itu terhubung dengan bangunan belakang Biro Pusat Keamanan. Bangunan belakang adalah tempat para tahanan dan pintu masuk menuju penjara bawah tanah. Hanya ada satu jalan menuju pusat kota dari bangunan belakang Biro Pusat Keamanan. Jika Liu Xingsheng menghentikan kudanya di tengah jalan lalu menyusurinya perlahan hingga tiba di lokasi kebakaran, mungkin ada peluang untuk menangkap basah Ning'er jika dia benar-benar melarikan diri dari jalur belakang. Meski ada ratusan sip
Matahari tumbang ke sisi barat. Pukul empat sore, salju kembali turun lebat. Bahkan disertai angin kencang yang menerbangkan butiran salju ke dalam ruangan. Setelah memerintahkan Liu Xingsheng menutup pintu kuil itu, Jing Xuan mulai membersihkan altar persembahan yang penuh debu, bahkan menggunakan bekal airnya sendiri untuk membersihkan papan arwah milik ibunya Yinlan. Suasana sedikit lebih gelap karena awan hitam menutup cahaya matahari dengan cepat setelah badai mulai mengamuk. Shangguan Zhi dan Xi Feng menyalakan lilin. Meletakkannya di samping papan arwah. Meletakkan sepiring kue kering di depannya. Tidak ada dupa yang tertinggal di bangunan yang sudah terbengkalai belasan tahun ini, Jing Xuan justru sudah membawanya dari Istana, seolah sudah berencana untuk mampir ke tempat ini sebelum memasuki Perbatasan Utara. Sekarang, kuil itu terlihat lebih manusiawi, bersih dari debu dan layak untuk ditinggali semalaman sambil menunggu badai mereda. Jing Xuan menyalakan tiga batang d
Kota Bingzhou yang ramai di tengah hujan salju. Shangguan Zhi meletakkan mangkuk kosong dengan wajah puas. “Mi daging di tempat ini enak sekali. Aku tidak akan pernah melupakan rasanya.”Liu Xingsheng terkekeh sambil terus menikmati mi daging miliknya. Xi Feng dengan santai membuka kendi arak. Di sampingnya, sebuah caping bercadar berwarna hitam teronggok. Sangat kontras dengan pakaian Xi Feng yang berwarna merah menyala. Cuaca penuh salju seperti ini menjadikannya semerah darah. Jing Xuan meletakkan sumpit di samping mangkuk yang telah kosong. “Kota Beizhou dipenuhi kedai-kedai mi yang menggugah selera. Shangguan Zhi, kelak saat masuk lebih dalam lagi, jangan sampai meminta berhenti di setiap kedai mi daging. Kau bisa kehabisan uang sebelum sampai di Perbatasan Utara.” Xi Feng menutup mulutnya, menahan tawa. Dia tidak tahu Jing Xuan memiliki selera humor yang cukup baik. “Hal itu juga berlaku untukmu, Yang Mulia.” Liu Xingsheng menyela, sudah menghabiskan isi mangkuknya. Jing X
A-Yao membawa kuda itu sampai di depan Istana Guangping. Yinlan langsung keluar dari kamarnya saat mendengar suara kaki kuda yang kencang. Dia langsung menghampiri A-Yao yang hampir terjatuh saat turun dari kuda itu. “Apa yang terjadi, A-Yao?” A-Yao menyeka ujung matanya, segera memeluk Yinlan dan menangis sejadi-jadinya. “Yang Mulia, selamatkan Tuan Mao, selamatkan Tuan Mao.” “Apa yang terjadi pada Mao Lian, A-Yao?” Yinlan memapahnya duduk di beranda kediaman. A-Yao menelan ludah, mulai menceritakan semuanya. “Tuan Mao bertarung dengan orang-orang itu setelah mendorongku keluar dari jendela di lantai tiga. Yang Mulia, aku mohon, segera mengutus orang untuk menyelamatkannya.” “Kau tidak perlu melakukan itu, A-Yao.” Suara Pangeran Ming terdengar, orangnya berjalan mendekat, menuntun seekor kuda berwarna cokelat gelap. A-Yao segera berdiri, “Yang Mulia Pangeran.” “Sebelum pergi, Mao Lian memintaku untuk menyiapkan beberapa orang tangguh untuk mengikutinya diam-diam dalam perjalan
Ruangan eksklusif lantai tiga Restoran Wanyu ternyata sangat sepi. Nyaris tidak ada pelanggan lain yang memesan ruangan ini selain mereka dan Tuan Muda Ouyang. Mao Lian memasuki ruangan yang ditunjuk pelayan restoran. Ruangan itu bersebelahan langsung dengan ruangan yang dipesan Tuan Muda Ouyang yang masuk beberapa menit lebih awal dari mereka. “Tuan Muda dan Nona mau memesan menu apa? Saya akan membawanya dalam waktu tiga puluh menit.” Pelayan wanita itu membungkuk. Mao Lian berkata lebih dulu sebelum A-Yao sempat menarik napas, “Satu set makanan berat untuk pasangan. Manisan yang bernutrisi dan beberapa camilan. Ah, sepertinya, hidangkan saja semua menu favorit di sini. Istriku suka makan.” A-Yao melotot, dia sungguh tidak mengerti apa yang direncanakan Mao Lian. Jangan-jangan, dia sengaja melakukannya hanya untuk mendapatkan keuntungan darinya?Pelayan itu tersenyum sopan, “Baik, Tuan Muda. Sambil menunggu, saya membawakan teh kualitas tinggi khas Restoran Wanyu kami. Silakan d
A-Yao memperbaiki pakaiannya sambil berjalan dengan langkah lebar-lebar. Dia melihat Mao Lian yang sudah menunggunya di depan kereta kuda. Dia menatap bingung, “Untuk apa kereta kuda ini?” “Untukmu.” Jawab Mao Lian sambil menurunkan anak tangga. Dia tersenyum sambil mengulurkan tangan. “Naiklah.”A-Yao menggeleng, “Mao Lian, ini di luar rencana kita, bukan? Kita hanya diam-diam membuntuti Tuan Muda Ouyang dan Adipati Muda Wei. Untuk apa menyiapkan kereta kuda?” Mao Lian menyeringai, “Itu memang rencana kita. Tapi kereta kuda ini perintah langsung dari Permaisuri.” “Permaisuri?” A-Yao membulatkan mata tidak percaya. “Hari ini, Adipati Muda akan pergi ke Kementerian Ritus untuk mengurus berkas-berkas pernikahannya. Kita bisa menyingkirkan dia dari daftar hitam. Lagi pula, jika dia adalah Pangeran Chi yang menyamar, dia tidak akan melangsungkan pernikahan dengan Nona Kelima Jiang di saat-saat seperti ini.” A-Yao mengangguk-angguk, “Jadi kita?” Mao Lian mengeluarkan sebuah tanda pe
Ketukan pintu terdengar lantang, Yinlan berdiri dari kursi dan menghampiri pintu untuk membukanya. Belakangan ini, siapa pun yang berkunjung ke Istana Guangping, sudah pasti adalah orang-orang yang ingin membicarakan hal penting dengannya. Yinlan sudah terbiasa, tidak ingin merepotkan A-Yao untuk berlalu-lalang melaporkan kedatangan para tamunya, Yinlan membiarkan mereka langsung datang ke Istana Guangping untuk berbicara empat mata dengannya.Tentu saja, ada A-Yao dan Mao Lian yang mengantarkan mereka datang. Yinlan membuka pintu, melihat siapa yang datang, kedua alisnya terangkat dan senyumnya mengembang, “Adik Ipar.” Pangeran Ming tersenyum, “Kakak Ipar, selamat siang.” “Satu minggu terakhir, kau hanya sibuk melakukan tugas-tugas berat. Adik, apakah kesibukanmu sudah mulai melonggar?” Yinlan membuka pintu lebar-lebar, mempersilakan Pangeran Ming duduk di kursi panjang di depan jendela. Di tengah kursi itu, ada meja catur yang kosong. Semua bidaknya disimpan di laci bawah meja
Matahari sempurna tenggelam. Salju mulai turun tepat setelah malam tiba, Shangguan Zhi dan Liu Xingsheng berjalan sambil menuntun kuda, keluar dari Lembah Qian, memasuki kawasan hutan tempat vila Jing Xuan berada. Shangguan Zhi tertawa, “Ternyata aku menyebalkan sekali saat dulu, ya?” Liu Xingsheng tersenyum lebar, “Bukan hanya itu, kau juga keras kepala, sulit diajak bernegosiasi, sok paling kaya, sok paling pintar. Kau tidak tahu saja level pengetahuanku sudah tiga kali lebih tinggi darimu.” Bibir Shangguan Zhi mengerucut, hanya sesaat, lalu tertawa lebar, “Sekarang kau yang menyebalkan, bodoh! Bisa-bisanya menyebut aku sok pintar, lantas dengan sombong membandingkan level pengetahuan.”“Memangnya kepintaranmu yang berkali-kali lipat itu sudah pantas dibanggakan, heh? Di luar sana, masih banyak orang yang jauh-jauh lebih pintar lagi darimu.” Shangguan Zhi menggeleng miris, “Kau terlalu cepat merasa puas, Liu Xingsheng.” Liu Xingsheng terdiam. Membahas itu, dia tiba-tiba teringat
Matahari tepat berada di atas kepala. Angin semakin kencang dan terasa dingin, menggoyangkan rambut panjang Shangguan Zhi yang melesat di atas kudanya. Liu Xingsheng tak berhenti memandanginya yang lebih indah dari hamparan rumput ini. Shangguan Zhi tampak serius mengamati hamparan rumput di bawah kaki kudanya. Berlari di antara rumput-rumput setinggi mata kaki itu. Liu Xingsheng berseru, “Kau itu namanya berkeliling, Shangguan Zhi. Bukan memeriksa!” Shangguan Zhi menoleh ke belakang, “Apa yang salah?” bertanya ketus. “Tidak ada orang yang memeriksa sambil berlari, bodoh.” Liu Xingsheng melompat turun dari kudanya, kakinya menginjak hamparan rumput itu, lantas menuntun kudanya sambil berjalan mengitari beberapa tempat. Shangguan Zhi mendengus malas. “Tapi padang rumput ini sangat luas, Liu Xingsheng, akan memakan banyak waktu memeriksanya sambil berjalan kaki. Lagi pula, belum tentu benar-benar ada Ular Mahkota Biru di sini. Ini masih jauh dari wilayah Perbatasan Utara.” Liu Xin
Beizhou, Lembah Qian. Empat ekor kuda berjalan beriringan di lembah hijau yang luas. Tempat ini berada di sisi paling selatan Beizhou. Di dekatnya, persis setelah hamparan rumput ini berakhir, berdiri sebuah vila tersembunyi milik Keluarga Kekaisaran. Suatu hari ketika Perbatasan Utara dalam keadaan paling genting, dan Kaisar berjuang di medan perang, beberapa anggota keluarga wanita akan menunggunya pulang membawa kemenangan di vila itu. Lalu bersama-sama pulang ke Istana. Sejak peperangan terakhir dengan Negara Shang beberapa tahun lalu, vila ini sudah tidak digunakan lagi. Seringkali menjadi tempat berlibur anggota Kekaisaran yang beristirahat dari pekerjaan. Namun karena jarang ada yang mau berpergian jauh hingga Beizhou, Jing Xuan menggunakan vila ini sebagai tempat persembunyian. Dia mempekerjakan beberapa pengawal tangguh untuk menjaga tempat itu. Menyamarkannya menjadi rumah tua yang dihuni pasangan paruh baya dan dua orang anaknya yang masih balita. “Yang Mulia, bagai