Beranda / Fantasi / Dewi Medis Kesayangan Kaisar / Bab 128 - Denyut Nadi Yang Lain

Share

Bab 128 - Denyut Nadi Yang Lain

Penulis: Xiao Chuhe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-07 12:57:55

Esok pagi, Xi Feng berada di kamar Yinlan bersama Liu Xingsheng. Xi Feng memegang cawan berisi cairan hitam yang jernih.

Yinlan duduk di tepi ranjangnya, raut wajahnya terlihat lebih baik dari kemarin. A-Yao duduk di sampingnya, menemani segenap hati.

“Aku sudah memberitahu semua hal tentang dupa pemikat itu pada Yang Mulia, Selir.” Xi Feng meletakkan mangkuk berisi racun itu di meja kecil samping tempat tidur.

“Aku juga sudah memberikan kantong wewangian dari Shangguan Zhi kepada Yang Mulia. Sekarang Yang Mulia sudah tahu kalau dupa itu dicampuri akonit. Yang menyebabkan nyeri hebat di jantung dan memicu racunnya terbangun.”

Yinlan menatap Xi Feng tidak percaya, ia tersenyum kecil, “Kau mengakui semuanya terlalu dini, Xi Feng.”

“Tidak. Justru itu waktu yang sangat tepat.” Liu Xingsheng menyela. “Kau akan tahu siapa yang menjadi pemenang dalam perselisihanmu tiga hari kemudian.”

Xi Feng menghela napas pelan, “Aku justru mengkhawatirkan hal lain. Ning'er belum juga kembali sejak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 129 - Kerinduan Terhadap Uang

    Tiga hari kemudian, perayaan tahun baru akhirnya datang. Yinlan sudah mengenakan pakaian berwarna ungu gelap dengan brokat hitam yang elegan dan kuno. Dia menghiasi kepalanya dengan perhiasan perak. Tak melupakan tusuk rambut Bunga Rong yang pernah diberikan Jing Xuan padanya. Menurutnya, tusuk rambut itu adalah saksi bisu dari rasa cinta Jing Xuan padanya. Tanpa tusuk rambut itu, Yinlan tidak akan mengetahui seperti apa sebenarnya perasaan Jing Xuan itu. Yinlan menunduk, suasana hatinya bercampur aduk antara antusias dan murung. Di hadapannya, sebuah mangkuk kosong dan belati telah menunggu. Yinlan teringat dengan jelas tiga hari yang lalu saat ia menelan Teratai Hitam. Xi Feng mengatakan bahwa dirinya sedang hamil. Setelah mengingat kejanggalan pada tubuhnya beberapa minggu sebelumnya, Yinlan akhirnya memercayai kenyataan yang sebenarnya telah dia duga sejak lama. Saat itu, Liu Xingsheng keberatan dan meminta Yinlan langsung memuntahkan racun yang baru saja ditelannya. Tapi t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 130 - Tidak Lagi Terkesan

    Ning'er berjalan terhuyung-huyung keluar dari hutan. Dia bersandar pada pohon agar tidak tersungkur jatuh.Napasnya menderu dengan luka di sekujur tubuh, menatap gerbang Ibu Kota di kejauhan. Sekarang pukul sembilan pagi, aktivitas di gerbang sangat sibuk karena banyak pengunjung dari kota lain yang datang untuk merayakan tahun baru di Ibukota. Ning'er yakin bisa menyelinap di antara orang-orang itu dan masuk tanpa disadari pengawal gerbang. Ning'er menyeka darah yang masih mengalir dari kepalanya. Pakaiannya robek-robek dan dipenuhi noda darah. Karena beberapa hari yang lalu, dia bertarung dengan Ying Deng di Kota Tingzhou. Tepat setelah Shangguan Yan dan Shangguan Zhi meninggalkannya, Ying Deng menyadari kalau Penyihir Hitam masih mengikuti mereka. Ying Deng membongkar identitasnya dan bertarung dengannya selama hampir satu hari. Ning'er mendengus, menyadari tidak ada pengunjung yang bisa dia manfaatkan. “Ini salah wanita buta itu. Aku jadi terlambat dan pulang dalam keadaan p

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar    Bab 131 - Pakaian Kasar Dan Tubuh Penuh Luka

    Lima jam sebelum perayaan tahun baru. Seluruh Ibu Kota sangat ramai. Berbagai macam acara sedang dipersiapkan. Penjual kue dan beragam oleh-oleh lain berjejer rapi di tepi jalan. Balai Opera Jiulu membuka panggung besar di halaman. Restoran Wanyu menyediakan hiburan malam yang memanjakan mata. Rumah Hiburan terbuka bagi siapa saja. Orang-orang berlalu-lalang dengan senyuman menghiasi wajah. Memeriahkan momen satu tahun sekali ini. Sama halnya dengan Shangguan Yan dan Shangguan Zhi yang baru saja tiba di Ibu Kota.Mata yang berbinar dan suasana hati yang cerah. Guguran salju yang menyempurnakan momen ini. Shangguan Zhi mengentakkan tali kekang kuda, senyumnya tampak lebar, “Bergegas, Kak!” Shangguan Yan mendengus malas, “Lagi pula istananya tidak akan pergi ke mana-mana dan perayaan masih lima jam lagi. Kau punya waktu empat jam untuk bersiap-siap di rumah, untuk apa begitu buru-buru?” “Habisnya, kudengar Selir sudah menemukan penawarnya dan sudah memberikannya pada Kaisar! Aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 132 - Saksi Bisu

    Ning'er memasuki kamar Permaisuri. Langkahnya sedikit terseok-seok dan dia menjatuhkan lututnya di belakang Permaisuri. “Yang Mulia, Hamba sudah kembali.” Ning'er memberi salam. “Apa yang kau dapatkan?” Permaisuri bertanya padanya, dia tetap duduk di meja rias dan masih membelakanginya. Ning'er menundukkan kepala, “Hamba berhasil menghentikan mereka mendapatkan penawarnya. Tapi Hamba tidak berhasil menemukannya.” Permaisuri terkekeh, “Tentu saja …, kau tidak pernah berharap ada orang lain yang menemukannya selain kau. Dan meski pun kau benar-benar menemukannya, kau akan menghancurkannya dan berkata padaku kalau kau tidak menemukannya, seolah-olah barang itu memang tidak pernah ada.” Ning'er terdiam seribu bahasa, dia menautkan alisnya, menatap tajam punggung Permaisuri yang belum juga berbalik untuk menatapnya dengan sorot sombong itu. “Lalu …, apakah kau mengetahui sesuatu yang tidak pernah kuketahui?” Permaisuri menggenggam kotak dupa yang ada di depannya. “Yang Mulia …,” Nin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bah 133 - Selir Membunuh Permaisuri

    Malam perayaan tahun baru. Seluruh Istana sangat sibuk. Puluhan menu makanan dihidangkan, ratusan piring memenuhi meja, tamu berdatangan sejak satu jam yang lalu. Permaisuri duduk diam di tempatnya dengan gaun merah muda yang pucat itu. Yinlan duduk di samping kiri, A-Yao menemaninya, berdiri di belakang dengan wajah ramah. Zhu Yan membantu pelayan lain menyiapkan banyak hal yang belum selesai. Shangguan Zhi sedang mengobrol bersama beberapa wanita keluarga kaya yang menghadiri perayaan di istana. Dia cukup dekat dengan beberapa orang. Di sisi lain, Xi Feng sudah kembali dari keperluannya di luar Istana. Liu Xingsheng mengomelinya karena terlalu lama pergi. Kemudian, keduanya menyelinap diam-diam menuju ke Balai Kesehatan Istana untuk bersembunyi sementara waktu. Xi Feng belum pernah menampakkan dirinya lagi sejak insiden penyerangan di dapur obat malam itu. Dia menyusup masuk lewat Paviliun Hua Rong yang sudah disiapkan olehnya sendiri, Liu Xingsheng menunggu kedatangannya sejak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 134 - Tersangka Yang Lain

    Ning'er terdiam membeku, tangannya terkepal erat, kepalanya menunduk, entah apa yang sedang dipikirkan olehnya begitu mengetahui Kaisar sudah menyadari segala tindak kejahatannya. Di pintu aula, Liu Xingsheng berdiri berdampingan dengan Xi Feng yang tidak melakukan penyamaran apa pun. Zhu Yan berdiri di depan keduanya, menyadari kalau Kaisar sudah membongkar kejahatan Ning'er dan tidak Yinlan sudah tidak ada di sana. “Tuan Muda, mungkinkah Selir sudah —”“Tidak, Zhu Yan. Selir hanya ditahan di penjara bawah tanah. Yang Mulia tidak mungkin langsung mengeksekusinya di tempat.” Liu Xingsheng memotong kekhawatirannya. “Aku justru mengkhawatirkan hal lain.” Liu Xingsheng menatap situasi di depannya dengan serius. “Bagaimana jika Penyihir Hitam itu mengamuk di aula ini? Semua orang mungkin akan mati. Aku tidak mengerti motifnya apa. Sepertinya dia mengharapkan untuk mencabut nyawa Kaisar secepatnya.” Xi Feng menyahut. “Lalu, ba-bagaimana cara kita menghentikannya?” Zhu Yan bertanya den

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 135 - Masih Belum Ingin Mati

    Jing Xuan berjalan dengan langkah mantap, di belakangnya, dua orang petugas Biro Keamanan menemaninya. Lentera kecil salam genggaman, menerangi lorong setapak yang gelap dan lembap di depannya.Penjara bawah tanah ini berada di bawah kantor pusat Biro Keamanan Ibu Kota. Yinlan ditahan di tempat ini dan menunggu interogasi. Tidak. Dia mungkin akan langsung dieksekusi begitu Jing Xuan melayangkan perintahnya. Setelah memasuki lorong yang lebih besar, sel-sel penjara mulai terlihat satu-persatu, dalam satu sel, ada yang dihuni dua sampai empat orang, ada yang hanya berisi satu orang dengan rantai besar yang membelenggu tangan dan kaki. Kedatangan Jing Xuan dalam penjara yang gelap dan senyap itu jelas membuat para terpidana itu saling berbisik ingin tahu. “Beberapa saat lalu, bukankah ada wanita yang diseret ke salah satu sel kosong di bagian dalam? Melihat dari pakaiannya yang mewah, seharusnya dia selir atau semacamnya,” salah seorang tahanan berbisik pada temannya. Temannya menya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 136 - Titik Paling Tidak Berguna

    Xie Yinlan dibaringkan di ruang perawatan Kantor Biro Keamanan. Tabib Senior Pei datang beberapa saat setelahnya. Jing Xuan membiarkan Tabib Senior Pei memeriksa tubuh Yinlan untuk mendengar sendiri kebenarannya. Bukan karena dia tidak memercayai ucapan Yinlan. Dia hanya ingin memastikannya secara jelas saja. Sambil menunggu, Jing Xuan menghadiri rapat kecil bersama beberapa petugas biro. Xi Feng turut dalam rapat kecil itu. Dia merasa bisa membantu dengan pengetahuan racunnya yang tidak biasa. Ruangan rapat terdiri dari dua meja besar dan lebih dari dua belas kursi. Bukti yang ditemukan dikumpulkan di atas meja. Termasuk pecahan cangkir arak Permaisuri yang sudah diteliti oleh Xi Feng sebelumnya. “Yang Mulia, racun yang digunakan adalah arsenik. Berbeda dengan racun yang dipakai Ning'er di dalam dupa itu. Racun ini pernah digunakan Permaisuri untuk mencoba membunuh Selir empat bulan lalu. Tidak heran jika Selir ingin membalas dendam dengan memberinya racun yang sama.” Salah satu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11

Bab terbaru

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 166 - Tukang Memeras Orang

    A-Yao merapat ke dekat penjual mantau. Mengamati pertemuan itu dengan wajah serius. Mao Lian hanya mengikuti gerak-geriknya saja. Ia berbisik, “Ada apa, A-Yao?” “Lihat, ada Pangeran Chi.” A-Yao menunjuk ke depan. Mao Pian mengikuti arah pandangnya. “Kau benar. Dengan siapa dia berbicara itu?” “Itu Nyonya Ni Chang.” “Bagaimana kau tahu?” Mao Lian menatapnya dengan bingung. “Itu karena aku dan Yang Mulia Permaisuri pernah melihatnya. Bukan hanya kami, Yang Mulia Kaisar juga.” A-Yao semakin menyembunyikan tubuhnya. “Dia bersama Pangeran Chi juga saat itu. Bahkan terlihat cukup intim.”“Kenapa aku tidak tahu?” “Kau masih di Tingzhou, Tuan Mao.” A-Yao menjawab sedikit kesal. “Bagaimana jika kita mendekat?” Mao Lian memberi saran. A-Yao menggeleng tegas. “Dia bisa mengetahui keberadaan kita!” “Kalau begitu, tunggu sampai mereka masuk.” Mao Lian membenarkan sarannya. A-Yao mengangguk setuju. Dia melihat ke arah gadis penjual gantungan giok di samping Balai Opera Jiulu. Seharusnya

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   165 - Rasa Sesak Di Hati

    A-Yao duduk di tangga paviliun kecil di tengah taman sendirian. Memeluk lututnya sendiri, kepalanya tertunduk, entah memikirkan apa. Salju mulai turun lagi. Butir-butir kecil yang kian menderas. A-Yao tidak peduli, membiarkan butir-butir putih yang dingin itu hinggap di atas kepalanya. Tapi belum tentu Mao Lian akan membiarkannya. Pemuda itu memegang sebuah payung, meletakkannya di atas kepala A-Yao, dirinya berdiri di depannya sambil menatapnya dengan sendu. A-Yao mendongak setelah menyadari kehadirannya. Matanya sedikit menyipit, menatap wajah Mao Lian yang hanya menatapnya saja. “Tuan Mao.” A-Yao kembali menunduk. “A-Yao, kenapa kau tidak duduk di kursi saja? Salju ini bisa membuatmu sakit.” Mao Lian berjongkok, masih memegang payung itu. A-Yao mengangguk tanpa sadar. Diam saja saat Mao Lian menyentuh sikunya, membantunya berdiri. “Kenapa kau terlihat murung, A-Yao?” Mao Lian bertanya. “Bukankah seharusnya kau senang karena orang tua Permaisuri datang berkunjung?” A-Yao tet

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 164 - Adipati Xie Mengunjungi Putrinya

    A-Yao berlari ke dalam tanpa memedulikan apa pun lagi. Air mata mengaliri pipinya, wajahnya menunjukkan ketakutan yang seolah akan membunuhnya. A-Yao merentangkan kedua tangannya di depan Yinlan, menghadap kedua orang tua itu. Dengan suara tegas, dia berkata, “Jangan menyakiti Yang Mulia!” Adipati Xie terkejut dengan aksinya dan merasa terganggu. Dia berdiri dengan tangan terkepal. Di ambang pintu, Zhu Yan terlihat khawatir sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan. Sementara tanpa dia ketahui, Jing Xuan dan Mao Lian berdiri sedikit jauh di belakangnya. Mao Lian hendak merangsek maju, tapi Jing Xuan menahan lengannya, menggeleng pelan. “Mereka perlu ruang untuk menyelesaikan masalah di antara mereka.” Adipati Xie berdiri tepat di depan A-Yao. Tangan kanannya terangkat. A-Yao bergeming, mantap tidak bergeser sedikit pun dari posisinya. “Pelayan kurang ajar!” Adipati Xie berseru geram, tangan kanannya melayang, nyaris melesat menampar pipi gadis yang sudah bertekad akan melind

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 163 - Teh Bunga Persik

    A-Yao sedang berada di dapur istana bersama Zhu Yan. Dia ingat semalam mabuk berat karena meminum arak cukup banyak. A-Yao satu kamar dengan Zhu Yan. Dia memuntahkan isi perutnya di samping ranjang, membuat Zhu Yan terbangun dari tidurnya. Zhu Yan terpaksa harus membantu A-Yao membersihkan bekas itu dan membuatkan sup pereda pengar. Esok harinya, Zhu Yan membawa A-Yao ke dapur istana untuk memberinya sup anti pengar lagi. Zhu Yan berkata, mungkin ada tamu yang akan mengunjungi Permaisuri. “Kenapa kau bisa begitu mabuk, A-Yao? Apakah Kaisar tidak memberitahumu, kalau hari ini akan kedatangan tamu penting Permaisuri.”“Siapa?” A-Yao bertanya dengan nada tak peduli. Zhu Yan mengangkat bahu. “Entahlah, Yang Mulia Kaisar hanya berpesan untuk meminta tamu itu langsung menemui Permaisuri saja tanpa perlu menunggunya. Karena itulah aku membawamu ke sini, A-Yao, untuk membantuku memilih teh jenis apa yang sebaiknya dihidangkan nanti?”A-Yao menghabiskan supnya, kemudian menghampiri Zhu Ya

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 162 - Momen Malam Hari Bersama A-Yao

    Suara dentingan kecil terdengar saat dua kendi arak itu saling beradu. A-Yao mendongak sambil menenggak arak miliknya. Kemudian mengembuskan napas kasar, “Ah …, nikmat sekali menghangatkan tubuh dengan arak di cuaca yang sedingin ini!” A-Yao tersenyum lebar, menatap bintang-gemintang yang berpendar di atas sana. Langit gelap tampak indah dengan bulan sabit yang cemerlang. Mao Lian mengamatinya dari dekat, sudut bibirnya terangkat, “A-Yao, kau yakin bisa menghabiskan satu kendi itu sendirian?” dia takut gadis itu akan mabuk dan dimarahi Yinlan esok paginya. Tapi A-Yao tampaknya tidak peduli, menggeleng kencang, “Aku bisa menghabiskannya tanpa mengganggu pekerjaan! Lagi pula, Tuan Mao sendiri yang minta ditemani minum arak, kan?” Mao Lian terkekeh, “Aku sudah menyiapkan mangkuk kecil untukmu, aku tidak berpikir kau akan langsung menyambar kendinya.” “Diminum langsung lebih terasa nikmat! Buang saja mangkuk itu, aku tidak membutuhkannya.” A-Yao tertawa dengan mata terpejam. “A-Yao

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 161 - Permaisuri Sudah Marah

    Jing Xuan menutup pintu kamar dengan perlahan tanpa menimbulkan sedikit pun suara. Dia melihat Yinlan sudah meringkuk nyaman di atas tempat tidur. Mungkin takut suara pintu akan mengganggu tidurnya. Jing Xuan bahkan melangkah dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkannya. “Jing Xuan, kau dari mana saja? Ini sudah hampir pukul sebelas tapi kau baru pulang?” suara Yinlan terdengar penuh selidik. Jing Xuan mematung—terkejut bahwa Yinlan masih terjaga, mulutnya menyeringai lebar, “Aku baru selesai mengurus pekerjaan.” “Apa? Pekerjaan? Benarkah? Sepanjang siang selama kau pergi dengan Mao Lian, aku menerima sebanyak sepuluh laporan dokumen mendesak dari tujuh orang menteri. Mereka bilang Yang Mulia tidak terlihat sejak meninggalkan Aula Pertemuan. Mereka mencarimu hingga ke sini demi urusan-urusan pekerjaan yang kau katakan itu.” Yinlan tampak beringsut duduk, wajahnya keluar dari selembar selimut, memberikan tatapan menyipit yang menakutkan. “Jing Xuan, apa yang kau lakukan sepa

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 160 - Mengunjungi Kediaman Adipati Xie

    Jing Xuan turun dari kereta kuda. Mao Lian membawa sebuah kotak berisi sesuatu yang sepertinya berharga. Kereta kuda itu berhenti tepat di depan Kediaman Adipati Xie yang masih dipenuhi kain berwarna putih di setiap sudutnya. Membuat warga-warga rendahan yang melintas refleks menjatuhkan lutut demi menunjukkan perasaan hormat mereka pada Kaisar. Jing Xuan mengedarkan pandangannya di jalanan, wajah datarnya berubah menjadi senyum ramah yang menyenangkan—dia memang telah banyak berubah setelah mengenal Yinlan lebih dekat. “Berdirilah.” Jing Xuan melangkahkan kakinya di gerbang Kediaman Adipati Xie. Yang ternyata, pemilik rumah itu sudah keluar dari kediaman demi mendengar keributan di luar bahwa Kaisar datang untuk berkunjung. “Yang Mulia, selamat datang.” Mereka segera berlutut dan menautkan kedua tangan untuk mengucapkan salam penghormatan. Jing Xuan buru-buru menyentuh siku mereka dan meminta agar berdiri, “Ibu Mertua, Ayah Mertua, tidak perlu begitu formal.” Keduanya saling m

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 159 - Jin Pei

    Shangguan Yan berdiri di depan gedung utama Balai Opera Jiulu. Kedua tangannya mengepal, raut wajahnya datar dan serius. Seorang pelayan pria mendekatinya, “Tuan Muda, apakah kau membutuhkan sesuatu yang baru?” pelayan itu berbisik. Dia bernama Jin Pei. Salah satu informan yang dipekerjakan Shangguan Yan dan menjadi satu-satunya orang yang paling dipercayainya. Dia sangat ahli menyelinap tanpa jejak dan memiliki teknik beladiri yang hebat. Dia memutuskan untuk menyatakan sumpah setia pada Shangguan Yan sejak Shangguan Yan menyelamatkan nyawanya dari jebakan mematikan kelompok seniman beladiri aliran sesat. Orang ini dulunya juga pernah hampir dibunuh Liu Xingsheng, tapi nyawanya selamat setelah Shangguan Yan menyatakan sumpah setia padanya dan bersedia bersembunyi di Balai Opera Jiulu di bawah pengawasan Liu Xingsheng untuk bekerja sama dengannya. Dalam arti, Jin Pei menganggap nyawa yang dimilikinya ini adalah milik Shangguan Yan karena telah diselamatkan dua kali dari kematian.

  • Dewi Medis Kesayangan Kaisar   Bab 158 - Separuh Suram, Separuh Cerah

    Xi Feng mengangguk setuju. “Sejak dulu, Shangguan Zhi hanyalah nona keluarga kaya yang manja dan bergantung pada pelayannya. Sedangkan aku dan Liu Xingsheng sudah terbiasa hidup sendiri dan tidak pernah bergantung pada siapa pun, termasuk keluarga.”“Bukankah Tabib Liu itu orang kaya, ya?” Xi Feng juga mengangguk, “Ayahnya bupati di Nanzhou. Liu Yanran, adik Liu Xingsheng dianugerahi gelar Xianzhu (Putri Kabupaten) setelah ayahnya berjasa mempertahankan Heyang dari suku bar-bar di prefektur selatan Nanzhou.” “Tapi Liu Xingsheng sudah tinggal bersama Biksu Baiyuan sejak usianya lima tahun. Dia mempelajari banyak teknik pengobatan, hingga jimat dan ramalan dari Biksu Baiyuan.” “Sementara Biksu Baiyuan mengadopsi seorang anak perempuan yang usianya lebih tua dari Liu Xingsheng. Anak perempuan itu Ye Yunshang. Kudengar dia sudah tidak diasuh Biksu Baiyuan lagi sejak Liu Xingsheng belajar di sana.”“Lalu aku hanya seorang pengembara Dunia Persilatan yang tak memiliki rumah. Biksu Baiyua

DMCA.com Protection Status