Home / Romansa / Bodyguard Tampan Kesayanganku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Bodyguard Tampan Kesayanganku: Chapter 11 - Chapter 20

127 Chapters

Jangan Takut, Ada Aku

Aku terbangun dari lelap dan menyadari sudah tidur berjam-jam lamanya. Samar-samar suara debur ombak terdengar oleh telingaku. Tidak ada Anya di kamar. Aku memeriksa ponsel dan mendapati ada pesan dari Anya. Dengan cepat kubalas pesan itu. Anya: Melo, gue, Manda, Alva sama Juna ke luar, sekalian makan. Me: Gue kok ditinggal? Anya: Sorry, tadi lo bilang capek banget, jadi gue nggak tega mau ngebangunin. Me: Juna lagi ngapain? Anya: Cowok lo lagi selingkuh sama ladyboy. Hahaha ... Sebuah gambar masuk ke ponselku dua detik setelahnya. Foto Juna dan cewek jadi-jadian. Juna tertawa sambil merangkul perempuan itu. Sekilas terlihat cewek itu seperti perempuan betulan. Aku mendengkus kesal. Bisa-bisanya Juna meninggalkanku sendiri di sini hanya untuk menikmati hiburan malam dengan manusia separuh matang. Aku meneleponnya tapi Juna nggak menjawab panggilan dariku. Begitu juga saat ku-chat dia, Juna nggak membacanya. Mungkin terlalu asyik di sana. Dengan perasaan jengkel aku kelua
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more

Speechless

Aku nggak tahu berapa lama berada di pelukan Ian. Yang kutahu adalah aku harus melepaskan diri darinya secepat mungkin.Seakan baru saja ditampar kesadaran kudorong dada Ian agar menjauh dariku. Dia terkejut karena aksi impulsifku tapi terlalu pandai mengatur ekspresinya."Aku belum makan, lapar," ucapku cepat."Tempat makannya di sana." Ian menunjuk arah lain yang berlawanan dengan tujuanku tadi.Dia mengajakku pergi. Aku berjalan di sebelahnya. Ketakutan masih menggayutiku. Jadi aku merapatkan badan padanya.Ian berpostur tinggi. Puncak kepalaku berada tepat di bawah dagunya. Sedangkan jika dibandingkan dengan Juna maka tinggiku adalah setelinganya. Dengan kata lain Ian lebih tinggi dari Juna."Sejak kapan kamu ada di belakangku?" Aku menanyakannya sembari kaki kami terus melangkah.Ian nggak menjawab hingga aku merasa perlu memandang padanya."Hei, dengar aku ngomong nggak sih? Kamu ngikutin aku ya?""Itu sudah jadi tugasku," jawabnya pelan. Entah kenapa selalu ada aura dingin yan
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more

Bertengkar

Aku nggak tahu jam berapa Anya pulang semalam karena setelah merendam kakiku dengan larutan yang diberikan Ian aku merasa lebih rileks hingga akhirnya tertidur.Lalu ketika bangun pagi ini aku dihadapkan pada pertanyaan, "Melo, itu ember apa sih? Seingat gue kemarin nggak ada deh," ujar Anya keheranan dari balik pintu kamar mandi.Aku nggak tahu harus jujur pada Anya atau berbohong. Selama ini para teman dekatku tahu kalau aku nggak pernah menyukai Ian. Jadi kalau seandainya aku berterus terang mengenai apa yang terjadi sudah bisa dipastikan seperti apa reaksi keduanya. Mereka akan menertawaiku habis-habisan. Aku yakin ledekan mereka nggak akan pernah ada habisnya. Jadi aku putuskan untuk menyembunyikan apa yang terjadi."Ada kok. Dari kemarin udah ada.""Masa sih?" Anya terlihat bingung."Mungkin lo aja yang lupa." Aku terus mencoba meyakinkan Anya bahwa ember itu sudah ada di sana sejak kedatangan kami.Anya berhenti bertanya lalu menutup pintu kamar mandi. Sedangkan aku sudah mandi
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

Dia Yang Selalu Bisa Diandalkan

Setelah sarapanku habis aku duluan keluar dari restoran lalu menuju pantai. Amanda dan Anya menyusulku tidak lama kemudian."Melo, sikap Juna tadi jangan dimasukin ke hati ya," ujar Amanda menghiburku."Gimana nggak masuk hati, dia udah sering banget begitu sampai bikin gue malu," jawabku sedih."Dari dulu lo kan tahu sifat Juna gimana. Selama ini lo enjoy aja tuh. Malah hubungan kalian bisa bertahan sampai satu tahun lebih buat gue udah luar biasa banget dibanding sama mantan lo yang dulu-dulu."Aku nggak menanggapi kata-kata Amanda. Jika dibandingkan dengan para mantanku yang lain Juna adalah kekasihku yang paling lama. Tapi kalau terus begini lama-lama aku capek juga."Tapi kalau lo udah nggak tahan mending putus aja," celetuk Anya tiba-tiba."Apaan sih lo, Nya? Kok malah ngasih saran yang jelek," timpal Amanda tidak suka."Gue cuma kasihan sama Melodi. Selalu diginiin Juna. Kemarin di pesawat, tadi di resto. Lo pikir siapa yang bakal tahan punya pacar kayak gitu? Dibentak-bentak,
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

Dia Yang Selalu Ada

Hingga detik ini aku nggak tahu apa harus mempertahankan ketidaksukaanku pada Ian atau mengubah sikapku.Juna yang kubutuhkan tapi Ian yang memberikan. Juna yang kuharapkan namun Ian yang mewujudkan. Ian yang selalu ada mengisi kekosongan itu. Ian yang selalu bisa kuandalkan, bukan Juna.Setelah mendaftar pada pengelola watersport, aku dan Ian mendapat giliran untuk naik. Ini adalah pengalaman parasailing pertamaku. Dan bagiku segala sesuatu yang pertama selalu membuatku antusias.Setelah aku dan Ian stand by pada posisi masing-masing kami siap untuk diterbangkan.Speedboat mulai melaju menarik kami berdua. Gerakannya yang semula lambat kian lama makin meningkat. Parasut yang menaungi kami perlahan naik mengangkat tubuh kami berdua.Di saat itu tanganku bergerak di luar kendali. Mungkin karena aku takut atau disebabkan sesuatu yang lain. Aku refleks mencari tangan Ian untuk digenggam. Ian kaget atas tindakanku. Tapi hanya butuh satu detik untuk meredakannya. Dia membalas genggamanku
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

Malam Ini Tidur Di Kamarku Ya!

Aku menaikkan pandangan dan menemukan Ian tengah menatapku. Tatapannya kali ini kurasakan sangat berbeda. Bukan tatapan penjaga pada orang yang dijaganya. Bukan tatapan datar yang selama ini selalu kuterima. Tapi tatapan yang lembut yang mengandung keteduhan. Tatapan penuh perlindungan yang memupus segala kekhawatiranku.Aku berenang di sebelah Ian dan merasa takjub pada diri sendiri. Aku pikir nggak akan bisa berenang di tengah laut seperti yang kualami saat ini.Ketakjubanku bertambah melihat Ian memamekan gaya punggung. Selama ini aku nggak tahu jika dia piawai melakukannya. Apalagi dia melakukannya di laut lepas, bukan di kolam renang. Ian terus berenang dengan punggungnya mengarah ke air."Mau coba sensasi yang berbeda?" tanyanya setelah berhenti."Apa?""Naik ke sini."Aku tertegun sejenak saat Ian menyuruhku naik ke perutnya."Ayo, Melodi."Awalnya ragu tapi kemudian aku benar-benar naik. Aku duduk di atasnya. Ian membawaku berenang di sekitar jetski kami. Aku berpegangan erat
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

Percobaan Pemerkosaan

"Di kamar kamu?" Aku menyipit menatap Juna. Bukannya aku nggak mau quality time berdua dengan Juna. Tapi kalau di kamar, kayaknya aku harus mikir dua kali."Kenapa harus di kamar kamu?" Aku ingin tahu apa alasannya."Nggak mungkin di kamar kamu kan? Kan ada Anya.""Maksudku kita tetap bisa menghabiskan waktu bersama tapi bukan di kamar.""Kamu kan tahu sendiri satu-satunya tempat yang paling aman dan privat untuk kita ya di kamar. Bodyguard-mu itu nggak mungkin ikut masuk kecuali kamu yang ajak.""Aku juga nggak sebodoh itu buat ngajakin dia," ucapku sewot.Juna tertawa mendengar perkataanku."Memangnya apa yang akan kita lakukan di kamar?" tanyaku mengujinya."Banyak. Salah satunya membicarakan mengenai pernikahan dan masa depan kita." Juna memberi senyum sembari mengedipkan sebelah matanya.Wajahku seketika berbinar. Biasanya Juna selalu menghindari topik ini. Dia selalu keberatan. Tapi entah mengapa kali ini dia yang memulainya."Ayolah, Melodi. Nggak usah kebanyakan mikir. Waktu k
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more

Jangan Tinggalkan Aku

MELODIIan terkejut melihatku datang dengan membawa air mata. Dia membalas pelukanku dan mengusap punggungku lembut. Air mataku semakin deras. Aku merasa berat untuk melepaskan diri dari pelukan Ian. Dan dia mengerti. Dia membiarkanku berada dalam dekapannya.Lalu setelah sadar apa yang kulakukan aku merasa malu sendiri."What happened, Melodi?" Ian menanyakannya yang kujawab dengan tundukan kepala.Mengingat apa yang baru saja kualami menumbuhkan rasa perih di hatiku. Sedikit pun tidak pernah terbersit di pikiranku kalau kekasihku sendiri berniat untuk menodaiku. Padahal semua harapan dan kepercayaan kutumpukan padanya.Air mataku kembali jatuh dalam bentuk tetesan-tetesan kecil.Tanpa kuduga Ian yang tadinya duduk di sebelahku pindah ke lantai. Dia jongkok di sana lalu mengangkat daguku yang tertunduk dengan ujung telunjuknya.Ian menyapukan jarinya ke pipiku untuk menghapus air mataku. Perlakuannya membuat tetesan bulir-bulir kristal itu semakin deras.Kenapa harus Ian? Kenapa dia
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more

Membuat Perhitungan

IAN Langkahku berderap melintasi lorong demi lorong yang sunyi. Aku sudah tidak sabar ingin menghabisi lelaki itu.Aku nggak akan bisa melihat Melodi disakiti. Dia adalah permata. Dia berlian yang langka dan sangat berharga. Dia sangat tidak ternilai harganya.Aku mengetuk kamar Juna dengan tidak sabar. Butuh waktu cukup lama sampai dia berani menampakkan muka. Berjalan terhuyung-huyung, dia terkejut mengetahui akulah sang pengetuk itu."Lo ternyata." Jelas ada nada tidak suka pada ekspresi dan suaranya."Lo apain Melodi?" tuntutku langsung.Sudut-sudut bibir Juna terangkat membentuk senyum miring. "Jadi anak manja itu udah ngadu sama kacungnya ternyata," ledeknya. Dia nggak hanya menghinaku tapi juga Melodi.Q"Dia nggak ngadu apa-apa tapi gue yang tahu sendiri.""Dan lo pikir gue percaya?""Gue nggak peduli lo percaya atau tidak. Nggak penting. Sekarang bilang apa yang lo lakuin ke Melodi?""Memangnya lo siapa sampai gue wajib lapor, hah?""Gue memang bukan siapa-siapanya. Tapi s
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more

Aku Atau Dia Yang Pergi

IANSaat aku sedang serius menatap setiap inci garis wajahnya, Melodi bergerak. Lalu suara-suara halus keluar dari mulutnya."Jangan, Jun, jangan ..."Dia menggigau."Jangan, Juna, aku nggak mau!!!" Melodi berteriak keras lalu terbangun dengan tangis dan napas memburu."Melodi, tenang, Melodi. Nggak ada Juna di sini. Ini aku, Ian." Aku mengusap-usap pundaknya agar dia sadar."Ian?" Dia menatapku dengan sorot yang begitu rapuh."Iya. Ian. Pembantu kamu."Melodi memelukku lalu sesenggukan di dadaku. Kejadian itu pasti membuatnya trauma."Sekarang lanjutin lagi tidurnya. Masih malam." Aku menyuruh setelah tangisnya reda.Melodi kembali berbaring tapi tangannya tidak lepas menggenggam jemariku.“Jangan pergi, Ian, temenin aku di sini. Kamu tidur di sini.”Aku menatap permukaan kasur di sebelah Melodi. Ranjang yang kutempati adalah single bed tapi bisa memuat satu orang lagi walaupun kapasitasnya pas-pasan. Tapi aku nggak mungkin tidur di sana kan?Melodi menarik tanganku agar aku berbarin
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status