Share

Speechless

Aku nggak tahu berapa lama berada di pelukan Ian. Yang kutahu adalah aku harus melepaskan diri darinya secepat mungkin.

Seakan baru saja ditampar kesadaran kudorong dada Ian agar menjauh dariku. Dia terkejut karena aksi impulsifku tapi terlalu pandai mengatur ekspresinya.

"Aku belum makan, lapar," ucapku cepat.

"Tempat makannya di sana." Ian menunjuk arah lain yang berlawanan dengan tujuanku tadi.

Dia mengajakku pergi. Aku berjalan di sebelahnya. Ketakutan masih menggayutiku. Jadi aku merapatkan badan padanya.

Ian berpostur tinggi. Puncak kepalaku berada tepat di bawah dagunya. Sedangkan jika dibandingkan dengan Juna maka tinggiku adalah setelinganya. Dengan kata lain Ian lebih tinggi dari Juna.

"Sejak kapan kamu ada di belakangku?" Aku menanyakannya sembari kaki kami terus melangkah.

Ian nggak menjawab hingga aku merasa perlu memandang padanya.

"Hei, dengar aku ngomong nggak sih? Kamu ngikutin aku ya?"

"Itu sudah jadi tugasku," jawabnya pelan. Entah kenapa selalu ada aura dingin yan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status