All Chapters of Pernikahan Rahasia dengan Dosen Killer: Chapter 11 - Chapter 20

70 Chapters

Bab 11: Perhatian Tiba-tiba

Usai makan malam dan membersihkan diri, Belinda kembali duduk sendirian di sofa ruang tamu sambil menghabiskan cokelat yang masih tersisa. Masih merasa seperti di dunia mimpi. Tinggal di sebuah rumah mewah tanpa disiksa siapa pun, sedangkan tinggal di sini diperlakukan seperti princess. Masih tidak menyangka juga dosen kulkas itu seharian memperlakukannya sangat manis. Apakah dosen itu memperlakukannya seperti itu karena merasa kasihan saja melihat fakta secara langsung? drrt…drrt… Melihat sosok sahabatnya menghubunginya tiba-tiba, menampakkan senyuman lebar sambil menggeser layar ponsel. “Lu sudah boleh pegang hp emangnya?” “Justru gua sekarang sudah ga tinggal di sana.” “Lho terus lu tinggal di mana sekarang? Orang tua lu kali ini beneran usir lu?” Belinda tertawa kikuk. “Gua tinggal di rumah Pak Brandon sekarang.” “What?!” Spontan Belinda langsung menjauhkan ponselnya dari daun telinga. “Ga perlu pake teriak kali!” “Lu seriusan tinggal bareng dosen killer itu?” “Sebenar
Read more

Bab 12: Hari Libur Kacau

Biasanya saat berpapasan dengan Daniel secara tidak sengaja, Belinda bersikap santai, sedangkan sekarang bingung harus bersikap apa. Apalagi Daniel tidak boleh tahu rahasia hubungan Belinda dengan Brandon. Mungkin Daniel akan sakit hati mengetahui wanita yang disukainya sejak lama menikahi pria lain. Brandon sebenarnya tahu alasan sikap tunangannya berubah drastis karena bertemu sahabat pria secara tidak sengaja di pusat perbelanjaan. Teringat sewaktu di kampus mendengar gosip mengenai hubungan tunangannya dengan pria lain membuatnya ingin marah. Kali ini melihat secara langsung pria itu terlihat manis, rasanya ingin menyingkirkan pria itu dari hadapannya. “Niel, lu sendirian?” sapa Belinda menghampiri sahabatnya sambil membawa beberapa paper bag. “Ya, hari ini kan aturannya gua mau nongki bareng teman gua, tapi mereka tiba-tiba ga bisa.” Sorot mata Daniel tertuju pada sosok pria yang berdiri di belakang sahabatnya. “Yang di belakang lu itu siapa?” Belinda menampakkan senyuman k
Read more

Bab 13: Rencana Pernikahan

Belinda sudah menduga tunangannya akan sembarangan menuduh lagi tanpa melihat fakta. Terutama dilihat raut wajah dosen tampan ini seperti ingin menerkamnya, membuatnya mulai canggung sambil menggenggam paper bag. “Aku tidak kencan sama Daniel. Kenapa kamu main sembarangan nuduh sih?” “Lalu, kenapa kamu menyita waktu hampir satu jam hanya karena ngobrol bareng sahabatmu saja?” tukas Brandon semakin meninggikan nada bicaranya. “Itu karena–” Brandon mengambil paper bag tunangannya sedikit kasar sambil membuang muka. “Aku tidak suka calon istriku bersama pria lain terlalu lama.” Mendengar perkataan dosen killer ini, Belinda tertawa kikuk sambil sengaja menyenggol lengan kekar. “Kamu cemburu ya?” Brandon membulatkan mata. “Cemburu apanya? Aku masih benci sama kamu, mana mungkin aku cemburu hanya karena masalah sepele.” “Ya walaupun kamu tidak ngaku, tapi aku tau kamu cemburu.” “Berisik! Mau aku kasih hukuman supaya kamu takut?” ***** Agenda hari libur ini tidak hanya belanja di
Read more

Bab 14: Dosen Killer Tidak Waras

Hari Senin adalah hari yang paling dibenci Belinda. Namun, suasana hari Senin kali ini berbeda dari biasanya. Sebelum berangkat ke kampus sudah dibuatkan sarapan oleh sang dosen killer yang akan mengajar juga di kelas pertama. Belinda tertawa kikuk sambil menikmati nasi omelet. “Kenapa kamu tertawa? Rasanya tidak enak?” tanya Brandon dengan nada galak. “Ish pagi-pagi sudah judes amat sih! Masa aku ketawa ga boleh?!” “Habisnya kamu ketawa ga jelas!” “Tenang, rasa nasi omeletnya enak kok. Malahan aku pengen bawa bekal ke kampus.” Brandon menepuk jidat. “Astaga aku lupa masak untuk bekal kita.” “Gapapa. Kalo aku bawa bekal takutnya nanti dicurigai orang. Aku kan ga pernah bawa bekal ke kampus.” Alis sang dosen killer menurun. “Keluargamu memang tega amat ga pernah memperlakukanmu dengan baik.” “Bahkan sebenarnya aku tidak pernah dikasih sarapan seperti ini sebelum berangkat ke kampus. Terima kasih ya sudah buatkan sarapan untukku,” ujar Belinda dengan senyuman manis. Pipi Bran
Read more

Bab 15: Teman Lama

Persiapan pernikahan hanya membutuhkan waktu selama satu bulan saja. Belinda dan Brandon memutuskan mengadakan pesta pernikahan hanya dihadiri keluarga inti, saudara terdekat, serta kerabat terdekat. Hubungan antara Belinda dan Brandon juga semakin akrab, tetapi di sisi lain masih saling membenci hanya perkara cemburu saja. Brandon masih membenci tunangannya jika sang tunangan sibuk berjalan bersama seorang sahabat pria, sedangkan dirinya sendirian seperti tidak memiliki kekasih. Apakah Brandon sungguh tidak pernah menjalin hubungan asmara dengan wanita apa pun? Bagaimana dengan sosok wanita cantik ini baru saja tiba di bandara sambil menatap layar ponsel menampilkan foto Brandon? Wanita ini jika dilihat paras wajahnya, usianya mungkin lebih tua dari Belinda, namun tidak beda jauh dengan Natasha. Bisa dikatakan hubungannya cukup akrab dengan Natasha jika dilihat Natasha melambaikan tangan ke arah wanita itu dari kejauhan. “Isabella, sini!” pekik Natasha menampakkan gigi putihny
Read more

Bab 16: Teman atau Teman?

Belinda tiba di rumah sendirian lebih awal. Sebenarnya hatinya merasa terpuruk membayangkan adegan pada saat di supermarket. Apakah ini yang dirasakan Brandon setiap kali dirinya berduaan bersama Daniel? Untuk menghibur suasana hatinya sedang buruk, memutuskan menonton drama korea favoritnya. Untungnya sedang disiarkan langsung di TV. Namun, saat menyaksikan sebuah adegan di drama tersebut memperlihatkan adegan yang mirip seperti dialaminya di supermarket, matanya sedikit berkaca-kaca sambil memegang remote TV. “Aish, kenapa aku nangis tiba-tiba!” Jempol mengusap air mata sejenak. “Kenapa aku harus marah? Belum tentu dia sudah sayang aku.” Kembali menyedot lendir hampir mengalir dari hidung. “Aneh sekali, kenapa hal kecil begini membuatku menangis sih! Kenapa setiap aku benci dia, aku selalu merasa sesak?” ***** Di sisi lain, Brandon masih berduaan bersama Isabella di pusat perbelanjaan. Sejujurnya, Brandon bingung dengan isi hatinya sesungguhnya. Satu sisi merindukan teman laman
Read more

Bab 17: Janji Nikah

Sehari sebelum pernikahan… Sesuai dengan janji sebelumnya, Belinda dan Brandon menjenguk Bu Yenny. Pakaian Belinda dengan balutan gaun pengantin sederhana tanpa motif sudah berhasil membuat Bu Yenny memasang senyuman sumringah, ditambah putranya juga memakai pakaian tuxedo yang dipakai pada saat foto prewedding. Bu Yenny tidak bisa menahan air matanya, tangan kanannya mengelus punggung tangan menantunya. “Terima kasih sudah bersedia menikahi putraku, Belinda. Ibu titipkan dia padamu, ya.”Belinda mengangguk anggun sambil menggenggam tangan ibu mertuanya. “Tenang saja, Bu. Kalo sampai Brandon nakal, aku akan gantiin ibu marahin dia habis-habisan.” Ia tertawa usil sambil menatap calon suaminya sekilas. Brandon menatap menyeringai pada gadis nakal itu sambil merangkul pundak. “Bukankah lebih condong kamu yang nakal sampai bikin aku sakit kepala?”Belinda tertawa remeh sambil melepas rangkulan. “Hei, Pak dosen galak! Jangan sombong dulu! Bapak kelihatan perfeksionis tapi sebenarnya ada
Read more

Bab 18: Ciuman Pertama

Usai pesta pernikahan, sepasang pengantin baru beristirahat di kamar hotel. Belinda masih memakai gaun pengantin berusaha melepas resleting gaun hingga tubuhnya berkeringat. Ia sengaja tidak ingin minta bantuan suaminya akibat isi pikirannya masih terngiang-ngiang adegan ciuman yang dilakukannya. Namun, Brandon merupakan tipe suami yang peka. Melihat istrinya kesulitan sampai napas terengah-engah, ia langsung membantu membuka resleting gaun pengantin. “Kenapa kamu tidak minta bantuanku?”Belinda masih memalingkan mata sambil mencoba melepas mahkota di puncak kepala. “Kan siapa tau aku bisa buka sendiri. Memangnya aku anak kecil?”Tanpa peduli istrinya berbicara dengan nada ketus, Brandon membantu melepas semua riasan kepala istrinya dan juga riasan lainnya. “Kenapa marah-marah sih? Masih baik aku mau bantu kamu!”Belinda menajamkan tatapannya. “Jangan macam-macam pokoknya malam ini!”Brandon memutar bola mata sambil menepuk jidat. “Lebih condong otakmu yang kotor daripada aku! Dasar
Read more

Bab 19: Teman Tidur

Apa tidak salah dengar? Tidur satu kamar padahal sebelumnya sudah sepakat akan tidur berpisah walaupun setelah menikah. Namun, sekarang bukan saatnya Belinda ingin melayangkan protes. Karena ia masih takut mendengar suara petir terus-terusan. Sejak pertama kali tinggal di rumah ini hingga sekarang, akhirnya ia baru menginjak kakinya di kamar suaminya yang terlihat sangat luas dan rapi dibandingkan kamarnya. Terutama satu hal yang menarik perhatiannya adalah foto pernikahan mereka terpampang jelas di kamar ini. Tidak hanya yang dipajang di dinding, beberapa foto prewedding juga dipajang di meja berhasil menciptakan senyuman manis pada raut wajah Belinda. Brandon merapikan tempat tidurnya secepat kilat, kemudian menepuk-nepuk ranjang. “Duduk dulu.”Belinda sedikit memalingkan mata, kemudian menduduki ranjang yang sangat luas dan empuk ini dengan gugup sekaligus nyaman karena langsung disambut pelukan kasih sayang oleh suaminya. Malam ini entah kenapa ia mendapatkan ekstra kasih sayang
Read more

Bab 20: Honeymoon

Tidak seperti pasangan pengantin baru lain melakukan bulan madu setelah hari pernikahan secara langsung. Pasangan pengantin baru satu ini melakukan honeymoon dua hari setelah hari pernikahan mereka. Namun, Belinda tidak terlalu menyukai kata ‘honeymoon’ karena sebenarnya tidak cocok baginya melakukannya di usia masih muda. Ia masih menganggap ini sebagai berlibur saja. Brandon yang menentukan lokasi honeymoon mereka di Maldives, sedangkan Belinda hanya mengikuti saja karena ia juga menyukai pemandangan laut biru yang langka. Perjalanan menuju Maldives membutuhkan waktu cukup lama, sehingga Belinda mulai merasa bosan di dalam pesawat tidak bisa berbuat apa pun, walaupun Brandon memesan kelas bisnis untuk mereka. Melihat istrinya yang terus bolak-balik badan akibat merasa jenuh, Brandon tertawa usil sambil menggeleng-geleng. “Kamu udah kayak ulat ga bisa diam!”Belinda memanyunkan bibir. “Habisnya sudah dua jam di pesawat, pinggangku sakit amat nih!” Spontan Brandon membiarkan kepal
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status