Semua Bab Pernikahan Rahasia dengan Dosen Killer: Bab 31 - Bab 40

70 Bab

Bab 31: Latar Belakang Isabella

Sebenarnya Belinda ingin menyampaikan laporan ini sedikit berat, karena ini ada kaitannya dengan suaminya. Namun, apakah suaminya mengetahui hal ini lebih awal? “Kamu mau lapor hal apa?” tanya Brandon sudah tidak bersabar. Belinda menghembuskan napas dengan lemas. “Isabella ngajar di kelasku.” Brandon membelalakan mata hingga batuk tersedak. “Apa? Jadi dia ngajar di kampus yang sama denganku?” Mendengar respons suaminya, Belinda menyipitkan mata dan melipat kedua tangan di dada. “Oh, jadi sebelumnya kamu sudah tau tanpa aku kasih tau!” “Aku justru hanya dikasih tau kalo dia izin kerja di kampus setiap hari Senin. Tapi dia ga kasih tau aku mau kerja di kampus mana.” “Dia kerja jadi asdos bukan pakai jalur kamu kan?” Brandon memutar bola mata. “Justru aku sedikit tidak nyaman kerja sama dia walaupun dia temanku sendiri.” Belinda bertopang dagu. “Lalu, kenapa dia mesti ngajar di kelasku?” “Emangnya dia ngajar di mata kuliah apa?” “Bisnis internasional. Seharusnya Pak Darmawan
Baca selengkapnya

Bab 32: Ide Bodoh

Dua hari berturut-turut, Belinda terlihat bahagia saat menghadiri kelas dibawakan oleh suaminya sendiri. Walaupun suaminya suka terlihat judes setiap ada yang melamun di kelas atau datang terlambat. Semakin lama Belinda semakin terbiasa dengan sikap suaminya super killer. Yang terpenting hubungan mereka masih baik-baik saja selama ini. Akibat keseringan bertemu suami di kelas, Belinda juga terkadang melamun karena sudah candu menatap wajah tampan suaminya, meskipun tinggal bersama. Walaupun di luar jam kuliah mereka hidup sebagai suami istri, tetapi Brandon masih bersikap profesional kalau di kelas istrinya melanggar aturan. “Belinda, kamu sedang melamun apa?” Dengan sigap Belinda duduk tegak sambil menyingkirkan helaian rambut ke belakang telinga. “Saya tidak melamun, Pak.” Semua orang di kelas ini menertawainya, termasuk Brandon juga tertawa usil. Belinda hanya bisa menunduk malu dan terus menggerutu dalam hati akan menghukum suaminya saat pulang. “Kalo gitu, kamu paham kan a
Baca selengkapnya

Bab 33: Hubungan Antara Dosen dan Mahasiswa

Menyaksikan sebuah adegan terlarang di matanya secara langsung, perlahan Daniel memundurkan langkahnya dengan lemas. Sambil membawa buku-buku pelajaran untuk referensinya dalam membuat tugas presentasi, ia langsung berlari keluar dari perpustakaan. Daniel merenungkan diri di sebuah kafe dalam kampus sendirian. Kedua tangannya terkepal kuat hingga matanya mulai memerah seketika membayangkan semua momen yang dilihatnya sejak pertemuan pertama dengan Brandon di pusat perbelanjaan. Lama-kelamaan, merasa ada yang janggal antara hubungan Belinda dengan Brandon. Pertama, kenapa bisa kebetulan sekali berpapasan di pusat perbelanjaan. Lalu, kenapa Belinda dan Brandon memakai model cincin yang sama? Kemudian, kenapa Brandon bersedia makan siang bersama mereka selama dua hari berturut-turut. Terutama yang terakhir adalah adegan yang dilihatnya baru saja. Sekarang Daniel masih berusaha berasumsi bahwa ini semua hanyalah kebetulan. Mungkin saja adegan yang dilihatnya tadi hanya sebatas hubung
Baca selengkapnya

Bab 34: Pasangan Tertukar

Situasi macam apa ini? Belinda tidak menyangka bisa bertemu suaminya saat makan siang, apalagi sang suami makan siang bersama seorang wanita yang menurutnya semakin lama semakin terlihat pengganggu. Masih belum paham dengan apa yang dilakukan Isabella saat ini, apakah Isabella sungguh menyukai Brandon sehingga ingin menempel terus di setiap ada kesempatan. Dari sisi Brandon juga terperangah melihat istrinya makan siang bersama pria lain, walaupun untungnya ada Yena sebagai pencair suasana. Namun, bawaan hatinya masih marah sejak kejadian di kelas, saat Daniel membela Belinda terang-terangan sudah terlihat seperti sepasang kekasih sungguhan. Ia masih penasaran apa tujuan Daniel mengajak Belinda makan siang bersama di restoran mahal ini. Apakah bermaksud untuk mengajak kencan secara tidak langsung, walaupun ada Yena? Sekarang Belinda terpaksa harus melakukan sandiwara, demi hubungannya dengan Brandon tidak bocor. Menampakkan senyuman ramah dan menunduk. “Pak Brandon makan di sini jug
Baca selengkapnya

Bab 35: Egois

Di sisi lain, Isabella menghabiskan waktu sendirian di bar langganannya. Namun, kali ini suasana hatinya buruk. Sebenarnya saat di restoran tadi siang, ia murka melihat Brandon tidak fokus padanya. Justru fokus menatap Belinda terang-terangan sepanjang makan siang. Tangan kanannya terkepal kuat sambil menuangkan segelas wine lagi. Di saat dirinya ingin menempelkan gelas kaca di bibirnya, tangan kanannya langsung disentuh seseorang. “Lu minum lagi?!” omel William membuat Isabella spontan menatapnya. “Jangan ganggu gua!” Isabella langsung melepaskan sentuhan tangan William. William memutar bola mata sambil menjauhkan botol wine dan gelas kaca dari Isabella. “Lu mau mabuk-mabukan lagi? Kalo lu kali ini khilaf sama orang lain gimana?!” Isabella tertawa remeh sambil menaikkan rambutnya yang menutupi wajahnya. “Kenapa emangnya? Lu takut gua direbut cowok lain?” “Sudah pasti! Gua masih sayang dan peduli sama lu! Gua ga rela lu khilaf sama cowok lain gara-gara masalah sepele!” “Tapi
Baca selengkapnya

Bab 36: Pilihan Sulit

Mendengar jawaban dari istrinya yang ingin magang di perusahaannya, Brandon semakin bersemangat ingin membuka program magang, meskipun sempat bertekad tidak ingin mengadakan program magang. Ia mengadakan rapat dengan beberapa manajer untuk mendiskusikan hal terkait dengan program magang diadakannya tiba-tiba. Termasuk Isabella sendiri juga bingung apa yang merasuki pikiran bosnya. “Anda beneran yakin mau adain magang di bulan Oktober? Bukankah terlalu tiba-tiba, Pak?” tanya seorang manajer keuangan. “Apalagi Anda ingin mengadakan program magang tidak full kerja?” Seorang manajer pemasaran juga bertanya. Brandon menampakkan senyuman tipis sambil menaruh telapak tangan di meja. “Seperti yang kalian tau, saya juga seorang dosen strategi manajemen di kampus. Makanya itu, saya tidak ingin mahasiswa saya hanya belajar berdasarkan buku saja. Saya ingin mereka belajar dengan cara mempraktikkan langsung.” “Tapi, bulan Oktober itu biasanya masa UTS. Anda yakin mau membiarkan mereka magang
Baca selengkapnya

Bab 37: Setia atau Tidak Setia

Inilah situasi yang Belinda sempat khawatirkan. Dirinya yang menyarankan pernikahan mereka dirahasiakan, sekarang berakhir rumit seperti ini. Antara sekarang ingin bersandiwara lagi atau ia harus mengaku terang-terangan daripada sahabatnya semakin sakit hati. Apalagi sikap sahabatnya yang berbeda dari biasanya belakangan ini, sejujurnya membuatnya merasa tidak nyaman. Di satu sisi, hatinya sudah terlanjur mencintai Brandon. Mengamati tatapan mata sang suami penuh cinta terhadapnya, Belinda menghembuskan napas dengan lemas sambil melepaskan genggaman tangan suaminya. Apa boleh buat terpaksa harus bersandiwara demi kebaikan mereka berdua.Brandon membulatkan mata dan hatinya seperti terkena duri beracun. Ia tidak menyangka istrinya masih memilih kencan dengan pria lain daripada memilih dirinya. Apakah pertanda sang istri sudah bosan terhadapnya? “Pak Brandon, maaf saya tidak bisa menolak ajakan Daniel. Urusan itu bisa kita selesaikan di lain waktu.”Mendengar jawaban sahabatnya, Danie
Baca selengkapnya

Bab 38: Apakah Harus Jujur?

Di sisi lain, Belinda masih berkencan dengan sahabatnya. Sekarang yang mereka lakukan kencannya bukan di dalam pusat perbelanjaan, melainkan di sebuah karnival diadakan di luar gedung. Kebetulan sekali karena di sebelah pusat perbelanjaan masih ada tanah kosong yang luas, karnival diadakan di sana untuk sementara waktu. Belinda dan Daniel menaiki beberapa wahana, meskipun bukan wahana menyeramkan karena Belinda tidak menyukai wahana ekstrem dan pakaiannya tidak mendukungnya. Mereka hanya menaiki wahana untuk anak kecil bermain seperti komidi putar, bom bom car, dan beberapa wahana lainnya. Meskipun hampir seharian berjalan bersama sahabatnya, ia masih belum merasakan sesuatu istimewa. Berbeda halnya menghabiskan waktu bersama Brandon hanya sebentar saja sudah membuatnya sangat nyaman. Sekarang mereka ingin menaiki wahana bianglala, tetapi harus antre cukup panjang karena wahana ini adalah wahana favorit semua pengunjung karnival. Namun, Daniel tetap menunggu dengan sabar agar bisa
Baca selengkapnya

Bab 39: Berkata Jujur

Belinda dan Daniel saling melempar tatapan melotot mendengar pengumuman baru saja di speaker. Terutama kondisi mental Belinda semakin tidak stabil hingga bibirnya memucat walaupun sudah dipoles lipstik merah. Daniel merasa iba baru pertama kali melihat kondisi mental sahabatnya tidak stabil membuatnya menjadi takut juga. Tangan kanannya perlahan mengelus kepala sahabatnya. “Jangan nangis, Bel. Tenang saja pasti mesin bianglalanya akan cepat stabil.”Belinda menggeleng lemas dengan kondisi tubuh gemetar. “Gua beneran butuh Pak Brandon, Niel. Hanya dia satu-satunya bisa tenangin gua.”Daniel menghembuskan napas dengan lemas. “Apa mungkin Pak Brandon yang bisa tenangin lu dari semua masalah yang lu hadapi, makanya lu jatuh cinta padanya?”Kepala Belinda terangkat. Ia memasang tatapan percaya diri. “Sebenarnya tebakan lu ada salahnya, Niel. Mumpung sekarang kita terjebak, gua mau jujur sama lu.”“Jujur apa? Bukannya benar lu sama Pak Brandon pacaran selama ini?” Daniel menelan saliva de
Baca selengkapnya

Bab 40: Alasan Memanggil Namamu

Setelah melalui rintangan cukup berat, akhirnya Belinda bisa pulang ke rumah bersama Brandon dengan tenang, walaupun tidak berbicara sejak berpamitan dengan Daniel di karnival. Saat di rumah pun, mereka jarang sekali bicara seolah-olah apa yang terjadi beberapa hari lalu terulang kembali. Belinda sangat kecewa pada suaminya yang masih dendam karena seharian ini ditinggal sendirian di mall. Sebelum tidur bahkan mereka hanya berbicara beberapa kalimat saja. Kemudian, tidak saling berbincang lagi saat Belinda sedang melakukan ritual secara rutin, yaitu perawatan wajah di malam hari. Sementara Brandon, masih terfokus menatap istrinya dari kejauhan dengan tatapan lesu. Akhirnya Belinda sudah tidak tahan dengan situasi canggung ini. Ia menutup botol night cream kemudian berbalik badan dengan tatapan sebal. “Kamu kenapa sih?” tanya keduanya serentak. Belinda memutar bola mata dan melipat kedua tangan di dada. “Kenapa kamu dari tadi diam saja?”Brandon juga melipat kedua tangan. “Aku kan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status