Tidak seperti pasangan pengantin baru lain melakukan bulan madu setelah hari pernikahan secara langsung. Pasangan pengantin baru satu ini melakukan honeymoon dua hari setelah hari pernikahan mereka. Namun, Belinda tidak terlalu menyukai kata ‘honeymoon’ karena sebenarnya tidak cocok baginya melakukannya di usia masih muda. Ia masih menganggap ini sebagai berlibur saja. Brandon yang menentukan lokasi honeymoon mereka di Maldives, sedangkan Belinda hanya mengikuti saja karena ia juga menyukai pemandangan laut biru yang langka. Perjalanan menuju Maldives membutuhkan waktu cukup lama, sehingga Belinda mulai merasa bosan di dalam pesawat tidak bisa berbuat apa pun, walaupun Brandon memesan kelas bisnis untuk mereka. Melihat istrinya yang terus bolak-balik badan akibat merasa jenuh, Brandon tertawa usil sambil menggeleng-geleng. “Kamu udah kayak ulat ga bisa diam!”Belinda memanyunkan bibir. “Habisnya sudah dua jam di pesawat, pinggangku sakit amat nih!” Spontan Brandon membiarkan kepal
Usai menikmati pemandangan matahari terbenam, mereka kembali ke resort. Sesuai dengan janji sebelumnya, Brandon ingin mengajar Belinda berenang sampai mahir. Brandon yang paling bersemangat membuka pakaiannya hingga menyisakan celana renang dipakainya, kemudian menceburkan dirinya ke dalam kolam. Sementara Belinda masih memakai dress putih miliknya, duduk bersantai di tepi kolam sambil merendamkan kakinya. “Kamu ga mau nyebur?” tanya Brandon mengerutkan dahi. “Sebentar lagi,” jawab Belinda dengan datar. Brandon memutar bola mata sambil berenang mendekati istrinya. “Aku jamin bakal membuatmu ketagihan berenang gara-gara aku.”“Kalo sampai kamu galak-galak?”“Kamu boleh mengutuk aku.”Apa boleh buat, mendengar perkataan suaminya yang bisa dipercaya, ia menurutinya. Terang-terangan ia membuka dressnya hingga menyisakan bikini biru membaluti tubuhnya. Lagi-lagi Brandon menatap penampilan sexy istrinya yang memanaskan tubuhnya membuat isi pikirannya melayang. Namun, sekarang ia berusaha
Hari kedua bulan madu masih terasa manis seperti sebelumnya. Walaupun Belinda tidak bisa memberikan jawaban atas pertanyaan suaminya semalam, tindakannya masih dimaklumi sang suami karena memang pertanyaan itu cukup berat. Kali ini Brandon mengajak istrinya berbelanja baju renang di sebuah toko dekat resort. Toko itu sudah buka pagi-pagi sekali, sehingga mereka bisa berbelanja sebelum bepergian ke tempat wisata. Belinda bingung ingin membeli baju renang bermodel apa. Hampir semua model baju renang di sini bermodel bikini. Ia jadi teringat pakaian bikini yang dipakainya kemarin terlihat sexy di mata sang suami, hingga suaminya spontan menciumnya tiba-tiba. Apakah karena tergoda dengan tubuh sexy sehingga suaminya tidak bisa menahannya? Apakah kecupan di kolam itu hanya pelampiasan haus hasratnya? “Belinda, kayaknya kamu cocok amat pakai yang ini deh.” Brandon tertawa usil mengambil sebuah setelan bikini merah. Belinda mengerucutkan bibir sambil menggantung bikini itu ke asal. “Tuh
Brandon semakin panik dan takut istrinya sungguh meninggalkannya hanya karena dirinya yang sungguh egois. Ia mencari istrinya sampai ke luar resort sambil membawa ponsel milik sang istri. Hatinya semakin sesak dan rasanya ingin menangis karena tidak ingin istrinya menghilang di negeri asing. Mengingat usia istrinya masih tergolong muda, cemas dicelakai orang jahat atau dilecehkan tanpa sepengetahuannya. Yang membuatnya semakin sesak adalah, di saat dirinya mencoba menghubungi istrinya, foto lock screen tertera di ponsel istrinya adalah foto mereka saat di pantai kemarin. Tidak menyangka istrinya juga melakukan hal yang sama dengannya memasang foto kebersamaan mereka sebagai wallpaper ponsel. Di sisi lain, Belinda masih belum tahu suaminya mencarinya ke mana pun. Padahal ia hanya berjalan di tepi pantai sambil menatap bulan purnama bersinar terang. Tatapannya lesu saat membayangkan suaminya yang tidak memedulikannya sama sekali, apalagi ia tahu yang telepon adalah Isabella. Teringat
Mengamati tingkah suaminya sungguh polos padahal biasanya tegas dan kejam, Belinda tertawa puas sambil memegang perutnya. Ia hanya bisa menggeleng-geleng sambil menepuk-nepuk pundak suaminya. “Polos amat sih kamu.”Brandon mengerutkan dahi. “Kan mana mungkin aku langsung menyerangmu padahal kamu masih di bawah umur!”Belinda melipat kedua tangan di dada dengan wajah cemberut. “Kamu masih anggap aku sebagai bocil?”Brandon menggeleng. “Tidak. Aku anggap kamu sebagai wanitaku.”“Lalu, kenapa pakai minta izin segala?”“Habisnya kamu–”“Lagi pula, kamu kan bukan pria asing bagiku. Kalo sama pria asing, sudah pasti aku bunuh mereka. Tapi kalo sama suamiku, mustahil aku tidak mengizinkanmu.”Mendengar jawaban dari istrinya berhasil memuaskan hatinya, ia langsung mencium bibir istrinya dengan mendalam sambil membaringkan tubuh istrinya di ranjang. Begitu juga Belinda masih dalam kondisi memejamkan mata melakukan pergerakan bibir bersama sang suami sambil meraba leher perlahan. *****Tidak
Setelah pergi berbulan madu berhari-hari, sepasang pengantin baru pulang ke negeri asal mereka. Sebenarnya Brandon masih belum puas pergi berlibur, tetapi mustahil meninggalkan dua pekerjaannya dan istrinya masih harus kuliah. Setibanya di bandara, kedatangan mereka langsung disambut mantan kakak ipar Belinda. Bola mata Belinda membulat menatap kakak iparnya terlihat sangat akrab dengan suaminya. Semakin bingung apa hubungan antara mereka berdua karena Brandon tidak pernah menceritakan hal ini. “Kak William?” “Sudah lama kita tidak bertemu, Belinda.” William memeluk tubuh mantan adik iparnya sekilas. Melihat tubuh istrinya disentuh pria lain, membuat api cemburu mulai membara. “Ehem! Lu ga boleh sembarangan peluk dia.” Sorot mata Belinda tertuju pada mantan kakak iparnya masih terlihat sama seperti sebelumnya dari ujung kepala hingga kaki. “Kak William kok bisa kenal dekat sama Brandon?” William tertawa terkekeh sambil merangkul pundak Brandon. “Aku dan Brandon teman dekat. Se
Tangannya terkepal kuat seolah-olah ingin menghajar suaminya habis-habisan yang sedang cemburu. Padahal suaminya sendiri tidak mengaca dulu dan bahkan lebih parah membantu wanita lain saat sedang berbulan madu. Inilah salah satu hal yang tidak disukai Belinda sebenarnya. Suaminya masih bersikap egois, meskipun sudah resmi menjadi suami istri. “Kamu bikin PR?” Belinda tertawa remeh. “Daripada kamu bikin PR bareng temanmu itu. Dia tidak bisa dipercaya!” omel Brandon. “Padahal kan aku ketemuan sama dia cuma mau bikin PR. Ga melebihi itu kok.” Sebenarnya Brandon ingin melanjutkan perdebatannya, tetapi tidak mungkin bersikap egois lebih lanjut. Terutama mengamati raut wajah istrinya semakin cemberut, apa boleh buat terpaksa menuruti keinginannya. “Oke, aku tidak akan melarangmu.” Netra Belinda langsung berbinar-binar. “Benarkah?” “Tapi ada syaratnya!” “Ish sebenarnya niat ga sih kasih aku pergi bareng Daniel!” “Jangan pergi terlalu lama. Kamu ga mau mengunjungi ibu?” Brandon me
Setelah mengunjungi rumah sakit, Belinda kembali melanjutkan mengerjakan PR yang masih ditunda. Akibat tadi sore kebanyakan berbincang dengan sahabatnya, ia belum sempat menyelesaikan PR membuat ringkasan. Namun, ada satu hal yang mengganggu pikirannya adalah tindakan Daniel yang sangat perhatian padanya justru membuat hatinya ikut luluh sekaligus gugup. Luluh karena sahabatnya yang lembut itu sangat peka, sedangkan gugup karena tidak terbiasa diperlakukan berlebihan dan terlebih lagi sudah menjadi istri pria lain. Membayangkan Brandon mengetahui kejadian sesungguhnya, sulit memikirkan jalan keluarnya akan seperti apa. Apakah dua pria itu akan saling bertengkar fisik hanya karena demi memperebutkan satu wanita? Awalnya ingin mengetik rangkuman, yang dilakukannya dari tadi mencurahkan isi hatinya dalam tulisan membuatnya tidak bisa berpikir jernih. “Aish, kapan aku selesaikan PR menyebalkan ini!” keluhnya sambil mengacak-acak rambut. “Kenapa sih dari tadi ngoceh melulu?” omel
Lebih condong Isabella mengajak double date dengan pasangan Daniel dan Yena dulu. Karena satu-satunya yang dekat dengan sosok rekan kerja Isabella yang mencurigakan adalah sepasang teman ini. Isabella ingin mengumpulkan bukti dulu walaupun secara tidak langsung, agar bisa memberanikan diri memberitahukan yang sebenarnya kepada Brandon dan Belinda. Sepasang teman ini diajak berdiskusi di cafe library. Kebetulan Daniel dan Yena juga ingin berjalan-jalan ke lokasi ini. Sebenarnya mereka juga penasaran alasan Isabella memanggil mereka berdua di hari libur karena apa. “Maaf ya aku mengganggu kalian berdua di hari libur,” ucap Isabella menunduk sopan. “Tidak apa-apa, Kak.” Sejenak Daniel menyesap kopi. “Kak Isabella panggil kami ada apa ya? Apa ada tugas kantor tambahan?”Isabella tertawa kecil sambil menggeleng cepat. “Tidak kok. Tenang saja, Pak Brandon tidak akan kasih kalian tugas di hari libur walaupun dia itu atasan galak.”“Kalo bukan masalah pekerjaan, lalu ada apa?” lanjut Yena
Hanya dengan menatap wajah tampan pujaan hatinya sudah berhasil membuatnya tidak takut pada petir sekarang. Seiring berjalannya waktu, rasa takut itu perlahan menghilang berkat teknik pelukan istimewa yang diberikan suaminya setiap hujan petir. Brandon lega melihat istrinya bisa tenang walaupun masih terdengar suara petir. Tangan kanannya mengelus pipi perlahan. “Seandainya sekarang aku masih belum pulang, kamu pasti akan menangis.”“Selain menangis, aku akan kesal padamu karena kamu lebih mementingkan pekerjaan daripada istri sendiri!” “Benarkah? Kalo begitu, apa perlu mulai hari Senin nanti aku harus pulang lebih awal?”Belinda memutar bola mata melihat suaminya bersikap sangat polos. “Kamu terlalu polos. Kalo sampai kamu diomelin, aku kabur dulu ya.”“Aku rela diomelin demi kamu. Aku ga mau kamu tidur sendirian lagi seperti kemarin, sarapan sendirian, berangkat kerja bersama orang lain. Aku ga mau kamu melakukan semua hal seolah-olah kamu belum menikah.”Kepalanya menunduk dan p
Hari ini adalah pertama kalinya Belinda mempresentasikan hasil karyanya di kantor. Belinda sangat berharap Brandon juga menyaksikan presentasi ini sebagai atasannya. Namun, sampai detik ini Brandon masih belum menampakkan batang hidung, ia berusaha tetap tegar dan bersikap profesional di hadapan Isabella, Celine, dan dua sahabatnya. Belinda tidak presentasi sendiri, ia didampingi David juga merupakan rekan timnya. Lima menit lagi presentasi akan dimulai. Semua orang masih menunggu kehadiran Brandon. Isabella hanya bisa pasrah karena dirinya juga tidak bisa berbuat apa-apa. “Sepertinya kita mulai dulu saja tanpa Pak Brandon,” ujar Isabella. Belinda menunduk sambil membuka file materi yang sudah dibuatnya bersama David. Tok…tok… Saat bersamaan, Brandon memasuki ruang rapat ini tergesa-gesa. Belinda membulatkan mata, tidak menyangka Brandon menghadiri rapat sederhana ini padahal sudah sempat diberitahukan Isabella sebelumnya tadi pagi bahwa sepanjang hari Brandon akan menghadiri rap
Belinda menyadari suaminya sedang menyaksikan adegan tidak terduga ini. Langsung menggeleng pelan memberikan isyarat tidak melakukan apa pun bersama David. Brandon tetap bersikap profesional selama di kantor, kali ini tidak ingin mudah terbawa suasana. Di saat salah satu pegawai keluar dari lift bermaksud mengalah, Brandon langsung mengangkat tangan dengan angkuh. “Tidak perlu keluar dari lift, saya naik lift eksekutif saja,” ucapnya dengan nada dingin sambil berbalik badan. Di saat pintu lift tertutup, Belinda kembali bersikap gugup di hadapan David, terus membuang pandangan karena dalam hati merasa sangat berdosa membuat suaminya kecewa kali ini. Selama berbelanja di kafe, Belinda hanya bisa melamun merenungkan apa yang diperbuatnya selama di lift. Sebenarnya bisa dikatakan tanpa dirinya, David bisa membawa semua gelas kopi itu sendirian. Apakah David bersikap seperti ini lagi karena masih belum menyerah walaupun sudah ditolak?Saat melangkah keluar dari lift bersama David, tanpa
Belinda masih bingung situasi yang dihadapinya saat ini diperebutkan tiga pria. Makan malam tim yang harusnya diselimuti suasana hangat, kini merasakan hawa ketegangan di antara tiga pria ini. Apalagi Belinda sangat gugup duduk di antara Daniel dan David, ingin bertukar tempat duduk dengan Isabella yang duduk bersebelahan dengan Brandon. Yena juga sebenarnya tidak nyaman suasana makan malam tim saat ini. Awalnya ingin makan banyak, sekarang tidak bisa menikmatinya dan berusaha mencari segala ide untuk terbebas dari suasana tegang ini. “Omong-omong Pak Brandon, terima kasih atas traktirannya,” ucapnya dengan tawa kikuk. Brandon tersenyum tipis sambil menatap Yena dengan akrab. “Makan sepuasnya ya, Yena.”David mengambilkan beberapa daging tempura untuk Belinda secara spontan, membuat tubuh Brandon langsung kepanasan melihatnya. Di sisi Belinda sangat cemas suaminya akan cemburu lagi akibat melihat adegan tidak terduga ini. Langsung berinisiatif mengembalikan beberapa daging tempura
Ujian tengah semester berakhir dan akhirnya hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Sebelumnya bisa bertemu suami hanya di kelas, kini bisa bekerja sama dengan suami di perusahaan. Walaupun Brandon adalah dosen killer di kampus dan direktur perfeksionis di perusahaan, tetapi urusan waktu kerja peserta magang tidak mempermasalahkannya meskipun peserta magang tidak bisa bekerja selama delapan jam setiap hari. Apalagi semua peserta magang berasal dari para mahasiswa satu kampus dengan Belinda. Saat menginjak kaki di gedung perusahaan elit, Belinda membelalakan mata menatap seisi gedung dengan pandangan berbinar-binar, membayangkan suaminya selama ini bekerja sebagai direktur seolah-olah seperti karakter utama pria dalam webtoon. Namun, karena keinginannya menyembunyikan rahasia pernikahannya di mana pun, terpaksa memutuskan berperan sebagai peserta magang selama bekerja di kantor ini. Tidak hanya dirinya saja, Daniel dan Yena ikut menjadi peserta magang berkat undangan dari Isabella. Se
Sebagai gantinya sudah belajar mati-matian selama seminggu ujian, Brandon mengajak istrinya bersenang-senang di taman bermain, meskipun kencan bersama Daniel terakhir kali sedikit membawakan kenangan buruk. Brandon juga ingin menghabiskan waktu bersama istrinya lebih lama lagi setelah seminggu ini sibuk bekerja dan rapat bersama para partner bisnis. Baru memasuki area taman bermain saja, Belinda terus menampakkan senyuman sumringah sambil mengayunkan tangan kanan suaminya dengan girang. Melihat tingkah imut istrinya membuat senyumannya semakin melebar. “Imut sekali kamu. Karena sudah lama ga ke sini sama aku?”“Lebih condong sejak aku tinggal bersama keluarga angkatku, aku tidak pernah diajak ke tempat seperti ini.”Brandon menurunkan alis membayangkan selama sepuluh tahun terakhir istrinya disiksa mati-matian seperti cerita cinderella di dunia dongeng. Masih belum memahami kenapa keluarga Natasha ingin mengadopsi Belinda padahal tidak pernah menyukai Belinda. Apakah ada maksud ters
Di sisi lain, Bu Yenny terlihat lesu menatap kaca jendela kamarnya. Walaupun selama ini terlihat baik-baik saja di hadapan putra dan menantunya, tetapi hatinya sebenarnya tidak baik-baik saja. Bertahun-tahun menyembunyikan fakta sebenarnya demi tidak ingin membuka luka masa lalu putranya. Apalagi memiliki prinsip tidak ingin mengganggu kebahagiaan putranya lagi. Langit sudah menampakkan warna jingga, sudah saatnya menantunya mengunjunginya lagi. Sebenarnya segan karena tidak ingin mengganggu waktu belajar saat ujian tengah semester sedang berlangsung. Namun, siapa sangka kali ini menantunya datang bersama putranya. Bu Yenny tersenyum sumringah menyambut kedatangan dua tamu istimewanya. “Ibu kira cuma Belinda yang datang. Bukannya kamu sibuk, Putraku?”Brandon memanyunkan bibir sambil menaruh paper bag berisi bekal dibuatnya di atas meja. “Aku kan kangen ibu. Masa aku ga boleh datang?”Bu Yenny tertawa kecil. “Ibu bercanda doang kok. Kamu marah-marah terus nanti darah tinggi beneran.
Brandon murka mengamati salah satu mahasiswa yang duduk di belakang Belinda berusaha ingin menyontek. Sengaja tidak menampakkan kemurkaannya selama ujian berlangsung, karena tidak ingin mengganggu konsentrasi istrinya sedang serius mengerjakan soal ujian. Saat jam ujian berakhir, semua mahasiswa mengumpulkan lembar jawaban dan soal di meja dosen. Brandon sengaja menahan istrinya dan mahasiswa itu, sedangkan sisanya diizinkan keluar dari kelas. Belinda masih bingung permasalahan apa yang diperbuatnya sampai dipanggil tiba-tiba begini. Apalagi tidak biasanya suaminya menahannya bersama satu mahasiswa yang bukan teman baiknya. “Ada apa, Pak?” tanyanya dengan gugup. Brandon menaikkan alis kanan dan melipat kedua tangan di dada. “Kenapa kamu kelihatan gugup padahal saya tidak berniat mengomeli kamu, Belinda?”“Lalu, kenapa Pak Brandon menahan saya di kelas?”Sorot mata Brandon menajam pada mahasiswa yang berdiri di sebelah Belinda masih tidak menunjukkan rasa berdosa. “Saya mau kasih t