Usai menikmati pemandangan matahari terbenam, mereka kembali ke resort. Sesuai dengan janji sebelumnya, Brandon ingin mengajar Belinda berenang sampai mahir. Brandon yang paling bersemangat membuka pakaiannya hingga menyisakan celana renang dipakainya, kemudian menceburkan dirinya ke dalam kolam. Sementara Belinda masih memakai dress putih miliknya, duduk bersantai di tepi kolam sambil merendamkan kakinya. “Kamu ga mau nyebur?” tanya Brandon mengerutkan dahi. “Sebentar lagi,” jawab Belinda dengan datar. Brandon memutar bola mata sambil berenang mendekati istrinya. “Aku jamin bakal membuatmu ketagihan berenang gara-gara aku.”“Kalo sampai kamu galak-galak?”“Kamu boleh mengutuk aku.”Apa boleh buat, mendengar perkataan suaminya yang bisa dipercaya, ia menurutinya. Terang-terangan ia membuka dressnya hingga menyisakan bikini biru membaluti tubuhnya. Lagi-lagi Brandon menatap penampilan sexy istrinya yang memanaskan tubuhnya membuat isi pikirannya melayang. Namun, sekarang ia berusaha
Hari kedua bulan madu masih terasa manis seperti sebelumnya. Walaupun Belinda tidak bisa memberikan jawaban atas pertanyaan suaminya semalam, tindakannya masih dimaklumi sang suami karena memang pertanyaan itu cukup berat. Kali ini Brandon mengajak istrinya berbelanja baju renang di sebuah toko dekat resort. Toko itu sudah buka pagi-pagi sekali, sehingga mereka bisa berbelanja sebelum bepergian ke tempat wisata. Belinda bingung ingin membeli baju renang bermodel apa. Hampir semua model baju renang di sini bermodel bikini. Ia jadi teringat pakaian bikini yang dipakainya kemarin terlihat sexy di mata sang suami, hingga suaminya spontan menciumnya tiba-tiba. Apakah karena tergoda dengan tubuh sexy sehingga suaminya tidak bisa menahannya? Apakah kecupan di kolam itu hanya pelampiasan haus hasratnya? “Belinda, kayaknya kamu cocok amat pakai yang ini deh.” Brandon tertawa usil mengambil sebuah setelan bikini merah. Belinda mengerucutkan bibir sambil menggantung bikini itu ke asal. “Tuh
Brandon semakin panik dan takut istrinya sungguh meninggalkannya hanya karena dirinya yang sungguh egois. Ia mencari istrinya sampai ke luar resort sambil membawa ponsel milik sang istri. Hatinya semakin sesak dan rasanya ingin menangis karena tidak ingin istrinya menghilang di negeri asing. Mengingat usia istrinya masih tergolong muda, cemas dicelakai orang jahat atau dilecehkan tanpa sepengetahuannya. Yang membuatnya semakin sesak adalah, di saat dirinya mencoba menghubungi istrinya, foto lock screen tertera di ponsel istrinya adalah foto mereka saat di pantai kemarin. Tidak menyangka istrinya juga melakukan hal yang sama dengannya memasang foto kebersamaan mereka sebagai wallpaper ponsel. Di sisi lain, Belinda masih belum tahu suaminya mencarinya ke mana pun. Padahal ia hanya berjalan di tepi pantai sambil menatap bulan purnama bersinar terang. Tatapannya lesu saat membayangkan suaminya yang tidak memedulikannya sama sekali, apalagi ia tahu yang telepon adalah Isabella. Teringat
Mengamati tingkah suaminya sungguh polos padahal biasanya tegas dan kejam, Belinda tertawa puas sambil memegang perutnya. Ia hanya bisa menggeleng-geleng sambil menepuk-nepuk pundak suaminya. “Polos amat sih kamu.”Brandon mengerutkan dahi. “Kan mana mungkin aku langsung menyerangmu padahal kamu masih di bawah umur!”Belinda melipat kedua tangan di dada dengan wajah cemberut. “Kamu masih anggap aku sebagai bocil?”Brandon menggeleng. “Tidak. Aku anggap kamu sebagai wanitaku.”“Lalu, kenapa pakai minta izin segala?”“Habisnya kamu–”“Lagi pula, kamu kan bukan pria asing bagiku. Kalo sama pria asing, sudah pasti aku bunuh mereka. Tapi kalo sama suamiku, mustahil aku tidak mengizinkanmu.”Mendengar jawaban dari istrinya berhasil memuaskan hatinya, ia langsung mencium bibir istrinya dengan mendalam sambil membaringkan tubuh istrinya di ranjang. Begitu juga Belinda masih dalam kondisi memejamkan mata melakukan pergerakan bibir bersama sang suami sambil meraba leher perlahan. *****Tidak
Setelah pergi berbulan madu berhari-hari, sepasang pengantin baru pulang ke negeri asal mereka. Sebenarnya Brandon masih belum puas pergi berlibur, tetapi mustahil meninggalkan dua pekerjaannya dan istrinya masih harus kuliah. Setibanya di bandara, kedatangan mereka langsung disambut mantan kakak ipar Belinda. Bola mata Belinda membulat menatap kakak iparnya terlihat sangat akrab dengan suaminya. Semakin bingung apa hubungan antara mereka berdua karena Brandon tidak pernah menceritakan hal ini. “Kak William?” “Sudah lama kita tidak bertemu, Belinda.” William memeluk tubuh mantan adik iparnya sekilas. Melihat tubuh istrinya disentuh pria lain, membuat api cemburu mulai membara. “Ehem! Lu ga boleh sembarangan peluk dia.” Sorot mata Belinda tertuju pada mantan kakak iparnya masih terlihat sama seperti sebelumnya dari ujung kepala hingga kaki. “Kak William kok bisa kenal dekat sama Brandon?” William tertawa terkekeh sambil merangkul pundak Brandon. “Aku dan Brandon teman dekat. Se
Tangannya terkepal kuat seolah-olah ingin menghajar suaminya habis-habisan yang sedang cemburu. Padahal suaminya sendiri tidak mengaca dulu dan bahkan lebih parah membantu wanita lain saat sedang berbulan madu. Inilah salah satu hal yang tidak disukai Belinda sebenarnya. Suaminya masih bersikap egois, meskipun sudah resmi menjadi suami istri. “Kamu bikin PR?” Belinda tertawa remeh. “Daripada kamu bikin PR bareng temanmu itu. Dia tidak bisa dipercaya!” omel Brandon. “Padahal kan aku ketemuan sama dia cuma mau bikin PR. Ga melebihi itu kok.” Sebenarnya Brandon ingin melanjutkan perdebatannya, tetapi tidak mungkin bersikap egois lebih lanjut. Terutama mengamati raut wajah istrinya semakin cemberut, apa boleh buat terpaksa menuruti keinginannya. “Oke, aku tidak akan melarangmu.” Netra Belinda langsung berbinar-binar. “Benarkah?” “Tapi ada syaratnya!” “Ish sebenarnya niat ga sih kasih aku pergi bareng Daniel!” “Jangan pergi terlalu lama. Kamu ga mau mengunjungi ibu?” Brandon me
Setelah mengunjungi rumah sakit, Belinda kembali melanjutkan mengerjakan PR yang masih ditunda. Akibat tadi sore kebanyakan berbincang dengan sahabatnya, ia belum sempat menyelesaikan PR membuat ringkasan. Namun, ada satu hal yang mengganggu pikirannya adalah tindakan Daniel yang sangat perhatian padanya justru membuat hatinya ikut luluh sekaligus gugup. Luluh karena sahabatnya yang lembut itu sangat peka, sedangkan gugup karena tidak terbiasa diperlakukan berlebihan dan terlebih lagi sudah menjadi istri pria lain. Membayangkan Brandon mengetahui kejadian sesungguhnya, sulit memikirkan jalan keluarnya akan seperti apa. Apakah dua pria itu akan saling bertengkar fisik hanya karena demi memperebutkan satu wanita? Awalnya ingin mengetik rangkuman, yang dilakukannya dari tadi mencurahkan isi hatinya dalam tulisan membuatnya tidak bisa berpikir jernih. “Aish, kapan aku selesaikan PR menyebalkan ini!” keluhnya sambil mengacak-acak rambut. “Kenapa sih dari tadi ngoceh melulu?” omel
Seperti biasa Belinda memasuki lobby kampus dari depan, agar tidak tertangkap basah berangkat ke kampus bersama suaminya. Untungnya kampus masih terlihat sepi, walaupun sudah menghabiskan waktu cukup lama bersama suaminya di dalam mobil. Sementara suaminya kali ini memasuki gedung kampus dengan menaiki lift basement yang sudah terhubung langsung dengan lobby. Belinda terus menyentuh bibir merahnya dengan jempol. Pagi-pagi pikirannya sudah terngiang-ngiang karena sudah diberikan asupan manis oleh suaminya. Tanpa disadari memutar-mutar tubuhnya sambil berlompat dengan girang. “Cieee pagi-pagi sudah happy amat!” Yena menepuk pundak kanan Belinda tiba-tiba dari belakang. Belinda memasang tatapan melotot sambil mengelus dada. “Aish, lu bikin gua selalu hampir serangan jantung tiap pagi!” Yena tertawa usil merangkul tangan sahabatnya. “Gimana honeymoon kalian?” “Menyenangkan amat honeymoon di Maldives lihat pemandangan laut setiap hari. Terima kasih juga hadiahnya sangat indah!” Beli
Tidak ada kata besok pagi bagi William. Setelah mendapatkan informasi dari hacker langsung mengunjungi stasiun kereta bawah tanah. Bermaksud ingin memantau rekaman CCTV di seluruh stasiun, sangat penasaran siapa pelaku yang memerintahkan hacker itu menyebarkan berita hoax di forum mahasiswa. Untungnya rekaman CCTV di seluruh stasiun kereta bawah tanah masih aman, sehingga masih bisa melihat rekaman CCTV selama dua hari belakangan. William memerintahkan petugas keamanan memperlihatkan rekaman CCTV di area loker, tempat di mana hacker itu dan pelakunya melakukan transaksi gelap. Sudah memantau rekaman CCTV selama beberapa menit, terlihat seorang pria berpenampilan tertutup sedang membawa sebuah tas hitam besar, kemudian memasukkan tas itu ke dalam loker. Sangat disayangkan wajah pria itu ditutupi masker, tetapi William tidak akan melewatkan kesempatan menyimpan rekaman CCTV ini sebagai salah satu bukti penyelidikannya. William kembali mengendarai mobilnya menuju kediamannya. Saat men
Tentu saja kabar baik ini langsung diberitahukan kepada Brandon. Awalnya Brandon ingin dinner romantis bersama pujaan hatinya, terpaksa menundanya agar semua masalah cepat terselesaikan. Brandon langsung menancapkan gas menuju alamat yang diberitahukan William. Setibanya di sebuah bangunan apartemen tua, Brandon memarkirkan mobil SUV bersebelahan dengan mobil sedan milik William. Secara kebetulan mereka tiba di lokasi serentak. “Wah, lu memang bisa diandalkan, Wil! Cepat juga lu geraknya!” sorak Brandon merangkul pundak sahabatnya sekilas. William mengangkat rambut dengan gaya angkuh. “Iya dong, demi mantan adik ipar gua bisa hidup bebas. gua ga tega lihat dia nangis terus gara-gara permasalahan ini.”Sorot mata Brandon terfokus pada suasana apartemen tua ini yang cukup gelap membuat tubuhnya sedikit merinding sebenarnya. Namun, berusaha terlihat berani agar tidak ditertawakan temannya sendiri. Seperti biasa setiap bepergian ke tempat menyeramkan, jiwa penakut langsung membara.“Om
Brandon tidak akan membiarkan istrinya terus ditindas selama di kampus. Saat jam makan siang berpisah dari istrinya dan memilih makan siang bersama William dan Isabella. William juga turut prihatin pada Belinda yang ditindas oleh mahasiswa satu kampus hanya karena berita hoax. “Wil, kalo ga salah lu punya anggota tim yang bisa melacak IP user anonim kan?” tanya Brandon. “Ada sih. Gua nanti coba bujuk dia dengan cara traktiran. Pasti dia langsung mau.”Isabella terus memainkan kuku menari-nari di atas meja. Kebiasaannya setiap berpikir kritis pasti melakukan hal seperti ini. “Sebenarnya gua agak ragu Celine ini adalah pelakunya.”“Gua curiganya David itu pelakunya,” sanggah William. Brandon mengangguk-angguk. “Apalagi forum mahasiswa itu kan setau gua ga bisa sembarangan orang akses.”Isabella menghembuskan napas dengan kesal. “Tapi, lu pada mau sembarangan nuduh dia dulu?” Brandon dan William menggeleng serentak. “Yang pasti gua mesti buruan minta teman gua lacak IP itu deh. Gua
Brandon masih menunjukkan sisi galak selama mengajar di kelas. Terutama murka mengingat Belinda terkena masalah dua kali berturut-turut. Pertama saat ujian tengah semester hampir dicontek, lalu untuk sekarang berita hoax tersebar di seluruh kampus. Walaupun Daniel sudah kenal dekat dengan Brandon, tetapi masih ketakutan sampai kakinya gemetar mendengar nada bicara Brandon sangat ketus sejak Belinda difitnah habis-habisan. “Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, saya paling tidak suka mahasiswa menyontek terang-terangan saat ujian. Makanya itu, jangan heran salah satu teman kalian sudah dikeluarkan dari kelas saya mulai hari ini!”Sekarang semua mahasiswa di kelas ini sibuk bergosip pada salah satu mahasiswa yang berusaha menyontek Belinda saat itu. Brandon sengaja mengalihkan topik pembicaraan agar Belinda tidak terus disoroti selama dirinya mengajar. Saat kelas telah berakhir, semua mahasiswa keluar dari ruang kelas dalam kondisi terdiam. Sebenarnya mereka membisu karena sempa
Hari Senin pagi masih terlihat manis untuk pasangan suami istri sedang bersiap-siap berangkat ke kampus. Seperti biasa, Brandon memarkirkan mobil SUV di basement kampus agar bisa berduaan bersama istrinya lebih lama lagi. Dari bangun tidur Belinda masih belum membuka ponselnya sama sekali. Karena sejak menikah, lebih mementingkan menghabiskan waktu bersama pujaan hatinya. “Omong-omong, kenapa sesekali kamu ga mau menurunkan aku di depan gerbang kampus saja?” tanya Belinda bernada malu. “Padahal kita sudah menikah lumayan lama. Aku ga mau memperlakukanmu sebagai orang asing!” protes Brandon mengerucutkan bibir. “Tapi, tetap saja … kalo suatu hari nanti ada dosen lain melihat aku keluar dari mobilmu tiba-tiba … kamu ga takut?”Brandon tertawa kecil sambil mengelus kepala istrinya lambat laun. “Kalo sesama dosen untuk apa takut? Mereka juga ga akan berani membocorkan pernikahan kita. Pola pikir mereka jauh lebih dewasa dibandingkan anak remaja yang bermulut ember semua.”“Jadi bisa d
Setelah berdiskusi panjang lebar dengan Isabella dan William, seperti biasa Brandon dan Belinda mengunjungi Bu Yenny di hari libur. Namun, siapa sangka sebenarnya ada yang mengikuti mobil mereka diam-diam dari belakang. Mobil sedan putih ini tidak terlihat siapa pengendara mobil ini karena kaca mobil sengaja dipasang kaca tidak tembus pandang. Brandon dan Belinda masih belum menyadari mereka diikuti seseorang. Bahkan mereka masih bersikap santai mengunjungi Bu Yenny seolah-olah tidak terjadi apa pun. Karena hari ini udara terasa segar dan sinar matahari tidak terlalu menyengat, mereka mengajak Bu Yenny berjalan-jalan di taman rumah sakit, meskipun Bu Yenny harus duduk di kursi roda. Sejenak Brandon menghentikan aksinya mendorong kursi roda. Berjongkok di hadapan sang ibu sambil merapikan kain tipis menyelimuti tubuh ibunya. “Ibu kangen aku belakangan ini?”Bu Yenny memanyunkan bibir. “Ibu justru kangen kalian berdua. Sejak Belinda magang di tempatmu, dia jarang menghabiskan waktu b
Lebih condong Isabella mengajak double date dengan pasangan Daniel dan Yena dulu. Karena satu-satunya yang dekat dengan sosok rekan kerja Isabella yang mencurigakan adalah sepasang teman ini. Isabella ingin mengumpulkan bukti dulu walaupun secara tidak langsung, agar bisa memberanikan diri memberitahukan yang sebenarnya kepada Brandon dan Belinda. Sepasang teman ini diajak berdiskusi di cafe library. Kebetulan Daniel dan Yena juga ingin berjalan-jalan ke lokasi ini. Sebenarnya mereka juga penasaran alasan Isabella memanggil mereka berdua di hari libur karena apa. “Maaf ya aku mengganggu kalian berdua di hari libur,” ucap Isabella menunduk sopan. “Tidak apa-apa, Kak.” Sejenak Daniel menyesap kopi. “Kak Isabella panggil kami ada apa ya? Apa ada tugas kantor tambahan?”Isabella tertawa kecil sambil menggeleng cepat. “Tidak kok. Tenang saja, Pak Brandon tidak akan kasih kalian tugas di hari libur walaupun dia itu atasan galak.”“Kalo bukan masalah pekerjaan, lalu ada apa?” lanjut Yena
Hanya dengan menatap wajah tampan pujaan hatinya sudah berhasil membuatnya tidak takut pada petir sekarang. Seiring berjalannya waktu, rasa takut itu perlahan menghilang berkat teknik pelukan istimewa yang diberikan suaminya setiap hujan petir. Brandon lega melihat istrinya bisa tenang walaupun masih terdengar suara petir. Tangan kanannya mengelus pipi perlahan. “Seandainya sekarang aku masih belum pulang, kamu pasti akan menangis.”“Selain menangis, aku akan kesal padamu karena kamu lebih mementingkan pekerjaan daripada istri sendiri!” “Benarkah? Kalo begitu, apa perlu mulai hari Senin nanti aku harus pulang lebih awal?”Belinda memutar bola mata melihat suaminya bersikap sangat polos. “Kamu terlalu polos. Kalo sampai kamu diomelin, aku kabur dulu ya.”“Aku rela diomelin demi kamu. Aku ga mau kamu tidur sendirian lagi seperti kemarin, sarapan sendirian, berangkat kerja bersama orang lain. Aku ga mau kamu melakukan semua hal seolah-olah kamu belum menikah.”Kepalanya menunduk dan p
Hari ini adalah pertama kalinya Belinda mempresentasikan hasil karyanya di kantor. Belinda sangat berharap Brandon juga menyaksikan presentasi ini sebagai atasannya. Namun, sampai detik ini Brandon masih belum menampakkan batang hidung, ia berusaha tetap tegar dan bersikap profesional di hadapan Isabella, Celine, dan dua sahabatnya. Belinda tidak presentasi sendiri, ia didampingi David juga merupakan rekan timnya. Lima menit lagi presentasi akan dimulai. Semua orang masih menunggu kehadiran Brandon. Isabella hanya bisa pasrah karena dirinya juga tidak bisa berbuat apa-apa. “Sepertinya kita mulai dulu saja tanpa Pak Brandon,” ujar Isabella. Belinda menunduk sambil membuka file materi yang sudah dibuatnya bersama David. Tok…tok… Saat bersamaan, Brandon memasuki ruang rapat ini tergesa-gesa. Belinda membulatkan mata, tidak menyangka Brandon menghadiri rapat sederhana ini padahal sudah sempat diberitahukan Isabella sebelumnya tadi pagi bahwa sepanjang hari Brandon akan menghadiri rap