Setelah mengunjungi rumah sakit, Belinda kembali melanjutkan mengerjakan PR yang masih ditunda. Akibat tadi sore kebanyakan berbincang dengan sahabatnya, ia belum sempat menyelesaikan PR membuat ringkasan. Namun, ada satu hal yang mengganggu pikirannya adalah tindakan Daniel yang sangat perhatian padanya justru membuat hatinya ikut luluh sekaligus gugup. Luluh karena sahabatnya yang lembut itu sangat peka, sedangkan gugup karena tidak terbiasa diperlakukan berlebihan dan terlebih lagi sudah menjadi istri pria lain. Membayangkan Brandon mengetahui kejadian sesungguhnya, sulit memikirkan jalan keluarnya akan seperti apa. Apakah dua pria itu akan saling bertengkar fisik hanya karena demi memperebutkan satu wanita? Awalnya ingin mengetik rangkuman, yang dilakukannya dari tadi mencurahkan isi hatinya dalam tulisan membuatnya tidak bisa berpikir jernih. “Aish, kapan aku selesaikan PR menyebalkan ini!” keluhnya sambil mengacak-acak rambut. “Kenapa sih dari tadi ngoceh melulu?” omel
Seperti biasa Belinda memasuki lobby kampus dari depan, agar tidak tertangkap basah berangkat ke kampus bersama suaminya. Untungnya kampus masih terlihat sepi, walaupun sudah menghabiskan waktu cukup lama bersama suaminya di dalam mobil. Sementara suaminya kali ini memasuki gedung kampus dengan menaiki lift basement yang sudah terhubung langsung dengan lobby. Belinda terus menyentuh bibir merahnya dengan jempol. Pagi-pagi pikirannya sudah terngiang-ngiang karena sudah diberikan asupan manis oleh suaminya. Tanpa disadari memutar-mutar tubuhnya sambil berlompat dengan girang. “Cieee pagi-pagi sudah happy amat!” Yena menepuk pundak kanan Belinda tiba-tiba dari belakang. Belinda memasang tatapan melotot sambil mengelus dada. “Aish, lu bikin gua selalu hampir serangan jantung tiap pagi!” Yena tertawa usil merangkul tangan sahabatnya. “Gimana honeymoon kalian?” “Menyenangkan amat honeymoon di Maldives lihat pemandangan laut setiap hari. Terima kasih juga hadiahnya sangat indah!” Beli
Belinda merasa sikap suaminya selama mengajar di kelas lebih killer dibandingkan sebelum menikah. Setiap ada mahasiswa yang melamun selain Daniel, pasti suaminya langsung marah. Rasanya ingin menahan suaminya dan menceramahi suaminya agar tidak bersikap berlebihan di kelas. Entah perkara apa membuat suasana hati suaminya pagi-pagi ingin marah-marah terus seperti singa kelaparan. Saat jam makan siang, Belinda sampai tidak selera makan, meskipun menyantap makanan favoritnya, yaitu mie ayam. Tangan kanannya terus mengaduk mie dengan sumpit sampai membuat Daniel menggeleng-geleng. “Perasaan gua yang kena omel tadi, kenapa lu yang marah sih?” protes Daniel. “Lagi pula, Pak Brandon juga senang sama lu tadi,” tambah Yena sambil meneguk jus jeruk. Belinda menghembuskan napas dengan lemas. “Ya tapi gua kan kasian sama yang lain kena omel terus, padahal mereka ga melamun kok menurut gua. Dia aja yang terlalu sensi.” “Siapa yang sensi, Belinda?” Mendengar suara suaminya, Belinda langsun
Saat pulang kuliah, Belinda langsung mengunjungi rumah sakit untuk merawat ibu mertuanya. Namun, di saat dirinya sedang mengelap tangan sang ibu mertua, isi pikirannya masih dihantui sosok wanita yang menurutnya adalah pengganggu sejak menjalani bulan madu bersama suaminya. Tatapannya lesu menatap ibu mertuanya. Di saat dirinya ingin mengelap leher menggunakan handuk basah, tangannya ditahan tiba-tiba. “Kamu kenapa?” Belinda menggeleng. “Aku tidak apa-apa, Bu.” “Soalnya ibu tidak terbiasa melihat wajahmu lesu begini. Brandon memperlakukanmu tidak baik?” Belinda membelalakan mata sambil mengelap leher dengan semangat. “Justru Brandon masih sayang sama aku, Bu.” Sejenak menghela napas dengan lemas. “Tapi aku justru takut.” “Kamu takut Brandon akan mengkhianatimu?” Belinda mengangguk-angguk. “Habisnya banyak cewek yang menyukai suamiku. Apalagi ada satu wanita yang menurutku dia paling dekat dengan Brandon.” Bu Yenny tersenyum tipis sambil mengelus punggung tangan menantunya. “I
Sebenarnya Belinda ingin menyampaikan laporan ini sedikit berat, karena ini ada kaitannya dengan suaminya. Namun, apakah suaminya mengetahui hal ini lebih awal? “Kamu mau lapor hal apa?” tanya Brandon sudah tidak bersabar. Belinda menghembuskan napas dengan lemas. “Isabella ngajar di kelasku.” Brandon membelalakan mata hingga batuk tersedak. “Apa? Jadi dia ngajar di kampus yang sama denganku?” Mendengar respons suaminya, Belinda menyipitkan mata dan melipat kedua tangan di dada. “Oh, jadi sebelumnya kamu sudah tau tanpa aku kasih tau!” “Aku justru hanya dikasih tau kalo dia izin kerja di kampus setiap hari Senin. Tapi dia ga kasih tau aku mau kerja di kampus mana.” “Dia kerja jadi asdos bukan pakai jalur kamu kan?” Brandon memutar bola mata. “Justru aku sedikit tidak nyaman kerja sama dia walaupun dia temanku sendiri.” Belinda bertopang dagu. “Lalu, kenapa dia mesti ngajar di kelasku?” “Emangnya dia ngajar di mata kuliah apa?” “Bisnis internasional. Seharusnya Pak Darmawan
Dua hari berturut-turut, Belinda terlihat bahagia saat menghadiri kelas dibawakan oleh suaminya sendiri. Walaupun suaminya suka terlihat judes setiap ada yang melamun di kelas atau datang terlambat. Semakin lama Belinda semakin terbiasa dengan sikap suaminya super killer. Yang terpenting hubungan mereka masih baik-baik saja selama ini. Akibat keseringan bertemu suami di kelas, Belinda juga terkadang melamun karena sudah candu menatap wajah tampan suaminya, meskipun tinggal bersama. Walaupun di luar jam kuliah mereka hidup sebagai suami istri, tetapi Brandon masih bersikap profesional kalau di kelas istrinya melanggar aturan. “Belinda, kamu sedang melamun apa?” Dengan sigap Belinda duduk tegak sambil menyingkirkan helaian rambut ke belakang telinga. “Saya tidak melamun, Pak.” Semua orang di kelas ini menertawainya, termasuk Brandon juga tertawa usil. Belinda hanya bisa menunduk malu dan terus menggerutu dalam hati akan menghukum suaminya saat pulang. “Kalo gitu, kamu paham kan a
Menyaksikan sebuah adegan terlarang di matanya secara langsung, perlahan Daniel memundurkan langkahnya dengan lemas. Sambil membawa buku-buku pelajaran untuk referensinya dalam membuat tugas presentasi, ia langsung berlari keluar dari perpustakaan. Daniel merenungkan diri di sebuah kafe dalam kampus sendirian. Kedua tangannya terkepal kuat hingga matanya mulai memerah seketika membayangkan semua momen yang dilihatnya sejak pertemuan pertama dengan Brandon di pusat perbelanjaan. Lama-kelamaan, merasa ada yang janggal antara hubungan Belinda dengan Brandon. Pertama, kenapa bisa kebetulan sekali berpapasan di pusat perbelanjaan. Lalu, kenapa Belinda dan Brandon memakai model cincin yang sama? Kemudian, kenapa Brandon bersedia makan siang bersama mereka selama dua hari berturut-turut. Terutama yang terakhir adalah adegan yang dilihatnya baru saja. Sekarang Daniel masih berusaha berasumsi bahwa ini semua hanyalah kebetulan. Mungkin saja adegan yang dilihatnya tadi hanya sebatas hubung
Situasi macam apa ini? Belinda tidak menyangka bisa bertemu suaminya saat makan siang, apalagi sang suami makan siang bersama seorang wanita yang menurutnya semakin lama semakin terlihat pengganggu. Masih belum paham dengan apa yang dilakukan Isabella saat ini, apakah Isabella sungguh menyukai Brandon sehingga ingin menempel terus di setiap ada kesempatan. Dari sisi Brandon juga terperangah melihat istrinya makan siang bersama pria lain, walaupun untungnya ada Yena sebagai pencair suasana. Namun, bawaan hatinya masih marah sejak kejadian di kelas, saat Daniel membela Belinda terang-terangan sudah terlihat seperti sepasang kekasih sungguhan. Ia masih penasaran apa tujuan Daniel mengajak Belinda makan siang bersama di restoran mahal ini. Apakah bermaksud untuk mengajak kencan secara tidak langsung, walaupun ada Yena? Sekarang Belinda terpaksa harus melakukan sandiwara, demi hubungannya dengan Brandon tidak bocor. Menampakkan senyuman ramah dan menunduk. “Pak Brandon makan di sini jug
Bicara soal perayaan tahun baru, sewaktu masih kecil Belinda merayakan tahun baru bersama keluarga Brandon. Meskipun saat itu mereka baru berteman baik, Brandon langsung memperkenalkan Belinda ke orang tuanya. Memperkenalkan bukan berarti dengan tujuan pernikahan, mengingat usia Belinda saat itu masih kurang dari sepuluh tahun.“Wah, ternyata kalau dilihat secara langsung, Belinda sangat manis ya!” puji Yenny dengan pandangan berbinar-binar mengelus pipi mungil Belinda.Brandon memutar bola mata. “Manis-manis tapi aslinya nakal!”Belinda mendengkus dan menendang kaki Brandon di bawah meja. “Padahal kakak juga nakal! Aku mau minta beli cokelat, tapi kakak ga kasih aku kemarin.”“Lama-lama kan gigimu bisa berlubang kalau keseringan makan cokelat!” “Dasar kakak ga ngaca!”Para orang tua hanya bisa menggeleng-geleng menatap tingkah anak mereka seperti tom and jerry. Terutama Yenny mengelus dada, tidak menyangka sikap putranya juga kekanak-kanakan padahal sudah remaja.“Maaf ya kalau putr
Tiga belas tahun lalu… Sejak bertemu Brandon pertama kali di perpustakaan, Belinda menjadi semakin rajin pergi ke perpustakaan setiap hari. Terutama sengaja menempati kursi yang ditempati Brandon supaya Brandon bisa menjadi guru les matematika setiap ada PR. Apalagi hari ini Belinda mendapatkan banyak PR lagi, sudah pasti ia mengincar pangeran tampan mendatanginya untuk membantu mengerjakan PR. Sudah bermenit-menit menunggu sambil mengayunkan kaki dengan gesit, tetapi tidak ada tanda-tanda dosen itu akan mendatanginya, sehingga membuat bibirnya memanyun. “Kok kak Brandon lama amat ya datangnya? Padahal aku mau dia yang kerjain PR.” Pada saat bersamaan, Brandon menampakkan batang hidung sambil membawa sebuah paper bag berukuran besar. Senyumannya terlihat sumringah, berbeda dari biasanya membuat Belinda penasaran apa yang ada di benak Brandon. “Benar tebakanku. Pasti hari ini kamu pergi ke perpustakaan lagi dan duduk di tempatku,” ucap Brandon sambil menaruh paper bag di meja
Tidak terasa sang buah hati akhirnya hadir dalam kehidupan rumah tangga Belinda dan Brandon. Mereka dikaruniai bayi perempuan diberi nama Gabriella. Brandon sangat bersyukur memiliki anak perempuan, karena ia masih trauma melihat putranya William selalu berbuat onar yang menyebabkan William dan Isabella berdebat karena masalah anak hampir setiap hari. Namun, mengurus anak tentunya bukan hal yang mudah bagi mereka juga. Walaupun sebelumnya sempat percaya diri ingin punya anak perempuan, yang namanya masih bayi pasti susah diurus juga, apalagi mereka tidak mau punya pengasuh. Sejak sudah punya anak, Belinda memutuskan mengundurkan diri dari perusahaan dan ingin fokus mengurus anak saja. Lagi pula, tidak mungkin terus bekerja di bawah suaminya sedangkan dirinya sendiri masih punya perusahaan perlu diurus. Perusahaan milik orang tuanya yang kini diserahkan pada semua saudara sepupunya. Selama menjadi ibu rumah tangga, Belinda bangun lebih awal demi mengurus
Saat memasuki usia kandungan tujuh bulan, Belinda tidak diperbolehkan bekerja oleh Brandon. Selain itu, untuk menemani istrinya di rumah, Brandon juga berinisiatif bekerja dari rumah kalau tidak ada agenda penting agar istri tidak cepat bosan dan tidak ada jadwal mengajar di kampus. Sejak mengajar mata kuliah akuntansi, Brandon semakin sibuk mereview tugas mahasiswa. Tidak seperti dulu hanya mengajar mata kuliah strategi manajemen yang tugasnya hanya menjawab pertanyaan di buku teks dan membuat materi presentasi. Akibat lagi banyak pekerjaan kantor belakangan ini, Brandon memiliki ide usil setiap mahasiswanya berbuat ulah di kelas. Sering mengadakan ujian tiba-tiba dengan memberikan soal ujian yang sulit, sehingga para mahasiswa di kampus semakin membencinya.Sekarang pekerjaannya semakin bertumpuk di rumah. Baru memeriksa sebagian tugas mahasiswa sudah membuat kepalanya sakit. Rambut terlihat tidak beraturan akibat keseringan mengacak-acak rambutnya.
Sejak Belinda memasuki masa mengandung anaknya, sikap Brandon sebagai suami dan bos semakin ketat. Ia tidak membiarkan istrinya pulang malam atau diberikan pekerjaan kantor yang berlebihan. Bahkan ia sudah memperingatkan semua pegawainya untuk tidak membuat Belinda merasa repot selama bekerja. Akibat sikap Brandon yang sangat berlebihan, selama bekerja di kantor Belinda cepat bosan. Tidak seperti saat sebelum hamil, ia diberikan pekerjaan cukup banyak, sedangkan sekarang pekerjaan banyak itu dilimpahkan ke Yena. Belinda merasa segan karena secara tidak langsung menghambat Yena yang ingin berkencan dengan Daniel setiap pulang kerja. Selain itu, setiap pulang kerja, Brandon berinisiatif mendatangi Belinda bermaksud untuk mengajak pulang bersama. Tidak peduli semua pegawainya iri melihat sikapnya yang romantis pada istri, nomor satu dalam pikirannya adalah memastikan istri selalu sehat di matanya. Gara-gara setiap hari dimanjakan suami, Belinda semakin ing
Urusan ingin memiliki sang buah hati, Belinda tidak ingin mengambil pusing lagi. Entah akan ditanyakan seperti apa, tidak peduli. Apalagi tidak melakukannya hanya sekali. Hanya bisa berharap keajaiban mendatangi kehidupan rumah tangga mereka walaupun sudah berbulan-bulan berlalu. Namun, entah kenapa Belinda merasakan tubuhnya sejak bangun tidur seperti ingin memuntahkan seisi perutnya. Meskipun begitu, tetap berusaha tegar di hadapan Brandon supaya diperbolehkan pergi bekerja hari ini. Seperti biasa, Brandon selalu memanjakannya. Tidak enak badan sedikit langsung dibilang tidak usah bekerja. Walaupun diberikan nasi omelet merupakan makanan favoritnya, Belinda ingin memuntahkan seisi perutnya. Terpaksa menghabiskan nasi omelet buatan suaminya, entah nanti berakhir di kamar mandi atau tidak, daripada menyinggung perasaan suami di pagi hari. Sebenarnya Brandon mulai curiga melihat sikap Belinda belakangan ini tidak seperti biasanya. Padahal biasanya sarapa
Pertanyaan soal keinginan memiliki keturunan masih menghantui pikiran Belinda, walaupun acara makan-makan sederhana telah berakhir. Pergi kencan bersama suami saja sampai tidak tenang. Suaminya mengajak menonton di bioskop, tetapi pikirannya sedang tidak fokus. Dalam hati terus mengatakan apakah sebenarnya Brandon berubah pikiran tidak ingin memiliki anak bersamanya. Sejak ditanyakan pertanyaan sulit itu, Brandon juga terus berdiam. Dalam hati justru menginginkan anak, tetapi cemas istrinya tidak mau punya anak karena usianya masih tergolong muda. Walaupun film yang ditonton mereka merupakan film romantis, mereka terlihat gugup saat menyaksikan sebuah adegan ciuman di depan mata. Terutama Belinda terlalu gugup sampai batuk tersedak saat memakan sepotong cookies. Spontan Brandon langsung mengelus punggung lentik sang pujaan hati lambat laun sambil memberikan botol air. “Makannya pelan-pelan.”Belinda mengangguk kaku sambil menyesap air. Betapa m
Enam bulan kemudian….Setelah berbulan-bulan berjuang mengerjakan skripsi hingga ujian komprehensif, akhirnya Belinda bisa melepaskan statusnya sebagai mahasiswa. Upacara wisuda dihadiri oleh Brandon, William, dan Isabella. Sambil menunggu giliran Belinda menaiki panggung, Brandon berbincang santai dengan dua sahabatnya terlebih dahulu. “Omong-omong, menurut kalian berdua, gua boleh ekspos hubungan gua sama istri gua ga sih hari ini?”Isabella mengernyitkan alis. “Lu kayaknya sudah ga sabaran amat. Emangnya istri lu sudah setuju?”“Istri gua sih selalu bilang gua mesti rahasiakan pernikahan kami sampai dia lulus. Hari ini kan dia sudah lulus, seharusnya gua sudah boleh memamerkan hubungan kamu terang-terangan.”William menyunggingkan senyuman usil merangkul pundak istrinya dengan mesra. “Makanya kalau cari istri itu jangan masih di bawah umur. Kan jadinya ga bisa pacaran terang-terangan kayak kami.”“Ish gua kan dari dulu cuma c
Tantangan utama yang harus dihadapi Belinda sekarang adalah harus terbiasa hidup sendirian tanpa kehadiran suaminya, meskipun suaminya bepergian hanya tiga hari. Tugas skripsi tetap berjalan, walaupun sebelumnya hasilnya memuaskan bagi Brandon. Selama tiga hari itu, siapa yang akan memberikan masukan untuknya? Sejak Brandon berangkat ke bandara pagi-pagi sekali, Belinda sudah mulai merasakan kesepian dan merindukan Brandon. Untuk menghilangkan rasa kesepian, mengundang dua sahabatnya mengerjakan skripsi bersama di rumahnya. Lagi pula, ide ini berasal dari Brandon yang sebelumnya menyarankan mengundang Daniel dan Yena jika merasa kesepian di rumah. Brandon juga membelikan banyak camilan untuk dua tamu istimewanya sebelum bepergian. Tujuannya agar Daniel dan Yena betah menemani Belinda sepanjang hari di rumah. Sebenarnya baru kali ini mengundang dua tamunya itu, demi istrinya tidak kesepian di saat dirinya sedang melakukan perjalanan bisnis. “Pak Brandon