Belinda merasa sikap suaminya selama mengajar di kelas lebih killer dibandingkan sebelum menikah. Setiap ada mahasiswa yang melamun selain Daniel, pasti suaminya langsung marah. Rasanya ingin menahan suaminya dan menceramahi suaminya agar tidak bersikap berlebihan di kelas. Entah perkara apa membuat suasana hati suaminya pagi-pagi ingin marah-marah terus seperti singa kelaparan. Saat jam makan siang, Belinda sampai tidak selera makan, meskipun menyantap makanan favoritnya, yaitu mie ayam. Tangan kanannya terus mengaduk mie dengan sumpit sampai membuat Daniel menggeleng-geleng. “Perasaan gua yang kena omel tadi, kenapa lu yang marah sih?” protes Daniel. “Lagi pula, Pak Brandon juga senang sama lu tadi,” tambah Yena sambil meneguk jus jeruk. Belinda menghembuskan napas dengan lemas. “Ya tapi gua kan kasian sama yang lain kena omel terus, padahal mereka ga melamun kok menurut gua. Dia aja yang terlalu sensi.” “Siapa yang sensi, Belinda?” Mendengar suara suaminya, Belinda langsun
Saat pulang kuliah, Belinda langsung mengunjungi rumah sakit untuk merawat ibu mertuanya. Namun, di saat dirinya sedang mengelap tangan sang ibu mertua, isi pikirannya masih dihantui sosok wanita yang menurutnya adalah pengganggu sejak menjalani bulan madu bersama suaminya. Tatapannya lesu menatap ibu mertuanya. Di saat dirinya ingin mengelap leher menggunakan handuk basah, tangannya ditahan tiba-tiba. “Kamu kenapa?” Belinda menggeleng. “Aku tidak apa-apa, Bu.” “Soalnya ibu tidak terbiasa melihat wajahmu lesu begini. Brandon memperlakukanmu tidak baik?” Belinda membelalakan mata sambil mengelap leher dengan semangat. “Justru Brandon masih sayang sama aku, Bu.” Sejenak menghela napas dengan lemas. “Tapi aku justru takut.” “Kamu takut Brandon akan mengkhianatimu?” Belinda mengangguk-angguk. “Habisnya banyak cewek yang menyukai suamiku. Apalagi ada satu wanita yang menurutku dia paling dekat dengan Brandon.” Bu Yenny tersenyum tipis sambil mengelus punggung tangan menantunya. “I
Sebenarnya Belinda ingin menyampaikan laporan ini sedikit berat, karena ini ada kaitannya dengan suaminya. Namun, apakah suaminya mengetahui hal ini lebih awal? “Kamu mau lapor hal apa?” tanya Brandon sudah tidak bersabar. Belinda menghembuskan napas dengan lemas. “Isabella ngajar di kelasku.” Brandon membelalakan mata hingga batuk tersedak. “Apa? Jadi dia ngajar di kampus yang sama denganku?” Mendengar respons suaminya, Belinda menyipitkan mata dan melipat kedua tangan di dada. “Oh, jadi sebelumnya kamu sudah tau tanpa aku kasih tau!” “Aku justru hanya dikasih tau kalo dia izin kerja di kampus setiap hari Senin. Tapi dia ga kasih tau aku mau kerja di kampus mana.” “Dia kerja jadi asdos bukan pakai jalur kamu kan?” Brandon memutar bola mata. “Justru aku sedikit tidak nyaman kerja sama dia walaupun dia temanku sendiri.” Belinda bertopang dagu. “Lalu, kenapa dia mesti ngajar di kelasku?” “Emangnya dia ngajar di mata kuliah apa?” “Bisnis internasional. Seharusnya Pak Darmawan
Dua hari berturut-turut, Belinda terlihat bahagia saat menghadiri kelas dibawakan oleh suaminya sendiri. Walaupun suaminya suka terlihat judes setiap ada yang melamun di kelas atau datang terlambat. Semakin lama Belinda semakin terbiasa dengan sikap suaminya super killer. Yang terpenting hubungan mereka masih baik-baik saja selama ini. Akibat keseringan bertemu suami di kelas, Belinda juga terkadang melamun karena sudah candu menatap wajah tampan suaminya, meskipun tinggal bersama. Walaupun di luar jam kuliah mereka hidup sebagai suami istri, tetapi Brandon masih bersikap profesional kalau di kelas istrinya melanggar aturan. “Belinda, kamu sedang melamun apa?” Dengan sigap Belinda duduk tegak sambil menyingkirkan helaian rambut ke belakang telinga. “Saya tidak melamun, Pak.” Semua orang di kelas ini menertawainya, termasuk Brandon juga tertawa usil. Belinda hanya bisa menunduk malu dan terus menggerutu dalam hati akan menghukum suaminya saat pulang. “Kalo gitu, kamu paham kan a
Menyaksikan sebuah adegan terlarang di matanya secara langsung, perlahan Daniel memundurkan langkahnya dengan lemas. Sambil membawa buku-buku pelajaran untuk referensinya dalam membuat tugas presentasi, ia langsung berlari keluar dari perpustakaan. Daniel merenungkan diri di sebuah kafe dalam kampus sendirian. Kedua tangannya terkepal kuat hingga matanya mulai memerah seketika membayangkan semua momen yang dilihatnya sejak pertemuan pertama dengan Brandon di pusat perbelanjaan. Lama-kelamaan, merasa ada yang janggal antara hubungan Belinda dengan Brandon. Pertama, kenapa bisa kebetulan sekali berpapasan di pusat perbelanjaan. Lalu, kenapa Belinda dan Brandon memakai model cincin yang sama? Kemudian, kenapa Brandon bersedia makan siang bersama mereka selama dua hari berturut-turut. Terutama yang terakhir adalah adegan yang dilihatnya baru saja. Sekarang Daniel masih berusaha berasumsi bahwa ini semua hanyalah kebetulan. Mungkin saja adegan yang dilihatnya tadi hanya sebatas hubung
Situasi macam apa ini? Belinda tidak menyangka bisa bertemu suaminya saat makan siang, apalagi sang suami makan siang bersama seorang wanita yang menurutnya semakin lama semakin terlihat pengganggu. Masih belum paham dengan apa yang dilakukan Isabella saat ini, apakah Isabella sungguh menyukai Brandon sehingga ingin menempel terus di setiap ada kesempatan. Dari sisi Brandon juga terperangah melihat istrinya makan siang bersama pria lain, walaupun untungnya ada Yena sebagai pencair suasana. Namun, bawaan hatinya masih marah sejak kejadian di kelas, saat Daniel membela Belinda terang-terangan sudah terlihat seperti sepasang kekasih sungguhan. Ia masih penasaran apa tujuan Daniel mengajak Belinda makan siang bersama di restoran mahal ini. Apakah bermaksud untuk mengajak kencan secara tidak langsung, walaupun ada Yena? Sekarang Belinda terpaksa harus melakukan sandiwara, demi hubungannya dengan Brandon tidak bocor. Menampakkan senyuman ramah dan menunduk. “Pak Brandon makan di sini jug
Di sisi lain, Isabella menghabiskan waktu sendirian di bar langganannya. Namun, kali ini suasana hatinya buruk. Sebenarnya saat di restoran tadi siang, ia murka melihat Brandon tidak fokus padanya. Justru fokus menatap Belinda terang-terangan sepanjang makan siang. Tangan kanannya terkepal kuat sambil menuangkan segelas wine lagi. Di saat dirinya ingin menempelkan gelas kaca di bibirnya, tangan kanannya langsung disentuh seseorang. “Lu minum lagi?!” omel William membuat Isabella spontan menatapnya. “Jangan ganggu gua!” Isabella langsung melepaskan sentuhan tangan William. William memutar bola mata sambil menjauhkan botol wine dan gelas kaca dari Isabella. “Lu mau mabuk-mabukan lagi? Kalo lu kali ini khilaf sama orang lain gimana?!” Isabella tertawa remeh sambil menaikkan rambutnya yang menutupi wajahnya. “Kenapa emangnya? Lu takut gua direbut cowok lain?” “Sudah pasti! Gua masih sayang dan peduli sama lu! Gua ga rela lu khilaf sama cowok lain gara-gara masalah sepele!” “Tapi
Mendengar jawaban dari istrinya yang ingin magang di perusahaannya, Brandon semakin bersemangat ingin membuka program magang, meskipun sempat bertekad tidak ingin mengadakan program magang. Ia mengadakan rapat dengan beberapa manajer untuk mendiskusikan hal terkait dengan program magang diadakannya tiba-tiba. Termasuk Isabella sendiri juga bingung apa yang merasuki pikiran bosnya. “Anda beneran yakin mau adain magang di bulan Oktober? Bukankah terlalu tiba-tiba, Pak?” tanya seorang manajer keuangan. “Apalagi Anda ingin mengadakan program magang tidak full kerja?” Seorang manajer pemasaran juga bertanya. Brandon menampakkan senyuman tipis sambil menaruh telapak tangan di meja. “Seperti yang kalian tau, saya juga seorang dosen strategi manajemen di kampus. Makanya itu, saya tidak ingin mahasiswa saya hanya belajar berdasarkan buku saja. Saya ingin mereka belajar dengan cara mempraktikkan langsung.” “Tapi, bulan Oktober itu biasanya masa UTS. Anda yakin mau membiarkan mereka magang
Kira-kira, apakah manusia licik ini akan mengaku di hadapan sang direktur? Tidak ada rasa bersalah sama sekali, justru Celine masih menampakkan senyuman licik sambil menyilangkan kedua kaki dengan angkuh. “Natasha? Dia tidak pernah menyuruh saya melakukan hal seperti itu.”Brandon tersenyum sinis melipat kedua tangan di dada. “Bagaimana hubunganmu dengan Natasha? Kenapa saat saya menuduh Natasha menyuruhmu, kamu langsung menjawab seolah-olah kenal dia?”“Natasha itu teman saya.”“Oh, hanya teman! Bukan karena bos dan mata-mata.”“Saya tegaskan sekali lagi, Pak Brandon! Tujuan saya melakukan hal ini karena saya sangat iri melihat hubungan Pak Brandon dan Belinda. Makanya itu, saya berencana mau menghancurkan hubungan kalian.”“Lalu, setelah berhasil, apa yang mau kamu lakukan?”Celine mengangguk sedikit gugup. Sebenarnya juga bingung ingin menjawab seperti apa. “Ya, tentu saja saya bisa mendekati Pak Brandon sepuasnya.”
Sesuai permintaan Brandon sebelumnya, Belinda menuruti keinginannya hari ini masuk kerja demi bisa menangkap Celine. Sudah menyusun skenario terbaiknya dan mendiskusikan hal ini lebih awal agar rencana mereka tidak gagal. Hari ini Belinda dan teman-temannya masuk kerja dengan alasan bahwa mereka dipanggil Isabella tiba-tiba untuk menyelesaikan tugas penting. Celine masih belum menunjukkan reaksi mencurigakan dan tetap fokus menyelesaikan banyak pekerjaan yang diberikan Isabella. Soal banyak pekerjaan diberikan juga merupakan salah satu skenario dibuat Isabella.“Ish kak Isabella benar-benar bikin kita keteteran! Kasih tugas tiba-tiba dan harus dikumpulkan hari ini juga!” keluh Daniel mendengkus kesal. Belinda langsung membungkam mulut Daniel dengan rapat sambil menatap sekeliling penuh waspada. “Bisa ga kalo ngomong difilter dulu? Kalo sampai didengar kak Isabella gimana?”Yena langsung memukul lengan Daniel sedikit bertenaga. “Bisa ga lu diem d
Tidak ada kata besok pagi bagi William. Setelah mendapatkan informasi dari hacker langsung mengunjungi stasiun kereta bawah tanah. Bermaksud ingin memantau rekaman CCTV di seluruh stasiun, sangat penasaran siapa pelaku yang memerintahkan hacker itu menyebarkan berita hoax di forum mahasiswa. Untungnya rekaman CCTV di seluruh stasiun kereta bawah tanah masih aman, sehingga masih bisa melihat rekaman CCTV selama dua hari belakangan. William memerintahkan petugas keamanan memperlihatkan rekaman CCTV di area loker, tempat di mana hacker itu dan pelakunya melakukan transaksi gelap. Sudah memantau rekaman CCTV selama beberapa menit, terlihat seorang pria berpenampilan tertutup sedang membawa sebuah tas hitam besar, kemudian memasukkan tas itu ke dalam loker. Sangat disayangkan wajah pria itu ditutupi masker, tetapi William tidak akan melewatkan kesempatan menyimpan rekaman CCTV ini sebagai salah satu bukti penyelidikannya. William kembali mengendarai mobilnya menuju kediamannya. Saat men
Tentu saja kabar baik ini langsung diberitahukan kepada Brandon. Awalnya Brandon ingin dinner romantis bersama pujaan hatinya, terpaksa menundanya agar semua masalah cepat terselesaikan. Brandon langsung menancapkan gas menuju alamat yang diberitahukan William. Setibanya di sebuah bangunan apartemen tua, Brandon memarkirkan mobil SUV bersebelahan dengan mobil sedan milik William. Secara kebetulan mereka tiba di lokasi serentak. “Wah, lu memang bisa diandalkan, Wil! Cepat juga lu geraknya!” sorak Brandon merangkul pundak sahabatnya sekilas. William mengangkat rambut dengan gaya angkuh. “Iya dong, demi mantan adik ipar gua bisa hidup bebas. gua ga tega lihat dia nangis terus gara-gara permasalahan ini.”Sorot mata Brandon terfokus pada suasana apartemen tua ini yang cukup gelap membuat tubuhnya sedikit merinding sebenarnya. Namun, berusaha terlihat berani agar tidak ditertawakan temannya sendiri. Seperti biasa setiap bepergian ke tempat menyeramkan, jiwa penakut langsung membara.“Om
Brandon tidak akan membiarkan istrinya terus ditindas selama di kampus. Saat jam makan siang berpisah dari istrinya dan memilih makan siang bersama William dan Isabella. William juga turut prihatin pada Belinda yang ditindas oleh mahasiswa satu kampus hanya karena berita hoax. “Wil, kalo ga salah lu punya anggota tim yang bisa melacak IP user anonim kan?” tanya Brandon. “Ada sih. Gua nanti coba bujuk dia dengan cara traktiran. Pasti dia langsung mau.”Isabella terus memainkan kuku menari-nari di atas meja. Kebiasaannya setiap berpikir kritis pasti melakukan hal seperti ini. “Sebenarnya gua agak ragu Celine ini adalah pelakunya.”“Gua curiganya David itu pelakunya,” sanggah William. Brandon mengangguk-angguk. “Apalagi forum mahasiswa itu kan setau gua ga bisa sembarangan orang akses.”Isabella menghembuskan napas dengan kesal. “Tapi, lu pada mau sembarangan nuduh dia dulu?” Brandon dan William menggeleng serentak. “Yang pasti gua mesti buruan minta teman gua lacak IP itu deh. Gua
Brandon masih menunjukkan sisi galak selama mengajar di kelas. Terutama murka mengingat Belinda terkena masalah dua kali berturut-turut. Pertama saat ujian tengah semester hampir dicontek, lalu untuk sekarang berita hoax tersebar di seluruh kampus. Walaupun Daniel sudah kenal dekat dengan Brandon, tetapi masih ketakutan sampai kakinya gemetar mendengar nada bicara Brandon sangat ketus sejak Belinda difitnah habis-habisan. “Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, saya paling tidak suka mahasiswa menyontek terang-terangan saat ujian. Makanya itu, jangan heran salah satu teman kalian sudah dikeluarkan dari kelas saya mulai hari ini!”Sekarang semua mahasiswa di kelas ini sibuk bergosip pada salah satu mahasiswa yang berusaha menyontek Belinda saat itu. Brandon sengaja mengalihkan topik pembicaraan agar Belinda tidak terus disoroti selama dirinya mengajar. Saat kelas telah berakhir, semua mahasiswa keluar dari ruang kelas dalam kondisi terdiam. Sebenarnya mereka membisu karena sempa
Hari Senin pagi masih terlihat manis untuk pasangan suami istri sedang bersiap-siap berangkat ke kampus. Seperti biasa, Brandon memarkirkan mobil SUV di basement kampus agar bisa berduaan bersama istrinya lebih lama lagi. Dari bangun tidur Belinda masih belum membuka ponselnya sama sekali. Karena sejak menikah, lebih mementingkan menghabiskan waktu bersama pujaan hatinya. “Omong-omong, kenapa sesekali kamu ga mau menurunkan aku di depan gerbang kampus saja?” tanya Belinda bernada malu. “Padahal kita sudah menikah lumayan lama. Aku ga mau memperlakukanmu sebagai orang asing!” protes Brandon mengerucutkan bibir. “Tapi, tetap saja … kalo suatu hari nanti ada dosen lain melihat aku keluar dari mobilmu tiba-tiba … kamu ga takut?”Brandon tertawa kecil sambil mengelus kepala istrinya lambat laun. “Kalo sesama dosen untuk apa takut? Mereka juga ga akan berani membocorkan pernikahan kita. Pola pikir mereka jauh lebih dewasa dibandingkan anak remaja yang bermulut ember semua.”“Jadi bisa d
Setelah berdiskusi panjang lebar dengan Isabella dan William, seperti biasa Brandon dan Belinda mengunjungi Bu Yenny di hari libur. Namun, siapa sangka sebenarnya ada yang mengikuti mobil mereka diam-diam dari belakang. Mobil sedan putih ini tidak terlihat siapa pengendara mobil ini karena kaca mobil sengaja dipasang kaca tidak tembus pandang. Brandon dan Belinda masih belum menyadari mereka diikuti seseorang. Bahkan mereka masih bersikap santai mengunjungi Bu Yenny seolah-olah tidak terjadi apa pun. Karena hari ini udara terasa segar dan sinar matahari tidak terlalu menyengat, mereka mengajak Bu Yenny berjalan-jalan di taman rumah sakit, meskipun Bu Yenny harus duduk di kursi roda. Sejenak Brandon menghentikan aksinya mendorong kursi roda. Berjongkok di hadapan sang ibu sambil merapikan kain tipis menyelimuti tubuh ibunya. “Ibu kangen aku belakangan ini?”Bu Yenny memanyunkan bibir. “Ibu justru kangen kalian berdua. Sejak Belinda magang di tempatmu, dia jarang menghabiskan waktu b
Lebih condong Isabella mengajak double date dengan pasangan Daniel dan Yena dulu. Karena satu-satunya yang dekat dengan sosok rekan kerja Isabella yang mencurigakan adalah sepasang teman ini. Isabella ingin mengumpulkan bukti dulu walaupun secara tidak langsung, agar bisa memberanikan diri memberitahukan yang sebenarnya kepada Brandon dan Belinda. Sepasang teman ini diajak berdiskusi di cafe library. Kebetulan Daniel dan Yena juga ingin berjalan-jalan ke lokasi ini. Sebenarnya mereka juga penasaran alasan Isabella memanggil mereka berdua di hari libur karena apa. “Maaf ya aku mengganggu kalian berdua di hari libur,” ucap Isabella menunduk sopan. “Tidak apa-apa, Kak.” Sejenak Daniel menyesap kopi. “Kak Isabella panggil kami ada apa ya? Apa ada tugas kantor tambahan?”Isabella tertawa kecil sambil menggeleng cepat. “Tidak kok. Tenang saja, Pak Brandon tidak akan kasih kalian tugas di hari libur walaupun dia itu atasan galak.”“Kalo bukan masalah pekerjaan, lalu ada apa?” lanjut Yena