Hari Senin adalah hari yang paling dibenci Belinda. Namun, suasana hari Senin kali ini berbeda dari biasanya. Sebelum berangkat ke kampus sudah dibuatkan sarapan oleh sang dosen killer yang akan mengajar juga di kelas pertama. Belinda tertawa kikuk sambil menikmati nasi omelet. “Kenapa kamu tertawa? Rasanya tidak enak?” tanya Brandon dengan nada galak. “Ish pagi-pagi sudah judes amat sih! Masa aku ketawa ga boleh?!” “Habisnya kamu ketawa ga jelas!” “Tenang, rasa nasi omeletnya enak kok. Malahan aku pengen bawa bekal ke kampus.” Brandon menepuk jidat. “Astaga aku lupa masak untuk bekal kita.” “Gapapa. Kalo aku bawa bekal takutnya nanti dicurigai orang. Aku kan ga pernah bawa bekal ke kampus.” Alis sang dosen killer menurun. “Keluargamu memang tega amat ga pernah memperlakukanmu dengan baik.” “Bahkan sebenarnya aku tidak pernah dikasih sarapan seperti ini sebelum berangkat ke kampus. Terima kasih ya sudah buatkan sarapan untukku,” ujar Belinda dengan senyuman manis. Pipi Bran
Persiapan pernikahan hanya membutuhkan waktu selama satu bulan saja. Belinda dan Brandon memutuskan mengadakan pesta pernikahan hanya dihadiri keluarga inti, saudara terdekat, serta kerabat terdekat. Hubungan antara Belinda dan Brandon juga semakin akrab, tetapi di sisi lain masih saling membenci hanya perkara cemburu saja. Brandon masih membenci tunangannya jika sang tunangan sibuk berjalan bersama seorang sahabat pria, sedangkan dirinya sendirian seperti tidak memiliki kekasih. Apakah Brandon sungguh tidak pernah menjalin hubungan asmara dengan wanita apa pun? Bagaimana dengan sosok wanita cantik ini baru saja tiba di bandara sambil menatap layar ponsel menampilkan foto Brandon? Wanita ini jika dilihat paras wajahnya, usianya mungkin lebih tua dari Belinda, namun tidak beda jauh dengan Natasha. Bisa dikatakan hubungannya cukup akrab dengan Natasha jika dilihat Natasha melambaikan tangan ke arah wanita itu dari kejauhan. “Isabella, sini!” pekik Natasha menampakkan gigi putihny
Belinda tiba di rumah sendirian lebih awal. Sebenarnya hatinya merasa terpuruk membayangkan adegan pada saat di supermarket. Apakah ini yang dirasakan Brandon setiap kali dirinya berduaan bersama Daniel? Untuk menghibur suasana hatinya sedang buruk, memutuskan menonton drama korea favoritnya. Untungnya sedang disiarkan langsung di TV. Namun, saat menyaksikan sebuah adegan di drama tersebut memperlihatkan adegan yang mirip seperti dialaminya di supermarket, matanya sedikit berkaca-kaca sambil memegang remote TV. “Aish, kenapa aku nangis tiba-tiba!” Jempol mengusap air mata sejenak. “Kenapa aku harus marah? Belum tentu dia sudah sayang aku.” Kembali menyedot lendir hampir mengalir dari hidung. “Aneh sekali, kenapa hal kecil begini membuatku menangis sih! Kenapa setiap aku benci dia, aku selalu merasa sesak?” ***** Di sisi lain, Brandon masih berduaan bersama Isabella di pusat perbelanjaan. Sejujurnya, Brandon bingung dengan isi hatinya sesungguhnya. Satu sisi merindukan teman laman
Sehari sebelum pernikahan… Sesuai dengan janji sebelumnya, Belinda dan Brandon menjenguk Bu Yenny. Pakaian Belinda dengan balutan gaun pengantin sederhana tanpa motif sudah berhasil membuat Bu Yenny memasang senyuman sumringah, ditambah putranya juga memakai pakaian tuxedo yang dipakai pada saat foto prewedding. Bu Yenny tidak bisa menahan air matanya, tangan kanannya mengelus punggung tangan menantunya. “Terima kasih sudah bersedia menikahi putraku, Belinda. Ibu titipkan dia padamu, ya.” Belinda mengangguk anggun sambil menggenggam tangan ibu mertuanya. “Tenang saja, Bu. Kalo sampai Brandon nakal, aku akan gantiin ibu marahin dia habis-habisan.” Melampiaskan tawa usil sambil menatap calon suaminya sekilas. Brandon menatap menyeringai pada gadis nakal itu sambil merangkul pundak. “Bukankah lebih condong kamu yang nakal sampai bikin aku sakit kepala?” Belinda tertawa remeh sambil melepas rangkulan. “Hei, Pak dosen galak! Jangan sombong dulu! Bapak kelihatan perfeksionis tapi seb
Usai pesta pernikahan, sepasang pengantin baru beristirahat di kamar hotel. Belinda masih memakai gaun pengantin berusaha melepas resleting gaun hingga tubuhnya berkeringat. Sengaja tidak ingin minta bantuan suaminya akibat isi pikirannya masih terngiang-ngiang adegan ciuman yang dilakukannya. Namun, Brandon merupakan tipe suami yang peka. Melihat istrinya kesulitan sampai napas terengah-engah, langsung membantu membuka resleting gaun pengantin. “Kenapa kamu tidak minta bantuanku?” Belinda masih memalingkan mata sambil mencoba melepas mahkota di puncak kepala. “Kan siapa tau aku bisa buka sendiri. Memangnya aku anak kecil?” Tanpa peduli istrinya berbicara dengan nada ketus, Brandon membantu melepas semua riasan kepala istrinya dan juga riasan lainnya. “Kenapa marah-marah sih? Masih baik aku mau bantu kamu!” Belinda menajamkan tatapannya. “Jangan macam-macam pokoknya malam ini!” Brandon memutar bola mata sambil menepuk jidat. “Lebih condong otakmu yang kotor daripada aku! Dasar
Apa tidak salah dengar? Tidur satu kamar padahal sebelumnya sudah sepakat akan tidur berpisah walaupun setelah menikah. Namun, sekarang bukan saatnya Belinda ingin melayangkan protes. Karena masih takut mendengar suara petir terus-terusan. Sejak pertama kali tinggal di rumah ini hingga sekarang, akhirnya baru menginjak kakinya di kamar suaminya yang terlihat sangat luas dan rapi dibandingkan kamarnya. Terutama satu hal yang menarik perhatiannya adalah foto pernikahan mereka terpampang jelas di kamar ini. Tidak hanya yang dipajang di dinding, beberapa foto prewedding juga dipajang di meja berhasil menciptakan senyuman manis pada raut wajah Belinda. Brandon merapikan tempat tidurnya secepat kilat, kemudian menepuk-nepuk ranjang. “Duduk dulu.” Belinda sedikit memalingkan mata, kemudian menduduki ranjang yang sangat luas dan empuk ini dengan gugup sekaligus nyaman karena langsung disambut pelukan kasih sayang oleh suaminya. Malam ini entah kenapa mendapatkan ekstra kasih sayang dari s
Tidak seperti pasangan pengantin baru lain melakukan bulan madu setelah hari pernikahan secara langsung. Pasangan pengantin baru satu ini melakukan honeymoon dua hari setelah hari pernikahan mereka. Namun, Belinda tidak terlalu menyukai kata ‘honeymoon’ karena sebenarnya tidak cocok baginya melakukannya di usia masih muda. Masih menganggap ini sebagai berlibur saja. Brandon yang menentukan lokasi honeymoon mereka di Maldives, sedangkan Belinda hanya mengikuti saja karena juga menyukai pemandangan laut biru yang langka. Perjalanan menuju Maldives membutuhkan waktu cukup lama, sehingga Belinda mulai merasa bosan di dalam pesawat tidak bisa berbuat apa pun, walaupun Brandon memesan kelas bisnis untuk mereka. Melihat istrinya yang terus bolak-balik badan akibat merasa jenuh, Brandon tertawa usil sambil menggeleng-geleng. “Kamu udah kayak ulat ga bisa diam!” Belinda memanyunkan bibir. “Habisnya sudah dua jam di pesawat, pinggangku sakit amat nih!” Spontan Brandon membiarkan kepala
Usai menikmati pemandangan matahari terbenam, mereka kembali ke resort. Sesuai dengan janji sebelumnya, Brandon ingin mengajar Belinda berenang sampai mahir. Brandon yang paling bersemangat membuka pakaiannya hingga menyisakan celana renang dipakainya, kemudian menceburkan dirinya ke dalam kolam. Sementara Belinda masih memakai dress putih bermotif bunga, duduk bersantai di tepi kolam sambil merendamkan kakinya. “Kamu ga mau nyebur?” tanya Brandon mengerutkan dahi. “Sebentar lagi,” jawab Belinda dengan datar. Brandon memutar bola mata sambil berenang mendekati istrinya. “Aku jamin bakal membuatmu ketagihan berenang gara-gara aku.” “Kalo sampai kamu galak-galak?” “Kamu boleh mengutuk aku.” Terang-terangan Belinda membuka dressnya hingga menyisakan bikini biru membaluti tubuhnya. Lagi-lagi Brandon menatap penampilan sexy istrinya yang memanaskan tubuhnya membuat isi pikirannya melayang dan salivanya sulit ditelan. Namun, sekarang berusaha membuang pikiran kotor jauh-jauh. Seje
Bicara soal perayaan tahun baru, sewaktu masih kecil Belinda merayakan tahun baru bersama keluarga Brandon. Meskipun saat itu mereka baru berteman baik, Brandon langsung memperkenalkan Belinda ke orang tuanya. Memperkenalkan bukan berarti dengan tujuan pernikahan, mengingat usia Belinda saat itu masih kurang dari sepuluh tahun.“Wah, ternyata kalau dilihat secara langsung, Belinda sangat manis ya!” puji Yenny dengan pandangan berbinar-binar mengelus pipi mungil Belinda.Brandon memutar bola mata. “Manis-manis tapi aslinya nakal!”Belinda mendengkus dan menendang kaki Brandon di bawah meja. “Padahal kakak juga nakal! Aku mau minta beli cokelat, tapi kakak ga kasih aku kemarin.”“Lama-lama kan gigimu bisa berlubang kalau keseringan makan cokelat!” “Dasar kakak ga ngaca!”Para orang tua hanya bisa menggeleng-geleng menatap tingkah anak mereka seperti tom and jerry. Terutama Yenny mengelus dada, tidak menyangka sikap putranya juga kekanak-kanakan padahal sudah remaja.“Maaf ya kalau putr
Tiga belas tahun lalu… Sejak bertemu Brandon pertama kali di perpustakaan, Belinda menjadi semakin rajin pergi ke perpustakaan setiap hari. Terutama sengaja menempati kursi yang ditempati Brandon supaya Brandon bisa menjadi guru les matematika setiap ada PR. Apalagi hari ini Belinda mendapatkan banyak PR lagi, sudah pasti ia mengincar pangeran tampan mendatanginya untuk membantu mengerjakan PR. Sudah bermenit-menit menunggu sambil mengayunkan kaki dengan gesit, tetapi tidak ada tanda-tanda dosen itu akan mendatanginya, sehingga membuat bibirnya memanyun. “Kok kak Brandon lama amat ya datangnya? Padahal aku mau dia yang kerjain PR.” Pada saat bersamaan, Brandon menampakkan batang hidung sambil membawa sebuah paper bag berukuran besar. Senyumannya terlihat sumringah, berbeda dari biasanya membuat Belinda penasaran apa yang ada di benak Brandon. “Benar tebakanku. Pasti hari ini kamu pergi ke perpustakaan lagi dan duduk di tempatku,” ucap Brandon sambil menaruh paper bag di meja
Tidak terasa sang buah hati akhirnya hadir dalam kehidupan rumah tangga Belinda dan Brandon. Mereka dikaruniai bayi perempuan diberi nama Gabriella. Brandon sangat bersyukur memiliki anak perempuan, karena ia masih trauma melihat putranya William selalu berbuat onar yang menyebabkan William dan Isabella berdebat karena masalah anak hampir setiap hari. Namun, mengurus anak tentunya bukan hal yang mudah bagi mereka juga. Walaupun sebelumnya sempat percaya diri ingin punya anak perempuan, yang namanya masih bayi pasti susah diurus juga, apalagi mereka tidak mau punya pengasuh. Sejak sudah punya anak, Belinda memutuskan mengundurkan diri dari perusahaan dan ingin fokus mengurus anak saja. Lagi pula, tidak mungkin terus bekerja di bawah suaminya sedangkan dirinya sendiri masih punya perusahaan perlu diurus. Perusahaan milik orang tuanya yang kini diserahkan pada semua saudara sepupunya. Selama menjadi ibu rumah tangga, Belinda bangun lebih awal demi mengurus
Saat memasuki usia kandungan tujuh bulan, Belinda tidak diperbolehkan bekerja oleh Brandon. Selain itu, untuk menemani istrinya di rumah, Brandon juga berinisiatif bekerja dari rumah kalau tidak ada agenda penting agar istri tidak cepat bosan dan tidak ada jadwal mengajar di kampus. Sejak mengajar mata kuliah akuntansi, Brandon semakin sibuk mereview tugas mahasiswa. Tidak seperti dulu hanya mengajar mata kuliah strategi manajemen yang tugasnya hanya menjawab pertanyaan di buku teks dan membuat materi presentasi. Akibat lagi banyak pekerjaan kantor belakangan ini, Brandon memiliki ide usil setiap mahasiswanya berbuat ulah di kelas. Sering mengadakan ujian tiba-tiba dengan memberikan soal ujian yang sulit, sehingga para mahasiswa di kampus semakin membencinya.Sekarang pekerjaannya semakin bertumpuk di rumah. Baru memeriksa sebagian tugas mahasiswa sudah membuat kepalanya sakit. Rambut terlihat tidak beraturan akibat keseringan mengacak-acak rambutnya.
Sejak Belinda memasuki masa mengandung anaknya, sikap Brandon sebagai suami dan bos semakin ketat. Ia tidak membiarkan istrinya pulang malam atau diberikan pekerjaan kantor yang berlebihan. Bahkan ia sudah memperingatkan semua pegawainya untuk tidak membuat Belinda merasa repot selama bekerja. Akibat sikap Brandon yang sangat berlebihan, selama bekerja di kantor Belinda cepat bosan. Tidak seperti saat sebelum hamil, ia diberikan pekerjaan cukup banyak, sedangkan sekarang pekerjaan banyak itu dilimpahkan ke Yena. Belinda merasa segan karena secara tidak langsung menghambat Yena yang ingin berkencan dengan Daniel setiap pulang kerja. Selain itu, setiap pulang kerja, Brandon berinisiatif mendatangi Belinda bermaksud untuk mengajak pulang bersama. Tidak peduli semua pegawainya iri melihat sikapnya yang romantis pada istri, nomor satu dalam pikirannya adalah memastikan istri selalu sehat di matanya. Gara-gara setiap hari dimanjakan suami, Belinda semakin ing
Urusan ingin memiliki sang buah hati, Belinda tidak ingin mengambil pusing lagi. Entah akan ditanyakan seperti apa, tidak peduli. Apalagi tidak melakukannya hanya sekali. Hanya bisa berharap keajaiban mendatangi kehidupan rumah tangga mereka walaupun sudah berbulan-bulan berlalu. Namun, entah kenapa Belinda merasakan tubuhnya sejak bangun tidur seperti ingin memuntahkan seisi perutnya. Meskipun begitu, tetap berusaha tegar di hadapan Brandon supaya diperbolehkan pergi bekerja hari ini. Seperti biasa, Brandon selalu memanjakannya. Tidak enak badan sedikit langsung dibilang tidak usah bekerja. Walaupun diberikan nasi omelet merupakan makanan favoritnya, Belinda ingin memuntahkan seisi perutnya. Terpaksa menghabiskan nasi omelet buatan suaminya, entah nanti berakhir di kamar mandi atau tidak, daripada menyinggung perasaan suami di pagi hari. Sebenarnya Brandon mulai curiga melihat sikap Belinda belakangan ini tidak seperti biasanya. Padahal biasanya sarapa
Pertanyaan soal keinginan memiliki keturunan masih menghantui pikiran Belinda, walaupun acara makan-makan sederhana telah berakhir. Pergi kencan bersama suami saja sampai tidak tenang. Suaminya mengajak menonton di bioskop, tetapi pikirannya sedang tidak fokus. Dalam hati terus mengatakan apakah sebenarnya Brandon berubah pikiran tidak ingin memiliki anak bersamanya. Sejak ditanyakan pertanyaan sulit itu, Brandon juga terus berdiam. Dalam hati justru menginginkan anak, tetapi cemas istrinya tidak mau punya anak karena usianya masih tergolong muda. Walaupun film yang ditonton mereka merupakan film romantis, mereka terlihat gugup saat menyaksikan sebuah adegan ciuman di depan mata. Terutama Belinda terlalu gugup sampai batuk tersedak saat memakan sepotong cookies. Spontan Brandon langsung mengelus punggung lentik sang pujaan hati lambat laun sambil memberikan botol air. “Makannya pelan-pelan.”Belinda mengangguk kaku sambil menyesap air. Betapa m
Enam bulan kemudian….Setelah berbulan-bulan berjuang mengerjakan skripsi hingga ujian komprehensif, akhirnya Belinda bisa melepaskan statusnya sebagai mahasiswa. Upacara wisuda dihadiri oleh Brandon, William, dan Isabella. Sambil menunggu giliran Belinda menaiki panggung, Brandon berbincang santai dengan dua sahabatnya terlebih dahulu. “Omong-omong, menurut kalian berdua, gua boleh ekspos hubungan gua sama istri gua ga sih hari ini?”Isabella mengernyitkan alis. “Lu kayaknya sudah ga sabaran amat. Emangnya istri lu sudah setuju?”“Istri gua sih selalu bilang gua mesti rahasiakan pernikahan kami sampai dia lulus. Hari ini kan dia sudah lulus, seharusnya gua sudah boleh memamerkan hubungan kamu terang-terangan.”William menyunggingkan senyuman usil merangkul pundak istrinya dengan mesra. “Makanya kalau cari istri itu jangan masih di bawah umur. Kan jadinya ga bisa pacaran terang-terangan kayak kami.”“Ish gua kan dari dulu cuma c
Tantangan utama yang harus dihadapi Belinda sekarang adalah harus terbiasa hidup sendirian tanpa kehadiran suaminya, meskipun suaminya bepergian hanya tiga hari. Tugas skripsi tetap berjalan, walaupun sebelumnya hasilnya memuaskan bagi Brandon. Selama tiga hari itu, siapa yang akan memberikan masukan untuknya? Sejak Brandon berangkat ke bandara pagi-pagi sekali, Belinda sudah mulai merasakan kesepian dan merindukan Brandon. Untuk menghilangkan rasa kesepian, mengundang dua sahabatnya mengerjakan skripsi bersama di rumahnya. Lagi pula, ide ini berasal dari Brandon yang sebelumnya menyarankan mengundang Daniel dan Yena jika merasa kesepian di rumah. Brandon juga membelikan banyak camilan untuk dua tamu istimewanya sebelum bepergian. Tujuannya agar Daniel dan Yena betah menemani Belinda sepanjang hari di rumah. Sebenarnya baru kali ini mengundang dua tamunya itu, demi istrinya tidak kesepian di saat dirinya sedang melakukan perjalanan bisnis. “Pak Brandon