Kehidupan Rio, yang merupakan remaja penyendiri berubah seketika saat dia bertemu dengan seorang gadis bernama Kalisa di sekolahnya. Kalisa sendiri merupakan siswi cerdas yang berada di kelas khusus. Sementara itu, Rio hanya remaja yang selalu terlambat datang ke sekolah dan tidak punya banyak prestasi. Namun, pertemuan mereka begitu sempurna. Rio, menginginkan Kalisa bersamanya, tetapi muncullah gadis lain bernama Clara yang ternyata telah lama menyukainya.
View More“Seiring berlalunya waktu, kebersamaan kita menjadi benih-benih penumbuh cinta di antara kita. Sejuta senyum dan air mata yang kita lalui, tak akan membuatku berpaling dari cinta kokohmu.”Satu setengah tahun aku dan Clara resmi menjadi sepasang kekasih. Tak pernah bisa terbayang, kini aku telah menjadi milik sesosok gadis perhatian tersebut. Satu setengah tahun sudah tercipta kenangan-kenangan indah dan pahit dalam ikatan kami. Terabadikan di dalam memori jangka panjang.Kini aku juga sudah menduduki bangku kelas 12 SMA. Setengah tahun lagi masa putih dan abuku berakhir. Aku sudah menentukan rencana masa depan. Apa yang ingin kuraih. Alasan apa yang membuatku ingin menggapai mimpiku telah kuperhitungkan segalanya.Pagi ini aku tak lagi berangkat sekolah seorang diri. Melainkan selalu bersama Clara dengan si merah semenjak hari di mana kami resmi menjalin hubungan asmara. Setiap hari a
Sampai jam sekolah berakhir, kekesalanku tak berkurang. Bukan hanya kejadian tadi pagi, tapi juga pada jam istirahat, sosok gadis berkulit putih itu tak juga menyapa. Malah, ia terus memain-mainkan alat kekiniannya. Sudah pasti ini merupakan sesuatu yang aneh. Pertama kalinya dalam sejarah gadis bernama Clara bersikap layaknya gadis-gadis normal kekinian lainnya. Itu benar-benar tidak anggun menurutku.Ketika sadar bahwa memang ada keanehan yang terjadi pada sikap Clara, aku berniat untuk meyelidiki. Karena itu, sepulang sekolah, aku melewati taman Udayana di kota Mataram. Kutemukan Clara sedang duduk seorang diri pada salah satu bangku taman di bawah sebuah pohon. Dari raut wajah kegelisahannya, sepertinya Clara sedang menunggu seseorang.Kayaknya dia lagi nunggu pacar barunya, nih!Berbagai macam pendapat singgah di kepala. Sebelum mengetahui yang sebenarnya, tentu saja aku tidak akan bisa menarik kesimpulan apa yang selama ini ada d
Seminggu berlalu semenjak hari terakhir aku bertemu dengan Clara. Seminggu tanpa gadis manis bermata sipit itu, kuhabiskan waktu seperti sedia kala. Bermain game, membaca komik, menonton film, dan semacamnya.Aku duduk santai di ruang tamu sambil menonton TV bersama dengan adikku, Lina. Merasa bosan karena melakukan hal yang sama setiap harinya. Sementara itu, Lina terus menatap layar smartphone miliknya. Biasalah. Adikku sudah terkena virus kekinian yang tak bisa hidup tanpa smartphone, kamera, medsos, dan alat-alat kekinian lainnya.“Lagi ngapain, sih, dari tadi serius amat?” aku bertanya sembari menatap Lina yang tengah sibuk menari-narikan jempol tangan di atas layar smartphone miliknya.“Lina lagi upload foto-foto selfie, Kak!” jawab gadis berumur 14 tahun ini tanpa menoleh ke arahku.“Selfie? Kenapa nggak suruh si Selfie itu aja buat upload sendiri foto-foto
“Melangkah untuk mencapai tujuan. Menapaki jalan untuk menemukan sebuah arti di dalam hidup. Aku yakin, pilihan terbaik adalah apa yang berasal dari hati terdalam manusia itu sendiri.”“Rio!” Clara menghampiri diriku yang tengah bersandar pada tiang listrik pertigaan perumahanku. “Sori lama, Yo.”“Nggak apa-apa, Ra,” kataku tersenyum ramah.“Jadi, kita mau ke mana hari ini?”“Gimana kalau kita ke timezone? Kita senang-senang aja hari ini, Ra.”“Boleh juga ide kamu, Yo. Kalau gitu, yuk!” Clara tampak begitu antusias. Manggut-manggut.Akhir-akhir ini, aku memang sering menghabiskan liburan sekolah bersama dengan Clara. Kami bisa dibilang sangat dekat. Clara juga tampaknya sangat bahagia setiap kali kuajak ke mana pun. Aku merasa bersyukur bisa membagi kebahagiaanku dengan orang lain. Jad
Di dalam sebuah kamar yang berantakan, buku yang berserakan di atas lantai, dan komputer yang masih menyala, aku terbaring lemas di atas ranjang dengan selembar selimut bercorak bunga yang tebal.Pagi ini, hujan masih turun deras. Angin berembus kencang. Kucoba meraih sebuah handphone di atas nakas tanpa merubah posisi tidur. Satu pesan belum terbaca. Dari detail pesan yang ditampilkan pada layar hanphone. Pesan tersebut dikirim 30 menit yang lalu pada pukul enam pagi.Dari: 08xxxxxxxxxxx‘Hai, Rio!Maaf, ya, kalau tiba-tiba ngilang gitu aja. Aku takut. Setelah kamu tahu kalau aku akan pindah, kamu mungkin akan sedih. Karena itu, aku lebih baik nggak bilang sama kamu. Aku nggak akan sanggup ngelihat wajah sedih kamu.Aku berterima kasih untuk setiap perjuangan kamu yang sudah berusaha ngehibur aku di kala sedih. Pertemuan kita punya arti yang sangat penting dan nggak bisa aku lupain. Karena itu, setelah aku nggak ada nanti,
Tepat jam 7 malam, hujan kembali turund deras, mengguyur bumi. Aku mengurung diri di dalam kamar sembari memandangi guyuran hujan dari celah-celah jendela.Musim hujan sudah tiba ....Aku segera berbaring. Kutarik selimut tebal di ranjang. Menyelimuti diri, mencoba menepis dingin yang kian menusuk. Sedangkan pikiranku masih terbayang-bayang tentang gadis anggun bersenyum elok, Kalisa.Dalam hati, aku terus memohon kepada Tuhan untuk melindunginya. Tidak menutup kemungkinan bahwa aku bisa saja berpisah dengan Kalisa. Namun, yang selama ini kupikirkan ialah, apakah gadis anggun itu akan bahagia ketika melakukan sesuatu yang berlawanan dengan keinginan hatinya? Tidak mungkin ia akan bahagia. Kalau pun suatu saat ia menampakkan wajah bahagianya, itu pasti adalah suatu cara seorang gadis untuk menutupi kepedihannya.Sungguh malang. Di saat-saat seperti ini aku tak dapat melakukan apa pun untuk dirinya yang benar-benar membutuhkan.--xxx--
6 hari telah berlalu, ujian telah berakhir. Kini semua siswa-siswi harus bersabar menunggu hasil ujian dibagikan. Semester dua merupakan babak untuk menentukan siapa yang berhak naik kelas selanjutnya dan siapa yang pantas untuk tinggal di kelas. Dalam arti mengulang setahun lagi. Setiap siswa-siswi sudah memiliki rencana di kelas selanjutnya seperti: keahlian apa yang harus mereka dalami dan menentukan akan jadi apa mereka di masa depan. Walau terdengar cukup enteng, tapi menggapai impian di masa depan bukan hal yang cukup mudah.Berbeda denganku, dengan hidup yang selalu santai, pikiran untuk menentukan semua itu sama sekali tidak pernah terlintas di benak. Aku tidak harus mengikuti arus. Aku mesti melihat lebih jauh lagi tentang diriku. Mengeksplorasi diri sendiri adalah hal utama untuk dapat mengetahui hal apa yang cocok dan tidak cocok bagi diri. Dengan begitu, aku dapat mengetahui apa yang sebenarnya aku inginkan. Ingin menjadi apakah aku di masa depan tidak semata-mata
“Debaran rindu terus menggebu. Ketika kedua mataku tak dapat menjangkau indahnya kasihmu, biarkan dunia di dalam fantasiku menyentuh kulit terangmu, sehingga gundah tak lagi menyapa.”Pukul 6.30 pagi pada hari senin, awan hitam mulai bergerak cepat, diembuskan sang angin. Tak lama kemudian, setitik demi setitik hujan mulai mengguyur seluruh jagat raya. Hujan bertambah deras. Kucari tempat untuk berteduh, mencoba melindungi diri dari guyuran hujan.Tepat di sebuah kawasan pertokoan yang biasa aku lalui ketika berangkat ke sekolah, aku berlindung dari derasnya hujan. Padahal hari ini sedang berlangsung ujian semester dua di sekolah.“Rio!”Aku segera menoleh, mencari sumber suara. Tepat di sebelah kanan, seorang gadis berambut sebahu yang tak lain adalah Clara. Senyumnya mengembang. “Eh, Clara?! Kamu kehujanan juga?” ujarku spontan, sedikit terkejut karena baru menyadari ga
Gadis berambut sebahu yang dihiasi pita manis berwarna merah muda. Gadis yang merupakan teman sekelasku ini tampak sedang menunggu seseorang. Disedekapkan tangan sambil kedua matanya sibuk melirik ke jalan yang ramai di depan sekolah. Gadis yang aku maksud tak lain adalah Clara, yang baru saja aku kenal, walaupun nyatanya Clara memang teman sekelasku.Clara menolehkan pandangan, mata kami saling bertemu setelahnya. “Rio. Mau pulang?”“Iya. Kamu sedang nungguin siapa?” aku bertanya seraya terus berjalan.“Aku justru lagi nunggu kamu, loh!” Senyum Clara melebar. Kedua pipinya yang seperti bakpao semakin menggemaskan.“Nu-nungguin aku? Emang mau ngapain?” Aku belum mengerti maksud Clara.“Aku cuma mau jalan bareng sama kamu aja, kok. Kita, kan, teman sekelas.”“Benar juga, sih. Rumah kamu di mana?”“Rumah aku satu jalur sama rumah kamu.”Justru jaw
“Benih cinta tumbuh dari pandangan di kedua matamu. Kemudian, tersirami kebersamaan dan kedekatan. Menjadi indah ketika kita saling tersenyum. Menenangkan.”Aku berlari secepat kilat, melewati gerbang sekolah dengan selamat. Kuhentikan langkah dengan posisi setengah berdiri dan kedua tangan berada di lutut. Terengah-engah, aku mengembus dan menarik napas. Sedangkan bulir keringat juga mulai menyembul melalui pori-pori kulit di leher dan keningku.“Wah, wah! Kamu nggak pernah absen terlambat, ya. Setiap hari kamu terus yang jadi langganan.” Pak Satpam berdalih sambil menutup pintu gerbang.Tak heran. Apa yang dikatakan satpam sekolah tadi memang kenyataan. Meski berkata seperti itu, aku hanya terdiam, tak merespons apa yang dikatakannya.Ketika napas sudah mulai teratur, dengan perlahan kuhadapkan wajah ke depan. Aku melihat sepasang mata mengerikan dengan segores ker
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments