All Chapters of Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan : Chapter 61 - Chapter 70

184 Chapters

61. Kelvin Dan Double Trouble

‘Apa dia lihat baju yang aku ambil sebelum aku mandi tadi?’ batin Amaya tak habis pikir. Sehari saja ... apa Kelvin itu tak bisa diam dan tak mengatakan sesuatu yang memalukan padanya? Padahal dia baru minta maaf soal mengatainya kuda lumping, tapi hari ini sudah menemukan bahan lain untuk mengejek Amaya. Ia menyaksikan ke mana pria itu menjauh, seringai di salah satu sudut bibirnya terlihat penuh dengan kepuasan saat ia menyusul Arsen yang sudah meluncur lebih dulu di atas arena ice skating, meninggalkan Amaya yang mau tak mau harus menjadi sebatas penonton. “Nyebelin banget,” gumamnya kesal. “Kalau tahu begini aku nggak mau ikut tadi.” Mungkin sekitar setengah jam kemudian paman dan keponakan itu menepi. Amaya membiarkan mereka melepas atribut keselamatan sekaligus sepatunya sekalian dan mengembalikannya pada petugas. “Sendirian?” tanya sebuah suara yang membuat Amaya tersentak. Ia menoleh ke sisi kanannya. Seorang lelaki tak dikenalnya mendekat dan mengajaknya bicara. “K-ka
last updateLast Updated : 2024-10-21
Read more

62. Bibir Julid Arsen

Meski ia ‘dihajar’ hampir seharian oleh Amaya dan Arsen, akhirnya Kelvin berhasil membawa mereka pulang setelah Arsen mengeluh lapar dan ingin makan pizza. Berhubung tak ada menu yang dimintanya, maka Kelvin melobinya untuk pulang, sekalian membeli makan di perjalanan.Entah apa yang dipikirkannya sedari tadi, tetapi Amaya melihatnya terus tersenyum saat mereka duduk di ruang makan pada malam harinya.“Kenapa tersenyum begitu?” tanya Amaya, membuka percakapan di meja makan malam bersama dengan Arsen yang akan dijemput oleh Gafi sebentar lagi.“Uncle Vin pasti senang karena tadi main di Fantasy Land seharian, Aunty May,” jawab Arsen lebih dulu.Pria itu menoleh pada Arsen yang duduk di sebelah kanannya, berseberangan meja dengan Amaya yang menyaksikan interaksi mereka.“Uncle Vin yang senang, atau kamu?” tanya Kelvin, menepuk puncak kepalanya. Sementara yang ditanya menunjukkan barisan giginya yang kecil saat menjawab, “Arsen sih.”“Habiskan makanmu, Sen!” sela Amaya. “Kamu mau ngina
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

63. Mau Di Atas, Atau Di Bawah?

“Ada apa, Kak Gaf?” tanya Amaya yang sudah berdiri sedikit menjauh dari ruang tengah. Kakak lelakinya itu berhenti melangkah. Ia memutar tubuhnya pada Amaya sehingga kini mereka berdiri berhadapan. Gafi tak serta-merta menjawab, melainkan lebih dulu mengeluarkan ponsel dan menyerahkannya pada Amaya. “Itu informasi yang didapat sama orangnya Kakak,” ucap Gafi pertama-tama. “Mereka udah bisa nemuin siapa yang mengunggah video syur kapan hari di forum mahasiswa dan nyebut kalau itu kamu.” Bibir Amaya terbuka tetapi tak bisa mengeluarkan sepatah kata. Di layar ponsel Gafi menunjukan bahwa pemilik akun anonim tersebut adalah orang yang ia kenal. Bukan hanya sebatas kenal, melainkan ia kenal dengan baik karena mereka pernah sangat dekat seumpama diri dengan nadi. Miranda. “Itu punya Miranda, May,” kata Gafi. Ia memandang perubahan wajah Amaya yang tampak sangat marah tetapi ia tidak tahu harus mengekspresikannya bagaimana. Amaya mengembalikan ponsel tersebut pada si pemiliknya diir
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

64. Diam-diam Memiliki Rasa

“Eh—nggak! Bukan gitu maksud saya,” jawab Amaya dengan cepat. “Maksudnya tuh ... biar saja aja yang tidur di sofa, Bapak yang tidur di sini,” tunjuk Amaya pada ranjang yang tak jauh dari tempatnya berdiri. “Nggak apa-apa, pakai aja!” tanggapnya tak keberatan. “Tapi nanti kalau pagi Pak Kelvin ngeluh lagi?” “Emang saya pernah ngeluh apa?” tanya Kelvin balik. Salah satu alisnya terangkat, tampak antusias mendengar Amaya yang mau mengajaknya bicara. Padahal jika sudah masuk ke dalam kamar, biasanya di antara mereka yang terjadi adalah kecanggungan sehingga ia lebih banyak diamnya. “Pak Kelvin ‘kan sering bilang pas bangun tidur kalau kaki Bapak terasa kaku kayak kakinya belalang sembah,” jawab Amaya polos. Yang tentu saja membuat Kelvin tertawa. “Itu hanya perumpamaan kok, tidurlah di sana ... saya baik-baik aja.” Amaya tak ingin mendebatnya lagi, melihat Kelvin yang meraih bukunya membuat Amaya memilih untuk menyudahi percakapan itu. Pria itu memang lain, setidaknya beg
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

65. Akibat Fatal

“Aku udah mau bilang ini dari kemarin-kemarin, Ram,” ucap Miranda. “Tapi aku masih belum yakin jadi aku mau pastiin dulu. Tadi aku pakai test pack, dan hasilnya garis dua.” Tangan Rama yang semula merangkul Miranda perlahan terlepas. Tatapan penuh kehangatan yang tadi menghujaninya sirna secara cepat. Pemuda itu satu langkah mundur dan menjaga jarak dengan Miranda. Melihat perubahan ekspresinya membuat Miranda sesak. “Ram—“ panggil Miranda yang seketika dihentikan oleh pemuda itu. Seakan ia tak ingin mendengar Miranda lagi. “Kamu ... hamil?” ulangnya. Miranda menganggukkan kepalanya, “Iya, aku hamil.” “Terus? Kenapa kamu ngomong ke aku?” tanya Rama yang membuat sepasang bola mata Miranda melebar. Bibirnya terbuka, tanpa ada sepatah kata yang keluar dari sana. Sesak memenuhi sanubari saat ia lambat-laun menyadari bahwa lelaki yang puluhan kali bertukar keringat dengannya ini jelas tak akan mengulurkan tangannya untuk bertanggung jawab. “Kamu mau bilang kalau aku ayah dari an
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

66. “Saat Pria Dingin Jatuh Cinta,” Ucap Mereka

“Daebak!” Seketika pecinta drama Korea mengeluarkan kalimat-kalimat mereka.“Apa begitu wujud cowok dingin yang udah jatuh cinta?” celetuk salah seorang mahasiswa yang duduknya jarak beberapa meja di belakang Amaya.“Kalau bener sih kepingin juga dibucinin yang modelnya kayak Pak Kelvin.”Jika tak ada peringatan agar mereka menjaga nada bicara dan mengendalikan kegaduhan, mengingat ini adalah perpustakaan dan barangkali banyak yang terganggu, celotehan masih akan bersahut-sahutan.[Apa yang Bapak lakuin di sini?]Itu tertulis di atas kertas yang ada di tangan Amaya, yang ia sodorkan pada Kelvin, berharap ia mengerti maksudnya dan menyadari keadaan di sekitarnya sedang tidak baik-baik saja sehigga memutuskan untuk pergi dari sana.Amaya melihatnya mengeluarkan pena dan membalas dengan kalimat yang ia tulis di bawah tulisan tangannya.[Kamu nggak suka saya duduk di sini?]“Terlalu mencolok,” kata Amaya, berbisik selirih mungkin tetapi masih dalam jangkauan Kelvin.Kelvin mengedarkan pan
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more

67. Seranjang Tanpa Sentuhan

Mata Amaya terpejam tak berdaya membaca pesan dari Kelvin. Dan itu memnag tidak salah, mereka semalam memang tidur di satu ranjang yang sama. Setelah Kelvin mendengarkan cerita Amaya tentang bagaimana ia harus menghadapi Miranda dan memberi keputusan bahwa ia akan lebih dulu bicara dengan temannya itu, Amaya meminta Kelvin agar pindah ke tempat tidur saja. ‘Bapak yang tiap hari kerja, masa harus terus tidur di tempat yang nggak nyaman?’ ungkapnya semalam pada Kelvin yang duduk di sofa. ‘Betulan saya boleh tidur di situ sama kamu?’ Kelvin pun juga memperjelasnya, memastikan Amaya yakin dengan keputusan yang ia berikan. ‘Iya, asalkan ... Bapak jangan khilaf aja sih.’ ‘Saya nggak akan memaksamu untuk melakukan apapun dengan saya,’ tanggap Kelvin. ‘Saya menghargai keputusanmu.’ Mereka berakhir dengan tidur di atas ranjang yang sama, dengan dipisahkan bantal di tengah dan boneka pororo milik Amaya. Meski awalnya sedikit tidak nyaman, dan rasanya sangat canggung dan aneh karena mereka
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more

68. Saya Tak Peduli Apa Kata Orang

Amaya sedang sibuk di wastafel yang ada di dapur saat ia mendengar suara langkah kaki familiar Kelvin yang mendekat seraya menyapa, “Selamat sore.”“Sore,” jawab Amaya seraya menoleh pada kedatangannya.Pria itu melepas ransel miliknya ke kursi ruang makan sebelum menghampiri Amaya dan mengintip apa yang ia lakukan.“Ngapain?” tanyanya.“Mau bikin cumi pedes,” jawab Amaya. “Bapak mau nggak?”“Mau, tapi kenapa kamu yang masak? Bi Mara mana?”“Ada, lagi ruang laundry,” jawabnya sekali lagi. “Bapak baru pulang? Kenapa agak lambat?”“Ada urusan sebentar sama Arsha tadi,” katanya kemudian menuju ke lemari pendingin, mengambil air minum dan kembali mendekat pada Amaya.Kelvin tak bisa menahan senyum melihat pipi Amaya yang memiliki noda kehitaman, pasti dari tinta cumi yang sibuk ia bersihkan itu, setidaknya begitu yang ia pikirkan.“Mau saya bantu nggak?” tawar Kelvin saat kembali mendekat pada Amaya.“Nggak usah, nanti aja kalau udah siap saya akan panggil Pak Kelvin.”“Kalau saya maksa?”
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

69. Mau Kencan Dengan Saya?

“Iya, anak-anak muda mungkin menyebutnya ‘nge-date’?” Amaya meremas jemarinya yang ada di atas meja, mata mereka bersirobok dalam hening yang cukup lama. “K-kenapa tiba-tiba aja ngajak nge-date?” tanya balik Amaya. “B-Bapak cuma bercanda, ‘kan?” “Nggaklah, buat apa saya bercanda?” tanggapnya. “Kak Gafi bilang ke saya kalau di kafenya Kak Serena ada menu baru yang hari Jumat launching, jadi saya mau ngajakin kamu pergi ke sana.” Amaya mengangguk senang, “Boleh,” jawabnya. “Kalau kamu mau pergi ke tempat yang lain setelah dari kafenya Kak Serena, bilang aja ke saya.” “Hm ... mau ke mana emangnya?” sangsinya. “Mungkin nonton bioskop, karena kapan hari ‘kan kamu bilang kalau kurang suka sama film pilihannya Randy, jadi sekarang mungkin kamu bisa milih film yang kamu sukai?” Terdengar sangat menyenangkan, membayangkan ia menghabiskan waktu akhir pekannya dengan Kelvin saja membuat pipinya memanas. Kelvin adalah pria pertama yang membuat jantungnya bertalu sehebat ini. Hal yang t
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

70. Kencan Pertama Kita

“Apa maksud kamu bicara seperti itu?” tanya Kelvin, sendok dan garpu yang ada di tangan pria itu jatuh ke atas piring dengan sedikit kasar. Meski wajahnya terlihat tak mengalami banyak perubahan, tetapi Amaya bisa mendengar serak rasa muak yang tersirat dari caranya berucap. “Bukannya saya benar?” tanya Caecil balik, “Selama ini Bapak perhatian ke saya, dan saya dekat sama Pak Kelvin itu biar Bapak nggak dicap sebagai penyuka sesama jenis! Tapi kayaknya usaha saya sia-sia karena setelah rumor itu nggak ada, Bapak malah blokir saya kayak begini!” Karena atmosfer di sekitar mereka berubah menjadi tegang, dan puluhan pasang mata yang datang ke kafe untuk menikmati launching menu baru sepertinya mulai terganggu dengan keributan yang mereka buat, Kelvin menghela dalam napasnya. Matanya terpejam sejenak sebelum suaranya yang tenang mencoba menegur Caecil. “Saya nggak pernah merasa berlebihan memperhatikan kamu,” ucapnya pertama-tama. “Saya berlaku adil pada semua mahasiswa saya, C
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more
PREV
1
...
56789
...
19
DMCA.com Protection Status