All Chapters of Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan : Chapter 71 - Chapter 80

242 Chapters

71. Ingin Dekat Tanda Sayang

“Aku berhak ngatur dengan siapa dia dekat atau nggak dekat, termasuk buat ngejauh dari makhluk-makhluk kayak kamu ini!” jawab Amaya sama lantangnya. Jika tak ada otot penahan, mungkin bola matanya telah lepas berhadapan dengan Caecil. Gadis itu mendengus, tawanya lirih saat berdecak, “Kamu bilang biar aku nggak bikin keributan,” katanya. “Tapi kamu sendiri yang teriak, May! Emangnya ini kafe punya bapakmu?” “Abangku lebih tepatnya!” jawab Amaya. Alis Caecil berkerut, ia melirik pada seorang pria yang mengenakan apron di pinggangnya yang berdiri tak jauh dari salah satu meja pengunjung. Wajahnya terlihat sangat mirip dengan Amaya. Di matanya, tak mungkin itu adalah seorang waiter biasa karena dari sini Caecil melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya berasal dari merek mewah yang berharga lebih dari satu milyar. Ia menelan ludahnya dengan gugup saat Amaya bersedekap dan satu langkah mendekat padanya. “Pergi nggak!” usir Amaya sekali lagi. “Kalau kamu ngga
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

72. Sentuhan Tangan

“B-Bapak ngomong apa sih?” tanya Amaya setelah keheningan terjadi selama beberapa saat. “Kamu mendengarnya, kenapa saya harus mengulanginya lagi?” tanya balik Kelvin. Pria itu menegakkan tubuhnya kemudian menepuk puncak kepala Amaya dan memberinya jalan untuk lewat. “Ganti sana, saya tunggu kamu buat nonton drama.” Rasanya jantungnya hampir lepas! Amaya meremas pakaian tidur yang ia bawa erat-erat saat menuju ke kamar mandi. Angannya tak berhenti mengulang, ‘Apa artinya dia sayang sama aku?’ Jika praduganya ini salah, lalu apa artinya ‘Memang sudah begitu’ dan ‘Kamu mendengarnya’? Tapi jika benar, kenapa Kelvin tak pernah mengatakan perasaannya yang sebenarnya pada Amaya? Saat ia berjalan keluar dari ruang ganti, Kelvin duduk di sofa di dekat ranjang. Senyum dan lesung pipinya terlihat saat ia menyambut Amaya dan menepuk sofa di sebelah kanannya seraya berujar, “Duduk sini.” Amaya melakukannya, ia duduk di samping kanan Kelvin saat pria itu menunjuk pada layar besar te
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

73. Lebih Dari Tetangga

“Berisik!” sahut Kelvin, mengusap wajah Arsha dengan kesal dan mendorongnya agar ia segera berdiri di depan vending machine untuk mengambil minuman. Mahasiswa yang ada di sana bersorak untuk Kelvin dan Amaya, yang mulai bingung harus mengelak dengan cara apa karena jika hal seperti ini semakin sering terjadi, maka orang-orang tak akan lagi percaya bahwa ia dan Kelvin tak hanya sebatas bertetangga. “Ciye ...” bisik Alin yang ditanggapi oleh Amaya dengan menyenggol lengannya. “Jangan ikutan!” peringatnya yang hanya disambut tawa oleh Alin. Bisikan semakin riuh di sekitar mereka, apalagi saat di depan semua orang Kelvin masih sempat melirik pada Amaya meski gadis itu tak memperhatikannya. Amaya sedang sibuk menata pikiranya yang bergelombang ke sana ke mari. Kacau-balau dengan hanya sentuhan Kelvin di tangannya. Perutnya membeku, dipenuhi kepakan sayap kupu-kupu yang membuat darahnya berdesir lebih cepat. Jika Alin tak memintanya untuk memilih pesanan, Amaya pasti akan masih ter
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

74. Hasil Petualangan Ranjang

“G-gugurkan?” ulang Miranda dengan sepasang mata yang berair. Ia menatap Rama, bibirnya gemetar menahan tangis sewaktu pemuda itu meloloskan kalimat dengan begitu mudahnya.“Iya, gugurkan! Kalau kamu nggak mau hamil ya gugurkan aja. Simple, ‘kan?” Rama melepas tangannya dari dagu gadis itu, sentakannya membuat Miranda beberapa langkah mundur ke belakang. Memutuskan menjaga jarak karena takut Rama melakukan sesuatu yang buruk melihat betapa nyalang tatap matanya.“Ram, dia hidup di dalam sini,” kata Miranda, serak dan gemetar. “Dia bukan benda mati, gimana bisa kamu ngomong biar aku gugurin saja begitu sementara kita—”“Bikinnya dengan penuh cinta?” potong Rama yang seolah tahu apa yang akan ia katakan.“I-iya.”Rama justru tertawa mendengar itu. Ia terkekeh dan mendekat pada Miranda yang masih sebisa mungkin menjaga air matanya agar tidak luruh.“Tapi aku nggak pernah cinta sama kamu, Miranda!” katanya. “Kayaknya mimpimu deh yang ketinggian dengan berharap kalau hubungan kita itu a
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

75. Kejantanan Dalam Bahaya!

"Saya? Meninggalkanmu?" ulang Kelvin, menunjuk pada dirinya sendiri. Sedang Amaya mengangguk membenarkannya, "Pak Kelvin 'kan barusan bilang kalau Bapak mau pergi ke luar negeri?" "Saya punya rencana buat ambil PhD, Amaya," jawabnya. "Bukan untuk meninggalkanmu." "PhD? Di ... mana?" "Austria, Singapore, London, ada banyak universitas yang saya pikirkan, tapi belum memutuskan akan pergi ke mananya." Amaya melihat senyum manis Kelvin yang memiliki lesung pipi saat mengatakan hal itu. Ekspresinya hampir sama dengan saat ia menyebut 'Ada perempuan lain yang lebih saya sukai daripada Caecil' tempo hari saat Amaya dirawat di rumah sakit. Matanya yang berbinar dan senyumnya yang cerah bisa kembali dilihat oleh Amaya saat ia mengatakan bahwa ia akan pergi ke luar negeri untuk mengejar gelar PhD. 'Apa Kelvin ingin pergi ke luar negeri karena ada perempuan yang dia sukai itu?' batin Amaya menerka. 'Makanya dia kelihatan senang?' "Terserah Pak Kelvin," jawab Amaya seraya memalingkan waj
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

76. Di Bawah Langit Kelabu Amore

Amaya tak bisa menahan senyumnya sewaktu melihat Kelvin pagi ini. Pria itu masih duduk dibalik meja di dalam ruangan tempatnya baru saja selesai memberikan materi.Ia mempersilahkan para mahasiswa untuk lebih dulu keluar dari sana, karena ia masih sibuk dengan sesuatu di laptopnya.Itu hanya modus, Amaya tahu!Kelvin hanya tak ingin cara jalannya yang sedikit aneh itu terlihat oleh para mahasiswa. Meminimalisir banyak pasang mata yang melihatnya secara dekat karena tadi pagi ia masih mengeluh bahwa organ vitalnya masih sedikit nyeri akibat tekanan masif yang kemarin dilakukan oleh Amaya.“Mari, Pak Kelvin,” ucap Alin yang berjalan keluar lebih dulu bersama dengan Randy.“Silakan.”Dua teman Amaya itu sedikit lebih tertinggal di belakang dibandingkan Naira yang sudah kabur lebih dulu karena ingin ke kamar mandi.Amaya pun juga bangun dari duduknya dan berjalan ke depan. Sisa beberapa mahasiswa yang ada di dalam dan memperhatikan keduanya.“Saya duluan, Pak ....” kata Amaya, menundukkan
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

77. Jangan Takut, Saya Di Sini

Amaya berlutut di samping Miranda, orang-orang yang ada di dalam kafe yang mendengar teriakannya berhamburan keluar. Sama terkejutnya melihat Miranda yang tergeletak di sana dengan keadaan bibir yang mengeluarkan darah. “Dia jatuh dari lantai dua,” sebut salah satu pengunjung kafe. “Iya, aku tadi juga lihat dari jendela.” Amaya menengadahkan wajahnya. Di atas itu—di lantai dua kafe—memang ada rooftop-nya. Tempat di mana sebelumnya Miranda ia duga berada di sana sebelum jatuh. Karena sudah ada yang memanggil ambulans, Amaya memilih untuk berfokus pada Miranda. Memastikan ia bertahan sebentar sampai petugas medis datang. “Mir?” panggil Amaya, meraih tangan Miranda saat temannya itu seperti akan kehilangan kesadarannya. “M-May—“ sebutnya lirih, tersengal karena darah mengucur keluar dari bibirnya. yang Amaya takutkan hanya satu, Miranda gagar otak karena jatuh dari jarak yang cukup tinggi. “Iya, aku di sini. Sama aku terus, Mir. Buka matamu! Nggak—jangan ditutup begini!” pinta Am
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

78. Sebuah Ketidaksengajaan Atau ....

Sepasang mata Amaya membola mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh kakak lelakinya. Ia berpikir, ‘Pantas saja tadi dokter mau langsung bicara sama orang tuanya, ternyata ....’“Dokter bilang kalau dia lagi hamil,” ulang Gafi. “Sekitar sembilan sampai sepuluh mingguan, dan tentu saja itu keguguran,” terangnya. “Dia mengalami pendarahan di kepalanya, makanya kondisinya sedikit agak buruk.”Amaya seperti membeku mendengar semua keterangan itu.Tak ia sangka pertemuannya dengan Miranda akan berakhir dengan cara seperti ini.“Kakak akan bilang ke ibunya Miranda,” ucap Gafi. “Tapi beliau ‘kan—“ Amaya berhenti bicara, menatap Gafi yang kedua bahunya sekali lagi merosot. “Kita nggak punya pilihan, May,” kata Gafi, tampak berat mengambil keputusan juga. “Kita nggak mungkin menyembunyikan ini juga, ‘kan? Kakak sama Galen—“ Gafi sekilas menoleh pada sekretarisnya yang sedang mengurus keperluan administrasi di seberang sana. “Kakak sama Galen akan bilang soal dia yang jatuh aja, nanti soa
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

79. Saya Tak Menyesal Menikah Denganmu

“Apa jangan-jangan sebelumnya Miranda sama Rama?” tanya Amaya, hampir terhenyak bangun dari duduknya. “Jangan bilang hal ini ke siapapun dulu,” jawab Kelvin. “Kita hanya sedang menduga karena biar gimanapun itu suspicious, ‘kan?” Amaya mengangguk lebih dari satu kali, “Iya,” jawabnya setuju. “Tapi saya rasa apa yang Pak Kelvin bilang itu masuk akal kok, beberapa kali emang saya selalu lihat pas nggak sengaja ketemu Miranda tuh dia selalu berantem sama Rama. Terus kalau nggak gitu ... dia lagi nangis. Bukannya bisa jadi dia minta Rama buat tanggung jawab tapi cowok itu nggak mau?” “Dan mungkin juga udah lebih dari satu kali Miranda minta pertanggung jawaban dari mantan pacar kamu itu,” imbuhnya. “Terus karena merasa tertekan, akhirnya Rama kesal dan ngedorong Miranda jatuh dari rooftop,” simpulnya. Amaya merinding dengan hasil dugaannya ini. Ia bukan bermaksud berpikiran buruk atau menuduh Rama, hanya saja ... kebetulan-kebetulannya hampir bisa dikatakan ‘sempurna’ untuk membuat
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

80. Jawaban Abu-abu Membuat Ragu

Pagi hari ini, Amaya sedang berada di dalam mobil yang dikemudikan oleh Kelvin meninggalkan rumah. Mereka tak langsung menuju kampus melainkan terlebih dahulu pergi ke rumah ibunya Miranda.Amaya menoleh sekilas ke belakang, memastikan barang bawaannya aman di kursi penumpang. Ia bawakan makanan dan beberapa bahannya untuk Hesti—ibunya Miranda—agar wanita paruh baya itu setidaknya memiliki persediaan di rumah mengingat kondisinya yang kurang sehat untuk bepergian ke sana ke mari.“Kamu masih kesal sama saya?” tanya Kelvin, membuat Amaya yang tadinya memandang ke luar melalui jendela di sisi kiri segera menoleh kepadanya.“Kesal kenapa?” tanya Amaya balik.“Yang di kamar mandi.”“Nggak tuh,” jawab Amaya. “Pak Kelvin ‘kan udah taruh baju saya di luar, jadi yang semalam Bapak ngejekin saya bisa dimaafkan.”Kelvin tersenyum mendengarnya. Senyum yang sama yang bisa dilihat oleh Amaya saat semalam—setelah ia ‘terjebak’ di dalam kamar mandi tanpa membawa pakaian ganti—sewaktu melihatnya mun
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more
PREV
1
...
678910
...
25
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status