Semua Bab Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan : Bab 131 - Bab 140

184 Bab

131. Yang Matang Memang Menantang

Kelvin tak bisa membendung senyumnya tatkala wajah kesal Amaya semakin menjadi-jadi. Ia tertawa lirih sebelum mencondongkan tubuhnya ke depan dan berbisik, "Maaf, hanya bercanda, Sayang ...." katanya. "Aku tahu kamu mencintaiku, sudah banyak buktinya. Nggak perlu bilang 'I love you' pun aku tahu kamu tulus kok." Jika ini di rumah, atau bukan di tempat umum dan keadaan Amaya tidak 'berdarah-darah' seperti ini, Amaya pasti sudah mencubit lesung pipi di wajahnya itu. Kelvin terlihat bangun dari duduknya. Pria itu berdiri seraya membawa coat panjang miliknya dan berujar, "Berdirilah pelan-pelan, aku akan menutupinya dengan coat ini." Amaya mengangguk. Ia lakukan perintah Kelvin, berdiri pelan-pelan dan sebelum tubuhnya sempurna menjadi tegak, coat panjang milik Kelvin sudah singgah di tubuh bagian belakangnya, menutupi noktah merah sebesar piring yang ada di bawah pinggulnya itu. Seolah mengabaikan semua pasang mata yang menyaksikan apa yang mereka lakukan, Kelvin justru memba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-25
Baca selengkapnya

132. GREEN FLAG

Amaya dengan cepat menyelesaikan urusannya di dalam bilik kamar mandi itu. Ia pisahkan pakaiannya yang kotor bersama dengan coat panjang milik Kelvin pada paperbag yang besar sementara obat dan beberapa makanan serta minuman yang dibelikan oleh Kelvin pada paper bag lain yang lebih kecil. Ia keluar dari sana dan menyadari kamar mandi yang tak sesepi sebelumnya. Ia mencuci tangan dan dengan cepat meninggalkan tempat itu untuk menuju ke ruang—tempat di mana ia akan menghadiri kelas paginya. Dengan langkah yang sedikit gegas akhirnya ia tiba, dan cukup terkejut melihat Kelvin rupanya ada di dalam sana, tengah duduk seolah pria itu sedang menjaga tas miliknya. Amaya melihat beberapa temannya yang menahan senyum sewaktu ia datang dan memasuki ruangan. Termasuk Alin dan Naira yang sepertinya juga baru datang dan tak bisa mencerna apa yang terjadi sekarang ini. "Terima kasih," ucap Amaya saat tiba di samping meja, tempat di mana Kelvin duduk di sana dan menyambutnya dengan seulas senyu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-25
Baca selengkapnya

133. Tips Mengunjungi Calon Mertua

Kelvin pergi setelah mengatakan itu pada Ziel. Senyum tipisnya terukir saat wajah pemuda itu tak bisa menyembunyikan rasa kesalnya. 'Biarkan saja,' pikir Kelvin dalam hati. 'Ada baiknya memperingatkannya sejak awal daripada dia terus berharap.'Karena jika Ziel terus merasa ia masih mempunyai kesempatan untuk memiliki Amaya, tak ada yang menjamin keinginan itu akan berubah menjadi obsesi.Kelvin hanya menerapkan batas dan membuka matanya lebar-lebar, bahwa yang tengah diharapkannya itu adalah istri orang. Sampai sana ... harusnya ia paham!Memasuki ruang dosen, ia disambut oleh Arsha yang menghampiri mejanya. Temannya itu sedikit menyipitkan mata melihat kedatangannya sebelum bertanya, "Dari mana, Vin?""Bukan urusanmu," jawab Kelvin singkat. Ia lebih memilih duduk di kursinya sementara Arsha mengetukkan jari telunjuknya ke atas meja."Kamu masih kesal loh sama aku sampai hari ini, Vin," katanya. "Maaf, aku 'kan udah bilang nggak bakalan ngajakin kamu ketemu sama perempuan lain at
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-26
Baca selengkapnya

134. Gigitan Kecil

Sepulang dari kampus, Amaya yang lebih dulu tiba di rumah seperti akan menghabiskan waktu dengan berbaring sepanjang hari. Tidak biasanya perutnya sakit seperti ini saat datang bulan. Sekalipun sakit, tidak separah ini, tidak melilit dan membuatnya seolah dicengkeram dengan sangat kuat. Ia meringkuk di bawah selimut, berusaha memejamkan mata untuk mengalihkan rasa sakit itu seandainya ia bisa tertidur. "Padahal udah minum obat pereda nyerinya loh," gumamnya sendirian. Ia mendengar pintu kamar yang terbuka, wangi parfum maskulin pria yang disukainya itu menguat saat suara langkah kakinya mendekat. Kelvin. Amaya yakin itu adalah Kelvin. "Sayang," panggilnya. Baritonnya yang hangat terdengar begitu dekat dengan Amaya sehingga ia membuka mata dan menjumpai Kelvin yang naik ke atas tempat tidur dan mengusap pipinya. "Kamu baik-baik aja?" tanyanya khawatir. Mungkin karena melihat bibir pucat Amaya. "Iya," jawab Amaya. "Cuma nyeri aja, padahal nggak biasanya begini." "Mau pergi ke r
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-26
Baca selengkapnya

135. (Berusaha) Lepas Dari Bayang-bayang

Di rumah sakit tempat Rama dirawat pasca ia overdosis, pemuda itu tidak semurung sebelumnya. Ia tengah duduk di bangku taman yang berada tidak jauh dari kamar rawatnya dan terdiam memandang segerombolan pasien anak yang kondisinya membaik tengah bermain tak jauh darinya."Nak, ayo masuk dulu," ajak sebuah suara dari belakangnya yang membuat Rama seketika menoleh dan menjumpai wajah sang ibu, Arimbi. "Iya, Ma," jawab Rama singkat. Ia beranjak menuju ibunya yang menyambutnya dengan seulas senyum hangat. "Besok kamu udah boleh pulang kata dokter, kenapa masih suka ngelamun sih?" tanya Arimbi saat mereka memasuki kamar. "Cuma bingung habis ini ngapain," jawab Rama. "Karena rasanya nggak ada pandangan masa depan.""Seperti yang kamu bilang ke Mama dan Papa, bukannya kamu mau datang ke Jakarta lagi dan minta maaf ke Miranda?" "Benar sih.""Kamu harus bertanggung jawab buat kesalahan itu, Ram," kata Arimbi. "Kalau mau melanjutkan hidup dengan tenang, kamu harus selesaikan satu per satu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-27
Baca selengkapnya

136. Tak Sebaik Yang Terlihat

Di kantin kampus, Randy yang terakhir duduk adalah hal yang dilihat Amaya sebelum ia menyuap makanan yang ia pesan. "Hah ...." desahan berat yang keluar dari bibir Randy membuat Amaya, Alin dan Naira serempak memandangnya. "Kenapa?" tanya mereka bertiga bahkan hampir bersamaan. "Kuliah baru juga mau semester lima, udah ditanyain nanti kalau lulus mau kerja di mana," jawab Randy sebelum mengaduk es teh manis yang ada di hadapannya. "Bukannya itu bikin kita sadar kalau dunia berjalan kayak seharusnya?" tanya Alin. "Bahkan ada yang bilang kalau yang paling sulit pas kita dewasa itu bukan ngerjain skripsi, tapi pas kita masuk di dunia kerja." "Tapi pas ada yang tanya begitu kamu jawab apaan, Ran?" tanya Naira, dibuat penasaran mengingat Randy itu banyak tidak seriusnya saat bicara santai seperti ini. "Aku jawab mau jadi bisnis konsultan." "Emang bakalan ada yang konsultasi sama kamu?" tanya Naira lagi. "Ada, kalau nggak ada aku bakal paksa dia buat mempekerjakan aku," jawab Randy p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-27
Baca selengkapnya

137. Istri Hasil Taruhan

Amaya meremas ujung jarinya saat mendengar percakapan Kelvin dan Arsha yang ada di ruang tengah berlanjut.“Nih, kunci motor baruku.” Suara Arsha kembali terdengar. “Kamu menang taruhannya, Vin.”Amaya yang menyembunyikan dirinya di balik pilar besar di dalam rumah Kelvin mengintip pada dua pria itu.Dengan matanya ia melihat Kelvin menerima kunci motor dari Arsha. Motor baru ia bilang.‘Itu bercanda atau serius?’ tanya Amaya dalam hati. ‘Tapi kalau bercanda pun emangnya boleh ya jadiin orang lain sebagai objek taruhan?’Ia tidak tahu rasa sakit apa yang ada di dalam hatinya ini. Seolah ada duri-duri kecil yang tumbuh dan memenuhi semua ruang kosong di dadanya.Amaya membawa dirinya untuk pergi dari sana, langkahnya terasa gamang saat ia menaiki undakan tangga dan tiba di kamar atas.Ia meletakkan tasnya, setelah mencuci tangan ... kegiatan yang semula ia susun rapi dimulai dari menyelesaikan tugas untuk presentasi besok gagal seketika.Amaya tidak tenang, ia ingin mendengar langsung
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

138. Mau Dibawa Ke Mana?

“Istri hasil taruhan?” ulang Kelvin dengan sepasang matanya yang membola. Jemarinya yang semula menyentuh dagu Amaya pergi tetapi tatapannya justru semakin lekat. Amaya mengangguk membenarkan Kelvin, bahwa ia tak salah dengar saat dirinya menyebut ‘istri hasil taruhan.’ “Kenapa kamu tanya begitu, hm?” tanya Kelvin, alisnya yang lebat berkerut penuh rasa penasaran. “Karena pas aku pulang kemarin kamu bilang ke Pak Arsha kalau kamu menang taruhan,” jawab Amaya. “Dan aku lihat kamu nerima kunci motor baru dari dia.” Kelvin mendorong napasnya, ekspresinya seperti sedang bicara, ‘Astaga ... kamu mendengarnya?!’ “Makanya aku tanya apakah aku ini istri hasil taruhan? Bagi seorang Kelvin Indra ... apakah aku ini hanya sebatas anak kecil yang bisa dipermainkan padahal aku percaya kalau pernikahan yang kita bangun itu adalah sesuatu yang sakral.” Bibir Amaya gemetar. Angannya masih terbagi hingga sekarang. Yang didengar dan dilihatnya kemarin sangat jelas seolah Arsha seperti s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

139. Diam Tapi Lantang

“Masuklah,” ucap Kelvin lirih seraya menyerahkan tas milik Amaya. “Selamat kuliah.”Amaya mendengus saat menerimanya dari Kelvin. Mata mereka tertaut pandang selama beberapa detik sebelum Kelvin tersenyum dan memandang rekannya yang bernama Lucy yang duduk di balik meja. Sekilas melambaikan tangan padanya sebelum akhirnya pergi meninggalkan pintu ruangan.Sementara Amaya dengan gugup masuk dan menundukkan kepalanya dihadapan Lucy seraya berujar, “Maaf terlambat, Bu Lucy,” katanya sungkan.“It’s okay, Amaya,” jawab beliau tak keberatan. “Saya juga baru masuk kok. Silakan duduk.”Amaya mengangguk kemudian menuju ke kursi kosong pada baris ke tiga dari depan.Puluhan pasang mata yang hadir di dalam kelas itu tak henti memandangnya. Sesekali bisikan terdengar, “Ya nggak salah sih, dia emang cantik banget.”“Kalau aku jadi Pak Kelvin juga bakalan aku kejar sampai ujung dunia,” celetuk suara mahasiswa yang datang dari belakang Amaya.Sedang yang dibicarakan merasa sangat sungkan. Amaya han
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

140. Satu Buket Bunga Casablanca

Amaya mengangkat wajahnya sehingga tertaut pandang dengan Kelvin. Kedua bahunya jatuh saat pria itu justru dengan gamblangnya mengatakan, “Saya belikan untuk kamu,” ujarnya. “Abangmu yang bilang kalau katanya kamu minta bunga Casablanca ke dia tapi belum sempat belikan.” Seratus persen sebuah kebohongan! Ia bahkan tidak pernah mengatakan pada Gafi dirinya meminta bunga Casablanca. Amaya melirik pada Arsha yang berdiri di samping Kelvin. Pria itu menunduk menahan senyum. Tahu benar bahwa apa yang dikatakan Kelvin itu hanyalah sebuah akal-akalan saja. “Kamu nggak suka?” tanya Kelvin, menyadarkan Amaya yang sesaat tenggelam dalam lamunan. “S-suka,” jawab Amaya. “T-terima kasih, harusnya Kak Gafi nggak perlu ngomong begitu ke Pak Kelvin.” Akhirnya ia turut berbohong untu menyempurnakan motif. “It’s okay, saya nggak keberatan kok.” Kelvin berlalu pergi setelah mengatakan itu, diikuti oleh Arsha yang mengekor di belakangnya sebelum mereka mengambil duduk di sudut lain kantin. Meningg
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
19
DMCA.com Protection Status