All Chapters of Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan : Chapter 121 - Chapter 130

185 Chapters

121. Menikah Dengan Dosen

"Nggak boleh," jawab Kelvin pertama-tama. "Nggak boleh karena masih kuliah, nikahnya nanti kalau udah pulang kuliah ya ... bagi mahasiswa yang mau nikah sama dosennya, atau dosen yang mau nikahin mahasiswanya, kalian boleh nikah nanti kalau udah di rumah. Nggak boleh kalau pas masih kuliah, apalagi di kelas saya. Kasihan yang jomblo dan baru patah hati. Kalian boleh nikah di gedung, di rumah kalian sendiri, di KUA, di gereja, yang penting bukan di kelas saya, sampai sini bisa dipahami?"Jawaban Kelvin membuat semua mahasiswa yang ada di sana bertepuk tangan dan tertawa. Senyum yang diberikan oleh Kelvin disambut oleh semua mahasiswa dengan sorakan, sebagian besar lainnya tertawa karena Kelvin menanggapi apa yang ditanyakan oleh salah seorang mahasiswa lelaki yang duduk di barisan belakang itu dengan sebuah candaan.Amaya pun tertawa, tak menyangka jawaban seperti itu yang akan diberikan Kelvin."Jadi, Pak—" sahut mahasiswa lain saat suara tawa di dalam sana perlahan mereda. "Mohon iz
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

122. Teman Adalah Maut

Seperti yang disepakati oleh Amaya dan teman-temannya yang lain, ia akan mampir ke kafe di dekat kampus terlebih dahulu setelah kelas mereka usai. Selagi membicarakan apa yang akan mereka pesan, Amaya merasa ia mengenal dua pria yang berjalan beberapa jarak di hadapannya dan lebih dulu masuk ke dalam kafe. ‘Kayaknya itu Kelvin sama Pak Arsha deh?’ tanyanya dalam hati. Alisnya berkerut saat ia yang berjalan paling belakang di antara teman-temannya itu akhirnya mengeluarkan ponselnya. Ia mengirim pesan pada Kelvin untuk bertanya, [Di mana?] TIdak ada jawaban darinya sehingga Amaya sekali lagi mengirim, [Mau aku bawakan sesuatu nggak pas pulang nanti?] Tidak ada balasan sama sekali. Jangankan dibalas, dibaca saja tidak! ‘Apa beneran yang di depan itu Kelvin sama Pak Arsha?’ gumam Amaya sekali lagi. Ia terus melangkah dan berbelok ke Amore—nama kafe yang mereka datangi. Saat Amaya berjalan masuk setelah Randy membukakan pintu, ia telah menemukan kebenarannya. Bahwa pria yang dili
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

123. Serba Salah Di Depan Kucing Munchkin

"Pergi sana!" usir Amaya seraya mendorong dada Kelvin dengan sedikit kuat.Mungkin karena prianya itu tidak dalam posisi yang seimbang sehingga ia limbung di samping kanan Amaya."Jangan ngerayu pas cewek lagi badmood!" katanya kemudian bangun. "Diem aja mendingan!"Kelvin yang terlentang di atas ranjang pun menutup matanya sejenak sebelum menatap Amaya. "Dirayu salah, nggak dirayu salah," tanggapnya. "Ngajakin ngomong salah, apalagi ngediemin. Nanti kalau diam saja ke kamu, kamunya pasti bilang, 'Gitu ya, udah nggak peduli, Mas Vin tuh ngerasa bersalah nggak sih sebenernya udah begitu ke aku'," tirukannya panjang, mengikuti gaya bicara Amaya yang sedikit centil.Dan itu membuat Amaya memukul dadanya yang bidang."Aakh!" teriak Kelvin saat mengusap bekas panas yang tertinggal setelah tangan kecil Amaya menyinggahi dadanya dengan sedikit kasar. "Sayang? Sakit," katanya. "Tangan kecil-kecil udah kayak tongkat baseball, ini masuk kategori KDRT loh, bisa dilaporkan.""Laporin!" sahut Amay
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

124. CEMBURU OH CEMBURU

Amaya baru saja keluar dari perpustakaan tempat ia menghabiskan waktu sebentar bersama dengan teman-temannya. Selagi ia tinggal lebih lama, Alin dan yang lainnya sudah lebih dulu pergi menuju ke kantin. Amaya yang berjalan untuk menyusul mereka secara tak sengaja berpapasan dengan Ziel yang datang dari arah berlawanan. “May,” sapa Ziel lebih dulu. “Halo, Kak Ziel,” balas Amaya seraya menundukkan kepalanya. “Mau ke mana?” “Ah ... ini, nyusul Alin sama yang lainnya di kantin.” “Hm ... padahal aku pikir kebetulan loh kita ketemu,” katanya. “Aku mau bilang kalau teater yang kapan hari kita lihat itu siang ini lagi rehearsal, aku mau ngajakin kamu buat nonton karena kebetulan waktu itu kamu suka, ‘kan?” Bibir Amaya sudah terbuka. Ia hampir menjawab Ziel dengan memberikan sebuah penolakan—karena memang ia ada janji untuk makan siang dengan teman-temannya. Tetapi hal itu ia urungkan sebab sepertinya ia melihat di kejauhan sana ada yang mengawasinya. Kelvin. Melalui sudut mata Ama
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

125. Ciuman—Lewat Sedotan

Amaya benar-benar tercengang dengan apa yang dikatakan oleh Kelvin.Dengan jelas dan gamblang ia mengatakan 'Menginap lagi.''Menginap' sebuah kata yang berdiri sendiri saja sudah sangat berbahaya. Dan Kelvin memberinya imbuhan berupa 'lagi?' yang bisa dimaknai bahwa mereka telah lebih dari sekali melakukannya.Amaya merasa ... jurus andalan Kelvin saat dirinya marah itu selain menggoda adalah membuat Amaya terpaku di depan umum, sehingga ia tak bisa berkutik.Demi agar Kelvin tak mengatakan lebih jauh hubungan mereka, Amaya pasti menurutinya, setidaknya begitu yang Amaya telaah beberapa waktu terakhir ini."Nggak, bukan begitu," jawab Kelvin atas tanya dari Naira. "Maksudnya Mama saya minta saya menginap di rumah beliau lagi, sekalian saya barengan sama Amaya pulangnya. 'Kan rumah orang tua saya dengan Amaya berseberangan," tuturnya."Ooh ...." jawab Naira, disusul oleh Alin serta Randy. Meski ada seberkas rasa curiga, tapi sepertinya mereka tak memiliki pilihan lain selain percaya.
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

126. Personal Relationship

Kepergian Amaya yang 'dijemput' oleh Kelvin itu sebenarnya bisa dilihat oleh sepasang mata yang duduk di sudut diagonal lain kafe Amore. Caecil. Tadinya, gadis itu di sana bersama dengan beberapa temannya. Tapi ia memutuskan untuk tinggal saat melihat Amaya yang datang bersama dengan anggota gengnya itu ditambah dengan Ziel. Sehingga, ia tetap duduk di sana selagi teman yang datang dengannya tadi sudah lebih dulu berpamitan kembali ke kampus. Ada yang ingin Caecil pastikan, bagaimana keadaan Amaya sekarang ini? Karena sepertinya ia tak memberikan banyak reaksi soal gosip yang membumbung tinggi di forum mahasiswa tentang ada seorang mahasiswa yang tinggal serumah dengan dosennya. Seolah ... itu hanyalah sebuah hal sepele yang tak perlu Amaya pikirkan. Terlihat dari wajah Amaya yang tetap berseri seperti biasanya. 'Apa sebenarnya waktu itu emang ada acara aja di rumahnya Kelvin?' batin Caecil. Perbincangan yang mereka lakukan di seberang sana pun tidak banyak. Hanya membahas fi
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

127. Overdosis

Arimbi—Ibunya Rama—dengan segera meminta bantuan untuk membawa Rama ke rumah sakit.Mereka pergi dengan menggunakan mobil tetangga yang secara sukarela mengantarnya karena mobil di rumah sedang dipakai oleh ayah tiri Rama bekerja.Setibanya di rumah sakit, Rama mendapat penanganan dengan segera.Kondisinya yang memprihatinkan dengan keadaan mulut berbusa membuat Arimbi tak kuasa menyembunyikan ketakutannya.Ia berdiri tidak tenang di sekitar ruang instalasi gawat darurat. Hatinya sesak, napas terasa berat, mengekang. Sementara air matanya terus mengalir. "Gimana keadaannya?" tanya sebuah suara pria yang datang dari belakang Arimbi.Saat ia menoleh, pria yang merupakan suaminya itu mendekat dan merangkul bahunya."Belum ada kabar dari Dokter, Mas," jawabnya. "Kita akan dapat kabar sebentar lagi dari dalam, jangan khawatir."Arimbi duduk saat suaminya—Erlangga—memintanya untuk tenang sebentar. Baru setelah sekitar dua puluh menit kemudian seorang dokter keluar."Keluarganya Ananda Ram
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

128. Berawal Dari Perselingkuhan

Hari itu terus membekas di dalam benak Rama kecil. Ia masih ingat, setelah itu ia mengatakan pada Ibunya apa yang telah dilihatnya di dalam kamar. Apa yang diperbuat oleh ayah dan wanita yang ia panggil sebagai 'Stella' itu. Keributan terjadi, Rama melihat ayah dan ibunya bertengkar hebat. Hakim mengatakan, 'Kamu itu nggak seperti Stella yang cerdas dan cantik, Arimbi! Kamu bodoh, hanya tahu di rumah, menghabiskan uangku saja! Sekalinya disuruh ngomong sama teman-temanku malah salah semua omonganmu!' 'Aku dulu juga cantik dan cerdas seperti Stella, aku menikah denganmu dan melepas karirku, aku mengabdi padamu dan merawat anak kita, tapi kamu main gila dengan sekretarismu sendiri?' 'Perempuan nggak berguna! Sudah, sebaiknya jangan mengatur apa yang harus aku lakukan, kita cerai!' Meski kalimat itu terucap, tapi beberapa waktu setelahnya ibu dan ayah Rama masih sempat berdamai. Pria itu diberi kesempatan, berjanji tidak akan mengulangi lagi dan menyebut itu hanya sebuah khilaf. T
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

129. Win-win Solution

Sebuah pagi yang cukup cerah untuk Jakarta yang beberapa saat terakhir mendung. Amaya bisa melihat gugusan awan seputih kapas yang berarak di luar saat ia memandangnya dari jendela kamar.Ia baru saja selesai bersiap dan berdiri di samping meja tempat di mana ia meletakkan ponselnya di sana untuk ia charge."Kamu mau berangkat sekarang?" tanya Kelvin yang membuat Amaya menoleh ke arahnya.Pria itu muncul seraya merapikan jam tangannya dan berhenti di samping Amaya."Iya, ada kelas pagi soalnya," jawab Amaya saat meraih ponsel dan memasukkannya ke dalam tas."Barengan aja kalau gitu, aku juga ada—" Kelvin berhenti bicara karena Amaya malah pergi meninggalkannya begitu saja.Ia pergi ke arah lain, mengambil buku yang semalam ia letakkan di dekat bantal dan turut memasukkannya ke dalam tas."Masih ngambek nih ceritanya?" tanya Kelvin, kembali mendekat pada Amaya yang hanya menanggapinya lewat gerakan sudut mata."Kamu masih mau ngambek karena aku diajakin ketemu sama Calista—""Hafal ban
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

130. Tembus!

Amaya memeriksa isi tasnya, ia lupa tidak memasukkan pembalut wanita padahal benda itu biasanya selalu ada di manapun tas yang ia bawa. Tapi sekalipun ada pembalut, itu juga tidak memberikan solusi sepenuhnya sebab dress-nya yang memiliki noktah merah itu tidak bisa ia tutupi. Pikiran mencoba untuk tetap tenang. Tetapi tidak bisa! Bagaimana caranya ia bisa tenang jika ini adalah situasi yang buruk dan bisa saja berubah menjadi sangat ... memalukan? "Kok tumben cepet banget sih?" gumam Amaya seorang diri. Matanya terpejam putus asa seraya berpikir apa yang harus ia lakukan. Ia menengok ke kanan dan ke kiri, mencari tahu barangkali ada wajah yang ia kenal sehingga ia bisa meminta bantuan. Tapi tidak ada sama sekali. Semua wajah yang ada di sana asing. Terang saja ... ini adalah perpustakaan kampus, bukan sebuah ruang lingkup yang seluruh pengunjungnya bisa dikenal oleh Amaya. "Aku tanya ke Alin aja apa dia udah dateng apa belum," kata Amaya. Ia meraih ponselnya dan mengirim pe
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
19
DMCA.com Protection Status