Semua Bab Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan : Bab 101 - Bab 110

186 Bab

101. Belum Cukupkah Debaran Semalam?

Belum cukupkah debaran-debaran yang semalam diberikan olehnya?Amaya meremas jemarinya semakin kuat, sadar semakin banyak pasang mata yang menyaksikan mereka.Tapi senyum Kelvin yang lebih tipis dari dua milimeter itu justru seolah menikmati kegugupan Amaya. “Dari kak Serena,” ucap Kelvin akhirnya. “Tadi saya mampir ke kafe buat beli kopi dan Kak Serena titip itu buat dikasihkan ke kamu.”Bohong!Amaya tahu bahwa itu pasti bohong. Dilihat dari bagaimana Kelvin pernah mengatakan ‘aku ingin semua orang tahu kalau kamu istriku’ ... yang baru saja dilakukan oleh Kelvin ini adalah sebuah kebohongan yang kentara di mata Amaya.Entah harus ia sebut bagaimana? Apa itu adalah sebuah kebohongan manis?“T-terima kasih,” kata Amaya, ia meraih satu kotak kue dengan penutup bening yang tampak cantik itu dan mendekatkannya.“Sama-sama,” jawab Kelvin.Ia beranjak pergi dari samping Amaya, menguraikan keterkejutan di sekitar keduanya untuk kembali ke aktivitas normal.Pria itu menuju ke sudut diagon
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-10
Baca selengkapnya

102. Jangan Cium!

Amaya menggenggam garpu yang ada di tangannya kian erat saat melihat Kelvin yang dengan gegas berdiri dari duduknya. Pria itu dijumpainya berlutut dan dengan cepat membantu Caecil bangun. Dari tempat Amaya berada, ia bisa mendengar bariton Kelvin bertanya, “Kamu baik-baik saja?” “Ah—panas banget, Pak Kelvin.” Jawab itu disertai dengan kedua tangannya yang mengusap bagian depan pakaian yang ia kenakan, seperti sebelumnya. Kelvin terlihat meraih tisu dan menyerahkannya pada Caecil, “Kayaknya kamu perlu pergi ke UKK deh,” sarannya. “Takut kalau ada luka ruam gara-gara panas atau gimana gitu.” “Bapak yang antar?” “Sama Bu Sonya ,” jawab Kelvin. “Beliau bilang mau jenguk asdos-nya tadi di UKK.” Kelvin tampak menoleh pada rekan sesama dosennya yang baru ia sebutkan namanya itu—Sonya—yang juga dengan gegas bangun dari tempat beliau duduk dan mengangguk tak keberatan. “Ayo ke sana sama saya,” ajak beliau. Maka pergilah dua orang itu meninggalkan kantin, masih dengan diiringi oleh ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-10
Baca selengkapnya

103. Gigit Di Mana?

Saat Kelvin menarik kepalanya dari leher Amaya, ia menyentuh dagu kecilnya sembari menunjukkan seulas senyum. Tampak seperti sebuah ekspresi yang seolah bertanya, ‘Gimana? Masih belum percaya?’ Sementara Amaya menggosok lehernya, matanya menatap Kelvin dengan gugup saat ia menghela dalam napasnya, “Kalau besok kelihatan merahnya gimana?” “Aku nggak bikin merah kok,” jawab Kelvin. “Itu cuma gigitan kecil, kalau kamu mau yang merah, nanti malam aku bisa—“ “Jangan,” cegah Amaya. “Jangan buat di leher maksudnya,” ralatnya. Mendengar itu membuat Kelvin yang tadinya sudah memiliki niat untuk melonggarkan tangannya yang mengunci Amaya di dinding kini kembali terpaku di sana. Ia mengangguk saat mengatakan, “Sure. Akan aku buat di tempat yang lain yang cuma aku sendiri yang bisa lihat.” Amaya menggigit bibirnya, merasa kalah karena ia mengatakan sesuatu yang ambigu dengan ‘Jangan buat di leher’ yang justru dianggap oleh Kelvin agar pria itu membuatnya di tempat yang lain. Sepasang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-11
Baca selengkapnya

104. Lebih Indah Dari Kecupan

“M-maaf,” sebut Amaya lirih. Ia menahan napasnya saat Kelvin menariknya lebih dekat sehingga ia berpindah tempat duduk. Jika sebelumnya berbagi sofa yang sama dengan duduk di antara kedua kaki Kelvin yang terbuka, kini ia duduk di pangkuannya. “Apakah masih mau nyebut aku suka sama perempuan lain sekarang?” tanya Kelvin, salah satu alisnya yang lebat terangkat. “A-aku mikir begitu tuh karena kamu kelihatannya senang banget pas ngomongin soal akan pergi ke luar negeri.” “Of course senang,” sahut Kelvin. “Aku senang karena akan pergi ke sana sama kamu. Aku tanya kapan kamu akan selesai kuliah itu bukan tanpa alasan, Amaya,” terangnya sekali lagi. “Itu karena aku mau ngajakin kamu buat tinggal di sana selama periode aku lanjutin pendidikan itu.” Rasanya satu demi satu pertanyaan yang disalahpahami oleh Amaya itu telah menuai jawaban. Kali ini adalah soal kejelasan akan bagaimana rencana ke depan Kelvin yang ingin pergi ke luar negeri itu. "Kamu nggak suka kalau kita pergi ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-11
Baca selengkapnya

105. Sebuah Penyesalan

Cuaca yang tidak cukup cerah untuk hari Sabtu yang seharusnya bisa dihabiskan oleh keluarga di tempat wisata hingga esok hari.Amaya bisa menyaksikan datangnya mendung yang berarak menutupi atap-atap di semua gedung rumah sakit sewaktu ia berjalan menuju ke kamar rawat Miranda pada siang menuju sore ini. Ia tak sendirian, melainkan bersama dengan Kelvin yang berjalan di sampingnya. Tiba di sebuah pintu yang berdaun dua, ia mengetuknya dengan pelan, khawatir Miranda yang ada di dalam sedang istirahat.Hanya beberapa detik berlalu hingga pintu tersebut terbuka dan wajah ibunya Miranda—Hesti—menyambut Amaya dengan senyum yang hangat seperti biasa.“Nak Amaya,” sambut Hesti. “Silahkan masuk,” ucapnya mempersilahkan.Wanita paruh baya itu membuka pitu lebih lebar saat melihat Kelvin yang berjalan di belakang Amaya.“Ada Pak Kelvin juga?” Hesti terlihat sedikit menundukkan kepalanya, mungkin sungkan karena dosennya Miranda sampai turun tangan bahkan sejak hari pertama.Kelvin juga menepat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-12
Baca selengkapnya

106. Kamu Lebih Cantik

Miranda mengangguk tanpa keraguan saat menjawab, “Iya, itu Caecil,” katanya. “Dia nyuruh aku buat bikin akun itu, terus dia yang upload video dan sendirinya juga yang ngegiring opini biar seolah-olah itu kamu.” Persis seperti dugaan Amaya sebelumnya. Apa yang pernah ia katakan dengan Gafi itu nyatanya terbukti benar. Apa yang dilakukan oleh Miranda itu bukan semata karena keinginannya, tapi karena suruhan Caecil. “Aku ada buktinya kok May kalau kamu mau,” lanjutnya. Air mata tertahan di sudut matanya. Seolah ia tengah mengabaikan rasa malunya hanya untuk mengatakan kebenaran akan peristiwa itu. “Dan nanti kalau aku udah keluar dari rumah sakit, bakal aku ajuin itu ke kampus, biar mereka tahu kalau Caecil yang sebenarnya bikin kegaduhan itu.” “Terus, kamu juga tahu siapa pemeran di video itu?” Kali ini Kelvin yang bertanya. “Nggak tahu, Pak Kelvin. Tapi saya pernah dengar kalau itu diperanin sama salah satu geng-nya dia.” Amaya tersenyum dengan rasa terima kasih, “Thanks,” katanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-12
Baca selengkapnya

107. Kembalikan Ciumanku!

“Kalau ada yang lihat gimana coba?!” tanya Amaya setelah rasa terkejut yang menyerang jantungnya berangsur pudar. Sementara Kelvin yang ditanya malah dengan tanpa dosanya menoleh ke kiri serta ke kanan, “Mana?” tanyanya. “Nggak ada tuh yang lihat. Tadi aku pikir kamu modus soal rambut itu biar kamu bisa cium aku, Amaya. Jadi aku wujudkan keinginanmu.” “Nggak,” tepis Amaya. “Nggak sama sekali. Kenapa Mas Vin ngatain aku yang modus padahal yang cium duluan itu kamu?” “Aah ... jadi kamu nggak suka aku cium? Kembalikan kalau begitu!” Kelvin memandang Amaya, sedikit merendahkan wajahnya dan seakan sengaja menyodorkan bibirnya pada Amaya agar ‘mengembalikan’ ciuman yang baru saja ia berikan. “Itu double modus!”Amaya mendengus tak habis pikir akan bagaimana cerdiknya pria itu dalam menempatkannya dalam posisi serba salah seperti ini. Jika minuman dan waffle yang mereka pesan tidak diantar, mungkin Kelvin masih belum akan berhenti menggodanya seperti barusan. Memotong sebagian keci
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-13
Baca selengkapnya

108. Ahh—Bisa Mati Berdiri!

Apa memang seperti ini rasanya memiliki hubungan dengan pria dewasa yang setiap ucapannya membuat Amaya berdebar setengah mati? Padahal Kelvin tak mengatakan sesuatu yang vulgar, kalimatnya manis dan terkesan biasa saja. Tapi justru di sana daya tariknya. Ah ... atau memang ini karena Amaya saja yang terpesona padanya. Memangnya ada perempuan yang tak berdebar diperlakukan sebaik ini? Meninggalkan I Coffee You, Kelvin mengemudikan mobilnya menjauh dari kota. Memasuki kawasan yang berubah sepi, Amaya baru sadar jika tempat yang dituju oleh Kelvin adalah sebuah tempat yang tidak asing. "Kita ke West Hill?" tanya Amaya setelah memastikannya pada Kelvin. Bahwa ini adalah lokasi tempat di mana ia melakukan gathering tempo hari dengan teman-temannya. "Iya," jawab Kelvin. "Bukannya pergi ke vila yang kamu kasih lihat aku di foto itu?" "Vila itu juga bagian dari West Hill, Amaya," jawabnya. "Cuma beda kawasan aja." "Aah, begitu ...." Kelvin tak berbohong saat mengatakan bahwa mereka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-13
Baca selengkapnya

109. Ada Janji Yang Harus Aku Tepati

Jika matanya ini bukan buatan Tuhan, pasti sudah jatuh menggelinding entah ke mana.Amaya menatap Kelvin yang sekali lagi malah menunjukkan senyumnya dengan tanpa dosa."Ayo," ajaknya seraya berjalan lebih dulu, memimpin Amaya agar mengikutinya. "Ke mana?""Jadi nggak naik perahunya?"Meski masih kesal, Amaya ikut ke mana Kelvin pergi. Ke sisi lain danau, pada jembatan lain yang menjorok ke perairan, ada seorang pria paruh baya yang menjaga beberapa perahu yang bersandar di sana.Kelvin memesan satu, mereka naik setelah mengenakan pelampung.Dengan dayung yang mereka kayuh, perahu mengantar mereka tiba hampir di tengah.Udaranya sangat sejuk, dan Amaya suka. Ia bisa menatap birunya langit yang sedikit tercemar oleh semburat warna orange dari arah timur. Matahari sedang dalam perjalanannya menuju titik yang lebih tinggi."Bener apa yang dibilang sama Kak Serena dulu?" tanya Amaya membuka percakapan, menoleh pada Kelvin yang baru saja mengambil fotonya melalui ponsel."Apa?" tanya Kel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-14
Baca selengkapnya

110. Lepas Perjaka

“Jangan nangis,” bisik Kelvin sekali lagi. Ia menarik wajahnya dari Amaya, mengusap lembut pipinya yang nyaris berubah menjadi merah padam saat sesenggukan barusan. “Ngerasa kesel sama diri sendiri,” kata Amaya. Menggosok matanya sebelum benar-benar mengangkat wajah utuk membalas tatapan Kelvin. “Kesel kenapa?” “Kesel karena saat Mas Vin punya perasaan setulus itu aku malah nggak tahu,” jawabnya. “Nggak ikut andil apapun dan malah suka sama cowok lain yang kurang ajar. Saat kamu janji ke papaku buat jagain aku, yang aku lakuin justru mau balas dendam ke mereka.” Kelvin tersenyum, ia menyentuh dagu Amaya seraya membalas, “Nggak apa-apa,” ucapnya. “Manusia wajar kok melakukan kesalahan. Nggak ada dari kita yang sempurna, Amaya.” “Tapi kamu nggak begitu,” sela Amaya. “Aku nggak begitu?” “Iya, Mas Vin nggak begitu. Bagiku kamu sempurna, baik, minusnya dulu suka ngatain aku.” Kelvin berdeham, “Ngatain kamu itu biar ada bahan buat kita debat. Kalau kamu ngambek ‘kan jadi ada hal ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
19
DMCA.com Protection Status