Semua Bab Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu: Bab 61 - Bab 70

120 Bab

Bab 61. Setuju Atau Menjauh Dari Arjuna

"Kamu masih punya nyali untuk bertanya?" Sausan menatap tajam Naura, dia sedikit terganggu melihat Naura tetap tenang meskipun baru saja disiram air. Naura menaikkan alis kirinya sekilas, kemudian melirik Ronald. "Jadi ada apa?" Ronald melempar surat kabar internasional ke arah Naura, adegan ini mengingatkan Naura saat kakaknya murka mengenai Evelyn satu tahun yang lalu. "Itu kasus yang sangat memalukan, Naura," ucap Ronald. Naura menatap sekilas surat kabar tersebut, isinya adalah insiden di Belanda beberapa waktu lalu, saat Diandra menjebaknya menggunakan obat terlarang. "Bukankah pihak kerajaan juga sudah mengklarifikasinya? Aku dijebak," jawab Naura tenang. "Tapi seharusnya kamu bisa melindungi diri, tidak dengan bodoh terjebak hal konyol seperti itu. Tubuhmu tersebar jelas di media sambil membawa nama Tirta, ya Tuhan..." Sausan membalas tajam, kemudian menghela napas gusar sambil menggeleng pelan. "Lalu kalian ingin aku melakukan apa? Renjana juga sudah memblokir seluruh b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-27
Baca selengkapnya

Bab 62. Darah Lebih Kental Dari Air

"Belum ada tanda-tanda ia kembali?" tanya Arjuna, ia duduk di meja kerjanya dengan perasaan gelisah. Damian menggeleng. "Belum, mau coba aku telepon lagi?" Arjuna menghela napas gusar, tidak menjawab. Sekarang sudah jam delapan malam, tapi Naura belum juga kembali sejak pagi. Arjuna sudah mencoba untuk menghubungi wanita itu, panggilan suara, pesan, bahkan email, namun tak satupun yang mendapatkan balasan. "Apa Tirta mencoba untuk mengambil 'nona' mereka kembali setelah membuangnya?" ucap Damian sambil menuangkan air ke gelasnya. Arjuna tidak menjawab lagi, raut wajahnya sudah sangat buruk. Sebenarnya apa yang ingin Tirta lakukan? Tidak ada perasaan baik sedikitpun tiap kali menerka-nerka. "Apa Kate sudah menjawab pesanmu?" tanya Arjuna, mata hijau emerald itu berubah sangat dingin dan tajam, tidak sehangat biasanya. Damian menggeleng. "Belum juga." Arjuna melempar map kosong di atas mejanya ke sembarang arah dengan frustasi. Pria itu bangkit dari duduknya dan berjal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

Bab 63. Tirta Meminta Mahar

"Kita sudah sampai," ucap Damian begitu mobil mereka berhenti di halaman depan Mansion Tirta. Seorang pelayan membukakan pintu mobil Arjuna, pria itu segera turun dengan ekspresi datar seperti biasa. Di hadapannya, Leon telah berdiri dengan senyum siap menyambut. "Selamat datang, tuan Renjana. Suatu kehormatan dapat--" "Di mana tuan Tirta?" Potong Arjuna. Tanpa merasa tersinggung, Leon mengangguk. "Mari ikuti saya, tuan Renjana. Tuan Tirta telah menunggu Anda di ruang tengah." Arjuna segera mengikuti langkah Leon tanpa bicara yang kemudian disusul Damian. "Tuan Renjana, selamat datang." Suara Sausan khas wanita paruh baya terdengar, wanita itu segera bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangan ke arah Arjuna. Arjuna membalas singkat sambil mengangguk, kemudian duduk tanpa peduli sudah dipersilahkan atau belum. "Kami mohon maaf sekali karena kemarin menjemput Naura secara tiba-tiba, selain itu kami juga sangat berterima kasih soal--" "Di mana Naura?" Arjuna memotong ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

Bab 64. Kamu Memiliki Rencana Sedang Aku Hanya Memilikimu

"Apa ini yang dinamakan menolak bertemu seseorang?" tanya Arjuna, matanya menatap tajam Sausan dan Ronald sambil dengan lembut meraih lengan kanan Naura yang berlumuran darah. Arjuna mengernyitkan dahinya saat membuang pecahan gucci tersebut, kemudian melepas dasinya dan mengikatkannya di telapak tangan Naura untuk mencegah lebih banyak darah yang keluar. Sausan mengepalkan kedua tangannya, wajahnya terlihat cemas dan marah di waktu yang sama. Sementara Ronald masih memasang wajah datar. "Kemari, Naura." Ronald memerintahkan Naura untuk menjauh dari Arjuna. Naura menatap dingin Ronald, saat Naura hendak menjawab, Arjuna sudah lebih dulu menahan lengan Naura. "Aku menginginkan Naura," ucap Arjuna, membuat Naura menoleh khawatir ke arahnya. Arjuna melirik Naura sekilas, raut wajahnya masih tetap terlihat tenang meskipun di dalam hatinya dia ingin sekali menghancurkan Mansion Tirta. "Hanya kepemilikan di perusahaan minyak bumi, bukan?" tanya Arjuna, lalu menatap surat kont
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

Bab 65. Halo, Ibu

"Kita sudah sampai," ucap Damian setelah mobil mereka berhenti di depan gerbang putih besar yang tertutup. Jantung Naura berdegup kencang, untuk pertama kalinya setelah sekian lama ia dapat bertemu lagi dengan ibunya. Kate membukakan pintu untuk Naura, wanita itu turun dengan perasaan bercampur aduk. Tak lama pintu gerbang putih itu terbuka, menampilkan seorang pria paruh baya. "Ada yang bisa saya bantu, tuan?" tanya pria tersebut ke Damian, namun saat matanya menangkap sosok Naura, pria itu mematung di depannya menatap tak percaya. "Nona..." Kedua mata pria itu berkaca-kaca, otaknya berusaha keras memastikan apa yang ada di hadapannya benar-benar nyata atau tidak. "Tuan Benjamin." Naura tersenyum hangat. "Maafkan saya, nona." Benjamin berpaling sebentar untuk mengelap air mata yang mulai menumpuk di kacamata-nya, lalu menatap Naura lagi. "Nyonya ada di dalam, mari saya antar," ucap Benjamin, lalu dengan cepat membuka pintu gerbang tersebut. Arjuna hanya diam dan memp
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

Bab 66. Melawan Tirta

Naura dan yang lain singgah lama di kediaman Mela, hingga akhirnya memasuki waktu makan malam. Mereka semua duduk bersama di meja makan kali ini, termasuk Damian dan Kate. Suasana terasa hangat dan menyenangkan, semuanya menikmati makanan masing-masing. Hingga Mela bertanya mengenai kehidupan Naura sebelum perceraian. "Jadi kamu bercerai dengan Zafir Wajendra, nak?" tanya Mela dengan hati-hati, meskipun ia telah mengetahui alasannya dari Arjuna, Mela ingin mendengar dari bibir anaknya langsung. Naura terdiam beberapa detik, kemudian mengangguk. "Iya, benar." Mela balas mengangguk juga, lalu meletakkan sendok makannya untuk mengelus lembut tangan Naura. "Kamu bisa menceritakannya nanti jika sudah--" "Kita hanya tidak cocok saja, Wajendra juga sudah memiliki nyonya baru menggantikanku. Semuanya berjalan normal kembali." Potong Naura, kedua matanya menatap lauk makan malam miliknya dengan dingin. Mela tersenyum, dia tidak bisa membayangkan sehancur apa perasaan anaknya saa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

Bab 67. Tirta dan Phantom?

"Aku pulang dulu, bu. Jaga diri ibu baik-baik," ucap Naura sambil memeluk erat ibunya. Mela mengangguk, matanya sedikit berkaca-kaca sekarang. "Tentu, nak. Kamu juga, berhati-hatilah selagi ibu tidak bersamamu."Naura tersenyum hangat, mengangguk. Setelah puas berpelukan dan saling melempat kalimat hangat, Naura pun akhirnya masuk ke dalam mobil. Arjuna masih berdiri di hadapan Mela, pria itu menatap Mela datar. Mela tersenyum. "Jaga putriku, aku mohon."Arjuna mengangguk, kemudian badannya sedikit membungkuk singkat, membuat Damian melotot kaget.Ini pertama kalinya Damian melihat Arjuna membungkuk pada seseorang, bahkan sekelas raja pun dia tembaki dengan tatapan tajam. "Tentu, jaga diri Anda baik-baik juga, nyonya." Kemudian Arjuna masuk ke dalam mobilnya. Naura menatap kosong jendela mobil saat kendaraan mereka berangsur menjauh dari kediaman ibunya. Tubuh Naura perlahan gemetar, kedua matanya mengeluarkan air mata tanpa diketahui siapapun. Tetapi Arjuna menyadarinya, pria
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

Bab 68. Pedang Bermata Dua Tirta

"Kamu harus tahu wajah khawatir putraku kemarin, nak. Dia seperti orang yang mengetahui bahwa besok akan kiamat," ujar Helena sambil memeluki Naura dengan senyum hangatnya.Naura terkekeh, Helena langsung memeluknya erat setelah mengetahui bahwa dirinya telah kembali."Mereka tidak melakukan hal macam-macam padamu kan?" tanya Helena, melepas pelukannya dan menatap Naura penuh perasaan khawatir. Naura menggeleng, lalu mengangkat tangannya yang masih dililit kain kasa medis. "Tidak, bu, yang satu ini murni kecerobohanku."Helena menghela napas lega, lalu menatap putranya lagi. "Cepat antar Naura ke butik, kamu juga jangan sampai terlambat."Arjuna mengangguk singkat, lalu setelah dua hingga tiga kalimat berpamitan hangat, mereka segera memasuki mobil. Di dalam, Naura mulai sibuk membolak-balikan kertas yang berisi desain terbaru untuk butiknya.Kali ini mereka berangkat dengan mobil terpisah dari Kate dan Damian, Naura menyadari ada sesuatu yang sepertinya ingin pria itu bicarakan ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

Bab 69. Bungkam Untuk Hidup

Apa yang kalian pilih jika dapat memilih jalan hidup begitu akan lahir? Menjadi orang kaya? Cantik atau tampan? Berdarah bangsawan? Sebagian besar orang akan memilih kemewahan, tapi berbeda dengan Naura. Jika diperbolehkan memilih, Naura ingin lahir di keluarga sederhana. Keluarga yang hanya memiliki cukup harta, kebahagiaan, dan kehangatan. Dia ingin dapat merakit dan memutuskan jalan hidupnya sendiri, bukan menjadi keturunan ningrat yang harus tunduk pada aturan. Kegelimangan yang ada di tangannya adalah pisau bermata dua. Emas dan permata telah membunuh kebahagiaan dan kebebasannya. PLAK!Tamparan keras mendarat di pipi gadis kecil berumur sepuluh tahun itu. Dia memiliki warna cokelat sehangat musim semi, namun hatinya sedingin musim salju di bulan Desember. Naura."Ronald adalah kakakmu! Dia penerus keluarga! Jadi jangan berbicara dengan nada tinggi padanya! Tidak sopan!" Sausan menunjuk wajah gadis kecil yang sudah tertunduk dalam. "Ma--maafkan aku, ibu Sausan," jawabnya d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya

Bab 70. Kebingungan Arjuna. Bagaimana Cara Menghibur Wanita?

"Kamu sudah menunggu lama?" tanya Naura begitu ia masuk ke dalam mobil Arjuna. "Tidak," jawab Arjuna datar seperti biasa. Naura menghela napas gusar, lalu memijat keningnya pelan. "Ada apa? Pekerjaanmu lebih sibuk dari biasanya lagi?" tanya Arjuna setelah melihat sikap Naura yang terulang seperti terakhir kali ia jemput. Naura menggeleng. "Nanti aku ceritakan setelah kepalaku dingin." Arjuna tersenyum tipis, lalu mulai menginjak pedal gas mobil. Selama perjalanan hening, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing tanpa tahu bahwa apa yang sedang mereka pikirkan adalah hal yang sama. Saat lampu merah muncul dan berhenti, Arjuna menoleh lagi ke Naura. "Kamu ingin pergi ke tempat lain dulu sebelum pulang?" Naura menggeleng lemah. "Tidak, aku ingin langsung beristirahat."Arjuna mengangguk mengerti, lalu kembali menginjak pedal gas saat lampu hijau muncul. Tak lama setelahnya, Arjuna kembali berbicara. "Aku baru saja menemukan fakta terbaru mengenai Tirta, kita bicarakan setelah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status