Share

Bab 67. Tirta dan Phantom?

Author: nanadvelyns
last update Last Updated: 2024-12-01 11:44:50

"Aku pulang dulu, bu. Jaga diri ibu baik-baik," ucap Naura sambil memeluk erat ibunya.

Mela mengangguk, matanya sedikit berkaca-kaca sekarang. "Tentu, nak. Kamu juga, berhati-hatilah selagi ibu tidak bersamamu."

Naura tersenyum hangat, mengangguk. Setelah puas berpelukan dan saling melempat kalimat hangat, Naura pun akhirnya masuk ke dalam mobil.

Arjuna masih berdiri di hadapan Mela, pria itu menatap Mela datar.

Mela tersenyum. "Jaga putriku, aku mohon."

Arjuna mengangguk, kemudian badannya sedikit membungkuk singkat, membuat Damian melotot kaget.

Ini pertama kalinya Damian melihat Arjuna membungkuk pada seseorang, bahkan sekelas raja pun dia tembaki dengan tatapan tajam.

"Tentu, jaga diri Anda baik-baik juga, nyonya." Kemudian Arjuna masuk ke dalam mobilnya.

Naura menatap kosong jendela mobil saat kendaraan mereka berangsur menjauh dari kediaman ibunya.

Tubuh Naura perlahan gemetar, kedua matanya mengeluarkan air mata tanpa diketahui siapapun.

Tetapi Arjuna menyadarinya, pria
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 68. Pedang Bermata Dua Tirta

    "Kamu harus tahu wajah khawatir putraku kemarin, nak. Dia seperti orang yang mengetahui bahwa besok akan kiamat," ujar Helena sambil memeluki Naura dengan senyum hangatnya.Naura terkekeh, Helena langsung memeluknya erat setelah mengetahui bahwa dirinya telah kembali."Mereka tidak melakukan hal macam-macam padamu kan?" tanya Helena, melepas pelukannya dan menatap Naura penuh perasaan khawatir. Naura menggeleng, lalu mengangkat tangannya yang masih dililit kain kasa medis. "Tidak, bu, yang satu ini murni kecerobohanku."Helena menghela napas lega, lalu menatap putranya lagi. "Cepat antar Naura ke butik, kamu juga jangan sampai terlambat."Arjuna mengangguk singkat, lalu setelah dua hingga tiga kalimat berpamitan hangat, mereka segera memasuki mobil. Di dalam, Naura mulai sibuk membolak-balikan kertas yang berisi desain terbaru untuk butiknya.Kali ini mereka berangkat dengan mobil terpisah dari Kate dan Damian, Naura menyadari ada sesuatu yang sepertinya ingin pria itu bicarakan ta

    Last Updated : 2024-12-01
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 69. Bungkam Untuk Hidup

    Apa yang kalian pilih jika dapat memilih jalan hidup begitu akan lahir? Menjadi orang kaya? Cantik atau tampan? Berdarah bangsawan? Sebagian besar orang akan memilih kemewahan, tapi berbeda dengan Naura. Jika diperbolehkan memilih, Naura ingin lahir di keluarga sederhana. Keluarga yang hanya memiliki cukup harta, kebahagiaan, dan kehangatan. Dia ingin dapat merakit dan memutuskan jalan hidupnya sendiri, bukan menjadi keturunan ningrat yang harus tunduk pada aturan. Kegelimangan yang ada di tangannya adalah pisau bermata dua. Emas dan permata telah membunuh kebahagiaan dan kebebasannya. PLAK!Tamparan keras mendarat di pipi gadis kecil berumur sepuluh tahun itu. Dia memiliki warna cokelat sehangat musim semi, namun hatinya sedingin musim salju di bulan Desember. Naura."Ronald adalah kakakmu! Dia penerus keluarga! Jadi jangan berbicara dengan nada tinggi padanya! Tidak sopan!" Sausan menunjuk wajah gadis kecil yang sudah tertunduk dalam. "Ma--maafkan aku, ibu Sausan," jawabnya d

    Last Updated : 2024-12-02
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 70. Kebingungan Arjuna. Bagaimana Cara Menghibur Wanita?

    "Kamu sudah menunggu lama?" tanya Naura begitu ia masuk ke dalam mobil Arjuna. "Tidak," jawab Arjuna datar seperti biasa. Naura menghela napas gusar, lalu memijat keningnya pelan. "Ada apa? Pekerjaanmu lebih sibuk dari biasanya lagi?" tanya Arjuna setelah melihat sikap Naura yang terulang seperti terakhir kali ia jemput. Naura menggeleng. "Nanti aku ceritakan setelah kepalaku dingin." Arjuna tersenyum tipis, lalu mulai menginjak pedal gas mobil. Selama perjalanan hening, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing tanpa tahu bahwa apa yang sedang mereka pikirkan adalah hal yang sama. Saat lampu merah muncul dan berhenti, Arjuna menoleh lagi ke Naura. "Kamu ingin pergi ke tempat lain dulu sebelum pulang?" Naura menggeleng lemah. "Tidak, aku ingin langsung beristirahat."Arjuna mengangguk mengerti, lalu kembali menginjak pedal gas saat lampu hijau muncul. Tak lama setelahnya, Arjuna kembali berbicara. "Aku baru saja menemukan fakta terbaru mengenai Tirta, kita bicarakan setelah

    Last Updated : 2024-12-02
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 71. Pertahanan Gairah Arjuna?

    Arjuna membawa Naura ke ruang kerjanya, mereka duduk berhadapan di sofa tengah ruangan. Naura menunggu penjelasan Arjuna selagi pria itu sibuk mengeluarkan beberapa tumpuk kertas di atas meja. "Ini bukti kerjasama gelap Phantom," ujar Arjuna, menunjuk satu persatu kertas. Naura mengerutkan keningnya. "Kebun ganja?" Arjuna mengangguk. "Tirta memiliki perkebunan ganja di pinggir kota, tepatnya di pabrik minuman kemasan yang mereka kelola.""Itu sebabnya mereka tidak terendus pihak kepolisian?" tanya Naura. Arjuna mengangguk lagi. "Bahkan jika pihak kepolisian tahu mereka pasti memilih untuk tetap diam. Kebun itu berada tepat di bawah pabrik, tidak semua pekerja memiliki akses ke sana. Mereka akan aktif beroperasi pada malam hari, dengan tempat seperti itu tidak akan ada yang memiliki kecurigaan bahwa di bawah tanah yang mereka injak adalah ratusan hektar kebun ganja." Naura mengambil salah satu kertas yang berisi kontrak perjanjian resmi antara Tirta dan Phantom, keuntungan bisnis

    Last Updated : 2024-12-03
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 72. Sang Nona Memberontak

    Hari ini adalah penentuan.Naura masih sibuk memakai antingnya, tak lama suara ketukan pintu terdengar."Masuk."Pintu segera terbuka dan sosok Kate muncul, pria itu tersenyum penuh semangat dan ramah seperti biasanya. "Atas perintah tuan Renjana, mobil sudah siap untuk anda, nona."Naura mengangguk, lalu bergegas keluar kamar yang diikuti oleh Kate. "Semua bukti sudah dibawa?" tanya Naura. Kate mengangguk. "Sudah, nona.""Oh, di mana surat kontrak yang diberikan Tirta?" tanya Naura. Kate dengan cepat membuka tas-nya, lalu menyerahkan selembar surat kontrak yang sempat Tirta berikan untuk Arjuna. "Terima kasih, Kate.""Dengan senang hati, nona."Mobil Naura melaju cepat dari Mansion dengan Damian yang memegang kemudi. Naura menatap dingin ke arah luar jendela, hari ini dia akan mengakhiri permainan Ronald dan Sausan. Mobil Naura sampai di Mansion Tirta sekitar empat puluh menit, seolah tahu Naura akan datang, Leon telah menunggu di depan pintu masuk.Pria itu membukakan pintu N

    Last Updated : 2024-12-03
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 73. Naura... Adikku, Mari Akhiri Penderitaan Ini

    "Dari mana kamu dapat semua berita itu?" tanya Ronald, mereka sekarang berada di ruang kerja pria itu. Naura berdiri menatap Ronald yang duduk di meja kerjanya, tatapannya tetap sedingin bongkahan es meskipun hatinya merasa terancam. "Kamu takut?" balas Naura, bibirnya sedikit tersenyum tipis. Ronald balas tersenyum tipis. "Renjana berhubungan dengan Phantom, benar?" Naura menyimpan kembali senyumnya, dari mana pria itu tahu? "Hanya Phantom yang dapat mengulik berita-berita itu, karena mereka sendirilah yang melenyapkannya," timpal Ronald, memberikan penjelasan masuk akal."Apa yang kamu inginkan?" tanya Ronald lagi. Naura dengan cepat menjawab,"Hak ibuku sebagai nyonya Tirta dan tarik syarat tidak masuk akal kalian untuk Renjana."Ronald terlihat sedikit keberatan, sepertinya pria itu sedang menimbang permintaan Naura dan tuntutan ibunya. Naura tidak akan membiarkan Ronald lebih condong pada Sausan, dia akan terus mendesak. "Berita-berita ini seharga nyawamu, bukan? Aku tidak

    Last Updated : 2024-12-04
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 74. Ronald, Tuan Yang Kehilangan Arah

    Naura tersenyum dingin di posisinya, dia masih membelakangi Ronald yang menodongnya dengan pistol. Dengan tenang ia mengambil pistol yang tergeletak di lantai, lalu berbalik ke arah Ronald sambil membalas todongan pistol tersebut. "Jangan samakan aku dengan takdir menyedihkanmu, Ronald," ucap Naura, pandangan matanya mendingin. Ronald hanya diam, pandangan matanya sudah menjadi normal seperti biasa, dingin. "Takdir dan deritamu tidak perlu disamakan dengan kehidupanku. Kamu benar, kita memang tidak pernah benar-benar memiliki pilihan, tapi aku setidaknya memiliki kebebasan," ucap Naura tegas. Ronald menggeleng pelan, bibirnya kembali tersenyum tipis. "Tidak ada bedanya--""Ada. Perbedaan kita jauh," potong Naura, lalu melanjutkan,"Setidaknya aku bisa melangkah keluar dari sini, tidak sepertimu yang harus menahan penderitaan dan membusuk selamanya."Ronald mengeratkan genggaman pada pistol miliknya, kedua matanya mulai menunjukkan amarah kembali. "Takdir kita adalah bersaing dan

    Last Updated : 2024-12-05
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 75. Sang Nyonya Tirta

    Persidangan untuk mengadili kasus Tirta diproses satu hari setelah penangkapan. Media dibuat gempar akan kabar yang tiba-tiba muncul, tidak ada yang menyangka bahwa Tirta menyimpan rahasia yang sangat kelam. Naura dan Arjuna hadir sebagai saksi, sementara Ronald dan yang lain telah memakai baju tahanan, duduk di tengah ruang persidangan. Sausan terlihat sangat berantakan meskipun hanya berbeda satu hari dari kejadian kemarin.Wajah wanita itu lemas dan pucat, kekayaan dan kekuasaannya dicabut total. "Apa ada pernyataan lain yang ingin saksi sampaikan?" tanya ketua hakim. Naura menatap Ronald, pandangan mereka bertemu. Ada perasaan getir di dalam hatinya, sulit untuk dijelaskan. Naura beralih menatap hakim, menggeleng. "Tidak ada, yang mulia." Setelah Naura menjawab, persidangan resmi ditutup. "Dengan ini dinyatakan secara resmi bahwa terdakwa Ronald Tirta, Sausan Tirta, dan beberapa jajaran Tirta yang terlibat dalam bisnis gelap perkebunan ganja dinyatakan dipenjara seumur hidu

    Last Updated : 2024-12-05

Latest chapter

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 210. Cinta Atau Kebebasan

    Naura berbaring di ranjang besarnya dengan kaki dan tangan yang dirantai. Matanya menatap kosong ke arah jendela kamar, dia benar-benar seperti setengah mati. Tak lama pintu kamarnya dibuka, Naura tetap tidak menunjukkan reaksi apa pun. Dia tetap berbaring memunggungi pintu. Suara langkah kaki pria terdengar, tanpa menoleh pun Naura tahu siapa yang datang. Althaf. Hanya pria itu yang dapat dengan mudah masuk dan keluar tanpa mengetuk pintu. "Kamu belum bangun?" Pria itu berbisik di telinga Naura, tangannya mengusap lembut bahu Naura. Naura memejamkan matanya erat, tidak berkenan menjawab. Napas lembut pria itu menabrak telinga serta kulit leher Naura, membuat lipatan ringan terbentuk di dahinya. "Sudah dua hari kamu tidak bicara, mau sampai kapan seperti ini?" tanya Althaf sambil mencium helaian rambut Naura. "Kamu tahu, aku tidak akan menyakitimu, tetapi justru melindungimu. Apa yang kamu pikirkan, Naura? Mengapa kamu tidak mau menerima kemuliaan ini dengan patuh?" sambung

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 209. Pergeseran Kursi

    Dua hari setelah kejadian besar, yaitu hilangnya sang nyonya besar Tirta secara misterius, kini gelombang baru kembali muncul. Saham perusahaan raksasa Renjana, hari ini resmi menurun dengan sangat tajam. Total kerugian mereka tak terhitung jumlahnya, membuat jajaran dan investor besar kepalang gila. Rapat besar diadakan secara mendadak, tidak ada yang tahu hari sial seperti ini akan menimpa Renjana. Tidak hanya dalam satu jenis bisnis, tetapi hampir seluruh bisnis yang dinaungi Renjana mengalami kerugian besar.Semua berdiri begitu Arjuna memasuki ruang rapat, tidak ada yang berani duduk sebelum sang pemimpin besar itu duduk. Rapat dimulai begitu Arjuna melirik Damian untuk membuka topik yang akan mereka bahas. Damian mengangguk cepat, lalu tangannya gesit menggerakkan kursor laptop untuk menjelaskan data yang baru saja ia buat. "Sesuai angka saham hari ini, titik terendah perusahaan dipegang oleh 'Renjana Oil', ia berada di angka lima ribu rupiah per lot dari lima belas ribu r

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 208. Obsesi dan Penjara

    Naura menatap tajam Althaf, meskipun raut wajahnya nampak tenang, kini kedua tangannya diam-diam gemetar. Althaf menyadari ketakutan Naura. Matanya berubah menjadi sangat berbeda, seperti hewan buas, tak jauh berbeda dengan apa yang dia rasakan dari orang-orang sekitar sebelumnya. Pria itu menatap tangan Naura yang gemetar, lalu semakin menyeringai tipis. "Kamu takut?" tanya Althaf. "Bajingan," balas Naura tajam, membuat Althaf mengerutkan keningnya. "Harus aku akui, kamu hebat karena hampir membuatku tertipu," ucap Althaf lalu melirik pecahan tajam vas bunga, dia masih berada di atas tubuh Naura untuk menahan gerakan wanita itu. "Menjijikkan," ucap Naura, matanya memerah penuh kebencian. Althaf terkekeh, lalu melepaskan pecahan vas itu dengan sangat hati-hati dari genggaman tangan Naura. "Apa ada yang terluka karena ini?" tanya Althaf sambil terus memastikan tidak ada luka di tangan Naura meskipun tangannya sendiri telah berdarah-darah. Naura menarik tangannya cepat, napasny

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 207. Cerdik Atau Licik?

    "Nyonya sempat keluar berkeliling, tetapi kemudian ia kembali ke dalam kamar dengan patuh." Dua pria penjaga di depan pintu melaporkan kegiatan Naura begitu Althaf kembali. Althaf hanya mengangguk singkat, lalu membuka pintu bilik Naura. Bibirnya kembali tersenyum lembut, tatapan mati dan dinginnya berubah menjadi hangat. "Naura?" Suaranya lembut seperti malaikat. Sosok Naura yang tengah berdiri di dekat jendela besar menatap pemandangan kosong di luar pun segera menoleh. "Kamu sudah kembali?" tanya Naura, lalu tersenyum tipis ke arah Althaf. Althaf mengangguk. "Maaf jika aku terlalu lama, pihak dapur tidak menyiapkannya dengan baik tadi." Kemudian dia memberi kode di belakangnya untuk segera masuk. Pelayan datang dengan troli makanan, lalu meletakkan satu persatu piring dan gelas di atas meja. Sepergian pelayan, Althaf pun melangkah menghampiri Naura. "Ada apa? Kamu tidak nyaman?" tanya Althaf. Naura menggeleng. "Tidak, aku hanya merindukan ibu dan Kate. Kapan mereka akan m

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 206. Tatapan Buas

    Naura melangkah menuju pintu kamarnya, ia kemudian menempelkan kupingnya untuk memeriksa suara di luar sana. Sepi. Tidak ada suara kegiatan atau percakapan apa pun kecuali langkah kaki yang berat dan sibuk. Tempat apa ini? Mengapa Althaf membawanya ke tempat seperti ini?Penjualan manusia? Memilih seorang nyonya keluarga berkuasa adalah pilihan ceroboh, Althaf tidak mungkin sebodoh itu. Saat tangan Naura iseng menarik gagang pintu, dia sedikit terkejut karena ternyata pintunya tidak terkunci. Meskipun ragu, Naura memberanikan dirinya untuk membuka pintu tersebut dan langsung mendapati dua sosok pria asing yang berjaga di depannya. Mata Naura menatap dingin ke arah keduanya, dua pria itu memperhatikannya sangat intens. Tetapi hal yang lebih mengejutkan terjadi begitu keduanya tiba-tiba membungkuk ke arah Naura. Naura menatap mereka heran, kenapa mereka membungkuk ke arahnya? Ada apa?"Siapa kalian?" tanya Naura, nada bicaranya penuh dengan kewaspadaan. "Apa ada sesuatu yang And

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 205. Tenang

    Naura membuka matanya cepat begitu mendapatkan kesadaran. Tubuhnya seolah tersentak kaget, keringat dingin membasahi pelipisnya. "Kamu baik-baik saja?" Suara Althaf yang lembut dan hangat terdengar, membuat Naura menoleh cepat dan mendapati sosok pria itu yang bersandar di jendela ruangan. Angin lembut menerpa wajahnya, membuat rambut hitam pria itu menari indah. Matanya yang cokelat pun selalu berhasil menyalurkan kehangatan. Naura tidak menjawab, matanya langsung sibuk memperhatikan sekelilingnya. Ini di mana? Jelas sekali bukan bagian dari Mansion Tirta. Tatapannya bergeser pada cermin, Naura tertegun saat melihat dirinya kini sudah memakai dress putih polos. Pakaian yang ia gunakan sebelum sadarkan diri di sini adalah kemeja kerja, namun entah bagaimana sekarang berubah?Banyak sekali pikiran kasar yang menumpuk di kepala Naura. Dia masih belum bisa mencerna, terakhir kali mengingat bahwa dirinya sadar adalah setelah mengangkat panggilan Kate. Berikutnya dia memakan cheesec

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 204. Kekuatan Phantom

    "Sebenarnya ini... Ada apa? Naura menghilang?" Suara Mela yang khawatir terdengar, membuat semuanya menoleh ke ambang pintu. Kate dengan cepat menghampiri Mela. "Nyonya, Anda--""Naura...." gumam Mela sambil meletakkan tangan kanannya di atas dada sebagai bentuk takut dan khawatir. "Aku akan mencarinya, ibu." Arjuna berusaha menenangkan Mela. Kedua mata Mela mulai berkaca-kaca, matanya menatap Arjuna. "Putriku... Putriku dalam bahaya...." Lalu perlahan tubuhnya mulai berdiri tidak stabil. Kate dengan sigap menahan tubuh Mela bersama pelayan pribadinya. "Cepat, bawa nyonya besar ke kamar."Begitu Mela pergi, mereka bertiga pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke Mansion Renjana. Arjuna tetap menjalankan mobil dengan kecepatan yang sama, matanya menatap tajam ke sekitar. Phantom. Dia tidak akan mengizinkan mereka mengambil wanitanya.Kali ini Arjuna tidak akan menahan diri, karena mereka sendirilah yang telah melanggar perjanjian. Mereka berjanji tidak akan menyentuh Naura jika A

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 203. Kursi Penguasa

    Arjuna berlari cepat menuju mobilnya, seluruh pelayan menatap heran ke arahnya.Selain karena hujan dan petir, malam itu terasa sangat mencekam untuk Arjuna karena ini menyangkut keselamatan Naura. Pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tak masuk akal, kedua tangannya mencengkeram kuat stir mobil. Sampai di Mansion Tirta, Arjuna turun tanpa peduli guyuran air hujan. Seluruh pelayan dibuat terkejut oleh kehadiran Arjuna, sampai akhirnya Mela muncul. "Ada apa ini?" tanya Mela khawatir begitu mendapati sosok Arjuna yang basah karena hujan. "Di mana Naura, bu?" tanya Arjuna cepat. Mela mengerutkan keningnya bingung. "Naura... Dia ada di ruang kerja. Ada apa, nak?"Arjuna tetap terlihat sangat khawatir. "Apa ibu baik-baik saja?" Mela mengangguk kebingungan. "Iya... Aku baik-baik saja, ada ap--""Perketat keamanan Mansion, bu." Potong Arjuna, lalu melangkah cepat menuju ruang kerja Arjuna. Mela masih mematung bingung di posisinya, hingga tak lama Kate dan Damian muncul. "Nyon

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 202. Terungkap

    Kate tiba di studio kerja pribadinya, kemudian meletakkan tas dan mulai menyalakan mesin komputer. Sesuai perintah Naura, wanita itu meneliti rekaman CCTV yang diberikan atasannya. Tatapan Kate berubah tajam, sesekali menyipit untuk mendeteksi keanehan di rekaman. Tetapi seperti yang Naura katakan, dia juga tidak berhasil menemukan keanehan, kecuali saat adegan penusukan Arjuna. "Di mana bagian yang salah?" gumam Kate sambil terus memaju mundurkan kursor. Tak lama suara dering ponselnya terdengar, Kate berdecak kesal karena pekerjaannya terganggu. Dengan malas dia meraih tas-nya dan mengeluarkan ponsel, namun saat melihat nama kontak yang menghubunginya, amarahnya seketika menghilang. "Iya, tuan Damian? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Kate, matanya kembali menatap layar komputer lagi. "Mengantarkan obat? Terima kasih banyak, namun saya baik-baik saja." Kate melirik sekilas ke arah ponselnya begitu mendengar Damian hendak mengantarkan obat. Mendengar Damian yang sepertinya tid

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status