Share

Bab 66. Melawan Tirta

Penulis: nanadvelyns
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-01 11:42:06
Naura dan yang lain singgah lama di kediaman Mela, hingga akhirnya memasuki waktu makan malam.

Mereka semua duduk bersama di meja makan kali ini, termasuk Damian dan Kate.

Suasana terasa hangat dan menyenangkan, semuanya menikmati makanan masing-masing.

Hingga Mela bertanya mengenai kehidupan Naura sebelum perceraian.

"Jadi kamu bercerai dengan Zafir Wajendra, nak?" tanya Mela dengan hati-hati, meskipun ia telah mengetahui alasannya dari Arjuna, Mela ingin mendengar dari bibir anaknya langsung.

Naura terdiam beberapa detik, kemudian mengangguk. "Iya, benar."

Mela balas mengangguk juga, lalu meletakkan sendok makannya untuk mengelus lembut tangan Naura.

"Kamu bisa menceritakannya nanti jika sudah--"

"Kita hanya tidak cocok saja, Wajendra juga sudah memiliki nyonya baru menggantikanku. Semuanya berjalan normal kembali." Potong Naura, kedua matanya menatap lauk makan malam miliknya dengan dingin.

Mela tersenyum, dia tidak bisa membayangkan sehancur apa perasaan anaknya saa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 67. Tirta dan Phantom?

    "Aku pulang dulu, bu. Jaga diri ibu baik-baik," ucap Naura sambil memeluk erat ibunya. Mela mengangguk, matanya sedikit berkaca-kaca sekarang. "Tentu, nak. Kamu juga, berhati-hatilah selagi ibu tidak bersamamu."Naura tersenyum hangat, mengangguk. Setelah puas berpelukan dan saling melempat kalimat hangat, Naura pun akhirnya masuk ke dalam mobil. Arjuna masih berdiri di hadapan Mela, pria itu menatap Mela datar. Mela tersenyum. "Jaga putriku, aku mohon."Arjuna mengangguk, kemudian badannya sedikit membungkuk singkat, membuat Damian melotot kaget.Ini pertama kalinya Damian melihat Arjuna membungkuk pada seseorang, bahkan sekelas raja pun dia tembaki dengan tatapan tajam. "Tentu, jaga diri Anda baik-baik juga, nyonya." Kemudian Arjuna masuk ke dalam mobilnya. Naura menatap kosong jendela mobil saat kendaraan mereka berangsur menjauh dari kediaman ibunya. Tubuh Naura perlahan gemetar, kedua matanya mengeluarkan air mata tanpa diketahui siapapun. Tetapi Arjuna menyadarinya, pria

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 68. Pedang Bermata Dua Tirta

    "Kamu harus tahu wajah khawatir putraku kemarin, nak. Dia seperti orang yang mengetahui bahwa besok akan kiamat," ujar Helena sambil memeluki Naura dengan senyum hangatnya.Naura terkekeh, Helena langsung memeluknya erat setelah mengetahui bahwa dirinya telah kembali."Mereka tidak melakukan hal macam-macam padamu kan?" tanya Helena, melepas pelukannya dan menatap Naura penuh perasaan khawatir. Naura menggeleng, lalu mengangkat tangannya yang masih dililit kain kasa medis. "Tidak, bu, yang satu ini murni kecerobohanku."Helena menghela napas lega, lalu menatap putranya lagi. "Cepat antar Naura ke butik, kamu juga jangan sampai terlambat."Arjuna mengangguk singkat, lalu setelah dua hingga tiga kalimat berpamitan hangat, mereka segera memasuki mobil. Di dalam, Naura mulai sibuk membolak-balikan kertas yang berisi desain terbaru untuk butiknya.Kali ini mereka berangkat dengan mobil terpisah dari Kate dan Damian, Naura menyadari ada sesuatu yang sepertinya ingin pria itu bicarakan ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 69. Bungkam Untuk Hidup

    Apa yang kalian pilih jika dapat memilih jalan hidup begitu akan lahir? Menjadi orang kaya? Cantik atau tampan? Berdarah bangsawan? Sebagian besar orang akan memilih kemewahan, tapi berbeda dengan Naura. Jika diperbolehkan memilih, Naura ingin lahir di keluarga sederhana. Keluarga yang hanya memiliki cukup harta, kebahagiaan, dan kehangatan. Dia ingin dapat merakit dan memutuskan jalan hidupnya sendiri, bukan menjadi keturunan ningrat yang harus tunduk pada aturan. Kegelimangan yang ada di tangannya adalah pisau bermata dua. Emas dan permata telah membunuh kebahagiaan dan kebebasannya. PLAK!Tamparan keras mendarat di pipi gadis kecil berumur sepuluh tahun itu. Dia memiliki warna cokelat sehangat musim semi, namun hatinya sedingin musim salju di bulan Desember. Naura."Ronald adalah kakakmu! Dia penerus keluarga! Jadi jangan berbicara dengan nada tinggi padanya! Tidak sopan!" Sausan menunjuk wajah gadis kecil yang sudah tertunduk dalam. "Ma--maafkan aku, ibu Sausan," jawabnya d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 70. Kebingungan Arjuna. Bagaimana Cara Menghibur Wanita?

    "Kamu sudah menunggu lama?" tanya Naura begitu ia masuk ke dalam mobil Arjuna. "Tidak," jawab Arjuna datar seperti biasa. Naura menghela napas gusar, lalu memijat keningnya pelan. "Ada apa? Pekerjaanmu lebih sibuk dari biasanya lagi?" tanya Arjuna setelah melihat sikap Naura yang terulang seperti terakhir kali ia jemput. Naura menggeleng. "Nanti aku ceritakan setelah kepalaku dingin." Arjuna tersenyum tipis, lalu mulai menginjak pedal gas mobil. Selama perjalanan hening, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing tanpa tahu bahwa apa yang sedang mereka pikirkan adalah hal yang sama. Saat lampu merah muncul dan berhenti, Arjuna menoleh lagi ke Naura. "Kamu ingin pergi ke tempat lain dulu sebelum pulang?" Naura menggeleng lemah. "Tidak, aku ingin langsung beristirahat."Arjuna mengangguk mengerti, lalu kembali menginjak pedal gas saat lampu hijau muncul. Tak lama setelahnya, Arjuna kembali berbicara. "Aku baru saja menemukan fakta terbaru mengenai Tirta, kita bicarakan setelah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 71. Pertahanan Gairah Arjuna?

    Arjuna membawa Naura ke ruang kerjanya, mereka duduk berhadapan di sofa tengah ruangan. Naura menunggu penjelasan Arjuna selagi pria itu sibuk mengeluarkan beberapa tumpuk kertas di atas meja. "Ini bukti kerjasama gelap Phantom," ujar Arjuna, menunjuk satu persatu kertas. Naura mengerutkan keningnya. "Kebun ganja?" Arjuna mengangguk. "Tirta memiliki perkebunan ganja di pinggir kota, tepatnya di pabrik minuman kemasan yang mereka kelola.""Itu sebabnya mereka tidak terendus pihak kepolisian?" tanya Naura. Arjuna mengangguk lagi. "Bahkan jika pihak kepolisian tahu mereka pasti memilih untuk tetap diam. Kebun itu berada tepat di bawah pabrik, tidak semua pekerja memiliki akses ke sana. Mereka akan aktif beroperasi pada malam hari, dengan tempat seperti itu tidak akan ada yang memiliki kecurigaan bahwa di bawah tanah yang mereka injak adalah ratusan hektar kebun ganja." Naura mengambil salah satu kertas yang berisi kontrak perjanjian resmi antara Tirta dan Phantom, keuntungan bisnis

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 72. Sang Nona Memberontak

    Hari ini adalah penentuan.Naura masih sibuk memakai antingnya, tak lama suara ketukan pintu terdengar."Masuk."Pintu segera terbuka dan sosok Kate muncul, pria itu tersenyum penuh semangat dan ramah seperti biasanya. "Atas perintah tuan Renjana, mobil sudah siap untuk anda, nona."Naura mengangguk, lalu bergegas keluar kamar yang diikuti oleh Kate. "Semua bukti sudah dibawa?" tanya Naura. Kate mengangguk. "Sudah, nona.""Oh, di mana surat kontrak yang diberikan Tirta?" tanya Naura. Kate dengan cepat membuka tas-nya, lalu menyerahkan selembar surat kontrak yang sempat Tirta berikan untuk Arjuna. "Terima kasih, Kate.""Dengan senang hati, nona."Mobil Naura melaju cepat dari Mansion dengan Damian yang memegang kemudi. Naura menatap dingin ke arah luar jendela, hari ini dia akan mengakhiri permainan Ronald dan Sausan. Mobil Naura sampai di Mansion Tirta sekitar empat puluh menit, seolah tahu Naura akan datang, Leon telah menunggu di depan pintu masuk.Pria itu membukakan pintu N

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 73. Naura... Adikku, Mari Akhiri Penderitaan Ini

    "Dari mana kamu dapat semua berita itu?" tanya Ronald, mereka sekarang berada di ruang kerja pria itu. Naura berdiri menatap Ronald yang duduk di meja kerjanya, tatapannya tetap sedingin bongkahan es meskipun hatinya merasa terancam. "Kamu takut?" balas Naura, bibirnya sedikit tersenyum tipis. Ronald balas tersenyum tipis. "Renjana berhubungan dengan Phantom, benar?" Naura menyimpan kembali senyumnya, dari mana pria itu tahu? "Hanya Phantom yang dapat mengulik berita-berita itu, karena mereka sendirilah yang melenyapkannya," timpal Ronald, memberikan penjelasan masuk akal."Apa yang kamu inginkan?" tanya Ronald lagi. Naura dengan cepat menjawab,"Hak ibuku sebagai nyonya Tirta dan tarik syarat tidak masuk akal kalian untuk Renjana."Ronald terlihat sedikit keberatan, sepertinya pria itu sedang menimbang permintaan Naura dan tuntutan ibunya. Naura tidak akan membiarkan Ronald lebih condong pada Sausan, dia akan terus mendesak. "Berita-berita ini seharga nyawamu, bukan? Aku tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 74. Ronald, Tuan Yang Kehilangan Arah

    Naura tersenyum dingin di posisinya, dia masih membelakangi Ronald yang menodongnya dengan pistol. Dengan tenang ia mengambil pistol yang tergeletak di lantai, lalu berbalik ke arah Ronald sambil membalas todongan pistol tersebut. "Jangan samakan aku dengan takdir menyedihkanmu, Ronald," ucap Naura, pandangan matanya mendingin. Ronald hanya diam, pandangan matanya sudah menjadi normal seperti biasa, dingin. "Takdir dan deritamu tidak perlu disamakan dengan kehidupanku. Kamu benar, kita memang tidak pernah benar-benar memiliki pilihan, tapi aku setidaknya memiliki kebebasan," ucap Naura tegas. Ronald menggeleng pelan, bibirnya kembali tersenyum tipis. "Tidak ada bedanya--""Ada. Perbedaan kita jauh," potong Naura, lalu melanjutkan,"Setidaknya aku bisa melangkah keluar dari sini, tidak sepertimu yang harus menahan penderitaan dan membusuk selamanya."Ronald mengeratkan genggaman pada pistol miliknya, kedua matanya mulai menunjukkan amarah kembali. "Takdir kita adalah bersaing dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05

Bab terbaru

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 220. Cinta Yang Terlalu Besar

    Dua hari setelah kejadian Naura berhasil kembali, Arjuna mulai sibuk 'membersihkan' kekacauan yang Althaf buat di Renjana. Di ruang kerja Arjuna seperti biasa, Damian, Aimee, dan Tiara Bara berkumpul. "Bagaimana hasil kemarin?" tanya Arjuna, pria itu duduk sambil menatap satu persatu wajah di hadapannya. Aimee menggeleng singkat. "Phantom masih belum melakukan pergerakan apa pun, tidak ada laporan terbaru."Arjuna menaikkan alis kirinya, aneh sekali rasanya Phantom tidak bergegas bergerak menyelamatkan Althaf dari penjara. Phantom adalah organisasi yang terkenal besar dan gelap, selain menjual informasi, mereka juga terkenal dengan gerakannya yang agresif. Jika dicocokkan dengan sifat tersebut, seharusnya belum ada satu hari, penjara tempat Althaf dikurung telah hancur. "Phantom tidak mungkin diam saja, sebaiknya kita juga mulai mencari jalan lain untuk banyak kemungkinan." Damian menatap serius ke arah Arjuna. Tiara Bara mengangguk setuju. "Itu benar, seperti mungkin mendobrak

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 219. Kotak Rindu

    Naura duduk tenang di atas ranjang rumah sakit setelah dokter dan perawat selesai memeriksa kondisinya. Arjuna duduk di sofa tak jauh dari ranjang, pria itu masih terlihat sangat sibuk mengutak-atik iPad besar miliknya. Selepas kepergian Althaf, Arjuna tanpa banyak bicara langsung menariknya masuk ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit. Damian masih sibuk mengurus kepala keluarga sembilan pilar negara bersama Tiara Bara, bagaimanapun kejadian tadi cukup menggemparkan. Media yang disiapkan oleh Tiara Bara di luar gedung pertemuan telah sukses mengunci berita dan meledakkannya ke seluruh sosial media. Sedangkan Kate mengurus kebutuhan dan urusan rumah sakit Naura. Naura hanya duduk tenang di posisinya, matanya menatap lembut ke arah Arjuna. Sosok pria yang sangat ia rindukan kini telah kembali, tidak ada rasa tenang lain yang dapat mengalahkan rasa tenangnya saat ini. Tak lama Arjuna mengangkat pandangannya, sepertinya pria itu baru tersadar bahwa dokter telah pergi. Deng

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 218. Mengembalikan Apa Yang Diberi

    "Selamat datang, tuan Renjana." Tiara Bara mengulurkan tangan ke arah Althaf untuk berjabat tangan, bibirnya tersenyum formal. Sejak kematian ayahnya, Tiara Bara mulai menggantikan posisi ayahnya. Saat ini seluruh Indonesia bukan lagi memanggilnya 'nona Bara', tetapi 'nyonya Bara'. Althaf membalas uluran tangan Tiara, matanya menangkap sorot kemisteriusan di tatapan wanita itu. Mengesampingkan semua itu, Althaf pun mulai berbaur dengan para kepala keluarga sembilan pilar negara lainnya. Sejak awal dia menggantikan posisi Arjuna, hanya ada satu keluarga yang tak pernah muncul, yaitu Wajendra. Tidak ada yang tahu bagaimana kabar Zafir Wajendra, pria itu seolah hilang ditelan bumi. Pria itu menutup akses media rapat-rapat, dari kabar yang beredar Zafir Wajendra masih sangat terpukul atas perceraiannya yang kedua kalinya. Sejujurnya Althaf sangat ingin bertatap wajah dengan Zafir secara langsung, pria itu diam-diam ingin meninju wajah pria yang pernah menginjak putri mahkotanya.

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 217. Selamat tinggal, Dragon Castle

    Naura turun dari mobil dengan hati-hati dibantu Althaf, mereka baru saja kembali dari acara besar kementerian keuangan. Semuanya berjalan lancar, Althaf sama sekali tidak menaruh curiga padanya. Naura pun berusaha semaksimal mungkin untuk terlihat seperti biasa. Kembali masuk ke dalam Dragon Castle, pandangan mata para anggota Phantom pun kembali jatuh lekat ke arahnya. Seluruhnya membungkuk karena sosok Althaf yang mengikutinya, Naura mulai terbiasa dengan suasana dan tatapan buas mereka. Saat awal kedatangannya kemari, Naura masih memiliki kecemasan dan takut untuk saling tatap dengan mereka. Tetapi sekarang berbeda, kecemasan itu hilang dan digantikan kepercayaan diri. Meskipun sebagian besar mereka menganggapnya 'hutang' atau 'alat pencetak monster', namun tak satupun dari mereka yang berani menyentuhnya karena Althaf. Naura dapat memanfaatkan hal itu. Semuanya pun semakin terasa berbeda setelah kejadian Daisy, hal itu sepertinya cukup menjelaskan dengan tegas seperti apa po

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 216. Api Baru

    Naura memperhatikan pemandangan ramai di luar. Begitu tiba di gedung acara utama, kerumunan media wartawan terlihat memenuhi tepi karpet merah. Naura mengepalkan kedua tangannya tanpa sadar sambil terus menatap ke luar. Apa dia akan bertemu dengan Arjuna di sini? Bagaimana reaksi pria itu setelah mengetahui keberadaannya? Apa yang Arjuna lakukan selama dirinya dikurung di Dragon Castle? Apa pria itu mencarinya? Apa pria itu memikirkannya?Tak lama tangan besar menyambar tangan kirinya yang terkepal, membuat lamunan Naura bubar dan segera menoleh ke samping. "Kamu mengkhawatirkan sesuatu?" tanya Althaf, mata hijau emerald-nya melirik datar seolah sedang membedah isi kepala Naura untuk melihat apa yang ia pikirkan. Naura menggeleng pelan dan menarik tatapannya dari Althaf. "Tidak." Lalu melirik tangan besar Althaf yang mengelus lembut tangannya. Begitu mobil berhenti, Althaf turun lebih dulu begitu sang sopir membukakan pintu mobil untuknya. Naura tetap diam sampai akhirnya Altha

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 215. Tatapan Mati

    Begitu selesai mengeksekusi kedua lengan Daisy, beberapa pelayan pun masuk dan membersihkan bekas darah yang masih terus mengalir. Dua penjaga di depan yang tadi memotong tangan Daisy pun telah menyeret wanita itu keluar. Daisy pingsan di tempat, sementara Naura sama sekali tidak diberi kesempatan oleh Althaf untuk melihat. "Pemandangan itu terlalu kotor untukmu," ucap Althaf sambil mengelus ujung mata Naura. Naura menatap Althaf, semakin lama berada di sini, maka semakin hilang pula gairah serta emosi di tatapan Naura. Naura itu kini memiliki tatapan yang datar dan dingin, seolah tidak lagi merasakan emosi. "Sepertinya aku perlu memanggil dokter," ucap Althaf yang kini beralih memperhatikan lengan Naura yang masih memerah. Naura menggeleng pelan. "Tidak perlu, aku baik-baik saja.""Tapi--""Putra mahkota, saya Hell." Suara ketukan pintu dan bawahan pribadi Althaf pun terdengar. Tak lama pintu kamar Naura terbuka, Hell masuk dan tak terkejut sedikitpun meskipun lantai kamar Na

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 214. Putri Mahkota

    Naura melangkah turun dari kasurnya dengan kedua kaki yang dirantai. Rantai panjang menjuntai mengikuti arah pergerakannya. Di sampingnya Daisy, anggota Phantom yang dipilih secara khusus untuk melayani Naura mendampingi seperti biasa. Naura duduk dengan tenang di meja makannya, raut wajahnya tanpa ekspresi seperti biasa. Daisy membuka penutup makanan, lalu mempersilahkan Naura untuk menyantap makanannya. Naura menatap datar makanan tersebut, lalu tangan kanannya bergerak menyendok kuah kaldu ayam yang disuguhkan. Keningnya sedikit terlipat kalau merasakan rasa yang dominan manis daripada gurih, Naura tidak begitu menyukai makanan manis jika itu bukan dessert. Melihat raut wajah Naura, Daisy pun ikut mengerutkan keningnya. "Apa ada yang salah?" tanya Daisy, nada bicaranya memang tidak begitu bersahabat sejak awal pertemuan mereka. Naura meletakkan sendoknya dengan tenang. "Terlalu manis." Lalu mendorong mangkuknya sedikit menjauh. Daisy menaikkan alis kirinya. "Kita tidak mun

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 213. Cahaya Yang Diambil

    Kate melangkah dengan raut wajah datar di Koridor besar Mansion Tirta. Kondisinya tidak terlihat begitu baik. Matanya memerah dengan kantung mata yang terlihat jelas karena jam tidur yang berantakan. Tangannya menggendong berkas dokumen terkini perusahaan, setiap langkahnya dipenuhi harapan akan melihat sosok Naura di ruang kerja seperti biasa untuk memeriksa dokumen yang ia bawa. Helaan napas lelah berulang kali keluar, pikiran wanita itu kacau. Sudah hampir seminggu Mansion Tirta terasa sangat suram dan mati, seolah cahaya telah direnggut dari mereka. Begitu sampai, matanya menatap sendu ke arah meja kerja Naura. Rasanya lebih baik lelah menasihati jam makan dan istirahat atasannya daripada tidak melihat sosoknya sama sekali. Kate melangkah dengan hati yang gelisah, semakin dekat, maka semakin dalam pula genangan air mata di dalam kelopak matanya. Dengan hati-hati ia meletakkan dokumen tersebut, lalu menyentuh cincin kepala keluarga Tirta milik Naura. Dari sem

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 212. Menyusun Rencana

    Ruang kerja Arjuna penuh dengan manusia-manusia berkepala panas. Damian, Aimee, Helena, dan pria misterius dari Phantom.Tak ada satupun dari mereka yang menduga bahwa Althaf berani muncul ke permukaan dengan cara yang sangat kasar seperti itu. Tetapi di antara semuanya, Helena lah yang memiliki raut wajah paling buruk. Bagaimana tidak? Ternyata suami 'bodohnya' tidak hanya berulah sampai kabur dari tanggungjawab saja, tetapi juga membuat anak haram tanpa sepengetahuannya. Entah beban seperti apa yang ingin pria itu tinggalkan untuk anak mereka, Helena benar-benar murka sekarang. "Cepat atau lambat Althaf akan merangsek ke posisi yang tidak bisa digantikan," ucap Aimee sambil terus menatap kosong ke arah lantai, kedua sudut alisnya menyatu erat. "Phantom selalu bergerak tanpa diduga, kita harus menemukan celah lain," timpal Damian yang juga menatap kosong ke lantai dengan lipatan kening serius. Pria misterius yang dipanggil 'Bee' itu pun menatap Arjuna datar. "Apa yang ingin An

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status