All Chapters of Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu: Chapter 71 - Chapter 80

120 Chapters

Bab 71. Pertahanan Gairah Arjuna?

Arjuna membawa Naura ke ruang kerjanya, mereka duduk berhadapan di sofa tengah ruangan. Naura menunggu penjelasan Arjuna selagi pria itu sibuk mengeluarkan beberapa tumpuk kertas di atas meja. "Ini bukti kerjasama gelap Phantom," ujar Arjuna, menunjuk satu persatu kertas. Naura mengerutkan keningnya. "Kebun ganja?" Arjuna mengangguk. "Tirta memiliki perkebunan ganja di pinggir kota, tepatnya di pabrik minuman kemasan yang mereka kelola.""Itu sebabnya mereka tidak terendus pihak kepolisian?" tanya Naura. Arjuna mengangguk lagi. "Bahkan jika pihak kepolisian tahu mereka pasti memilih untuk tetap diam. Kebun itu berada tepat di bawah pabrik, tidak semua pekerja memiliki akses ke sana. Mereka akan aktif beroperasi pada malam hari, dengan tempat seperti itu tidak akan ada yang memiliki kecurigaan bahwa di bawah tanah yang mereka injak adalah ratusan hektar kebun ganja." Naura mengambil salah satu kertas yang berisi kontrak perjanjian resmi antara Tirta dan Phantom, keuntungan bisnis
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 72. Sang Nona Memberontak

Hari ini adalah penentuan.Naura masih sibuk memakai antingnya, tak lama suara ketukan pintu terdengar."Masuk."Pintu segera terbuka dan sosok Kate muncul, pria itu tersenyum penuh semangat dan ramah seperti biasanya. "Atas perintah tuan Renjana, mobil sudah siap untuk anda, nona."Naura mengangguk, lalu bergegas keluar kamar yang diikuti oleh Kate. "Semua bukti sudah dibawa?" tanya Naura. Kate mengangguk. "Sudah, nona.""Oh, di mana surat kontrak yang diberikan Tirta?" tanya Naura. Kate dengan cepat membuka tas-nya, lalu menyerahkan selembar surat kontrak yang sempat Tirta berikan untuk Arjuna. "Terima kasih, Kate.""Dengan senang hati, nona."Mobil Naura melaju cepat dari Mansion dengan Damian yang memegang kemudi. Naura menatap dingin ke arah luar jendela, hari ini dia akan mengakhiri permainan Ronald dan Sausan. Mobil Naura sampai di Mansion Tirta sekitar empat puluh menit, seolah tahu Naura akan datang, Leon telah menunggu di depan pintu masuk.Pria itu membukakan pintu N
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 73. Naura... Adikku, Mari Akhiri Penderitaan Ini

"Dari mana kamu dapat semua berita itu?" tanya Ronald, mereka sekarang berada di ruang kerja pria itu. Naura berdiri menatap Ronald yang duduk di meja kerjanya, tatapannya tetap sedingin bongkahan es meskipun hatinya merasa terancam. "Kamu takut?" balas Naura, bibirnya sedikit tersenyum tipis. Ronald balas tersenyum tipis. "Renjana berhubungan dengan Phantom, benar?" Naura menyimpan kembali senyumnya, dari mana pria itu tahu? "Hanya Phantom yang dapat mengulik berita-berita itu, karena mereka sendirilah yang melenyapkannya," timpal Ronald, memberikan penjelasan masuk akal."Apa yang kamu inginkan?" tanya Ronald lagi. Naura dengan cepat menjawab,"Hak ibuku sebagai nyonya Tirta dan tarik syarat tidak masuk akal kalian untuk Renjana."Ronald terlihat sedikit keberatan, sepertinya pria itu sedang menimbang permintaan Naura dan tuntutan ibunya. Naura tidak akan membiarkan Ronald lebih condong pada Sausan, dia akan terus mendesak. "Berita-berita ini seharga nyawamu, bukan? Aku tidak
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 74. Ronald, Tuan Yang Kehilangan Arah

Naura tersenyum dingin di posisinya, dia masih membelakangi Ronald yang menodongnya dengan pistol. Dengan tenang ia mengambil pistol yang tergeletak di lantai, lalu berbalik ke arah Ronald sambil membalas todongan pistol tersebut. "Jangan samakan aku dengan takdir menyedihkanmu, Ronald," ucap Naura, pandangan matanya mendingin. Ronald hanya diam, pandangan matanya sudah menjadi normal seperti biasa, dingin. "Takdir dan deritamu tidak perlu disamakan dengan kehidupanku. Kamu benar, kita memang tidak pernah benar-benar memiliki pilihan, tapi aku setidaknya memiliki kebebasan," ucap Naura tegas. Ronald menggeleng pelan, bibirnya kembali tersenyum tipis. "Tidak ada bedanya--""Ada. Perbedaan kita jauh," potong Naura, lalu melanjutkan,"Setidaknya aku bisa melangkah keluar dari sini, tidak sepertimu yang harus menahan penderitaan dan membusuk selamanya."Ronald mengeratkan genggaman pada pistol miliknya, kedua matanya mulai menunjukkan amarah kembali. "Takdir kita adalah bersaing dan
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 75. Sang Nyonya Tirta

Persidangan untuk mengadili kasus Tirta diproses satu hari setelah penangkapan. Media dibuat gempar akan kabar yang tiba-tiba muncul, tidak ada yang menyangka bahwa Tirta menyimpan rahasia yang sangat kelam. Naura dan Arjuna hadir sebagai saksi, sementara Ronald dan yang lain telah memakai baju tahanan, duduk di tengah ruang persidangan. Sausan terlihat sangat berantakan meskipun hanya berbeda satu hari dari kejadian kemarin.Wajah wanita itu lemas dan pucat, kekayaan dan kekuasaannya dicabut total. "Apa ada pernyataan lain yang ingin saksi sampaikan?" tanya ketua hakim. Naura menatap Ronald, pandangan mereka bertemu. Ada perasaan getir di dalam hatinya, sulit untuk dijelaskan. Naura beralih menatap hakim, menggeleng. "Tidak ada, yang mulia." Setelah Naura menjawab, persidangan resmi ditutup. "Dengan ini dinyatakan secara resmi bahwa terdakwa Ronald Tirta, Sausan Tirta, dan beberapa jajaran Tirta yang terlibat dalam bisnis gelap perkebunan ganja dinyatakan dipenjara seumur hidu
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 76. Sejarah Baru Tirta

Keesokannya, Naura dan Arjuna langsung menuju Mansion lain Tirta untuk rapat. Mereka tidak bisa mengadakannya di Mansion utama karena tempat itu masih terpasang garis polisi. Kate membukakan pintu untuk Naura, wanita itu melangkah masuk diikuti Arjuna dari belakang. Begitu memasuki ruang rapat, seluruh anggota Tirta menoleh, tidak ada yang berdiri dari kursi mereka untuk menyambut. Tetapi saat Arjuna muncul, mereka semua terkejut dan berdiri. Naura memperhatikan wajah mereka satu persatu, perasaan seperti meragukan dirinya terasa sangat jelas. Meskipun begitu, wajah terkejut mereka saat melihat Arjuna membuat Naura sedikit puas. Mereka jadi berpikir ulang mengenai kekuatan Naura, karena wanita itu sanggup membuat Renjana berjalan di belakangnya. "Selamat pagi, senang bertemu Anda semua," sapa Naura dengan senyum formal. Para tetua tidak fokus dengan sapaan Naura, mereka hanya tersenyum dan membalas sedasarnya. Mereka justru memperhatikan cincin berwarna ungu yang melingkar di ja
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab 77. Bayangan Masa Depan Helena

Seminggu kemudian Naura sibuk mengurus bisnisnya dan pemulihan Tirta. Dia dan Mela telah pindah ke Mansion baru Tirta, Mansion lama telah resmi disita negara.Hari ini dia datang ke Mansion Renjana untuk memenuhi panggilan Helena, wanita itu belakangan ini sering mengeluh kesepian setelah Naura pindah. "Selamat datang, Nyonya," sapa Damian saat mereka berpapasan di pintu masuk. Naura balas tersenyum. "Sore, tuan Damian. Apa ada tamu di dalam?" tanya Naura setelah melihat mobil asing terparkir di halaman depan. Damian mengangguk. "Benar, suami dari mendiang sepupu Arjuna.""Oh, apa tidak masalah aku masuk?" tanya Naura lagi, khawatir mengganggu perbincangan mereka. Damian mengangguk lagi. "Tentu, silahkan. Pria itu hanya mampir sebentar."Saat Naura hendak melanjutkan langkahnya, Damian tiba-tiba kembali bicara. "Oh, jika Anda memiliki waktu luang sebaiknya kunjungi Arjuna, pria itu hampir membusuk frustasi di ruangan kerjanya.""Apa ada pekerjaan besar akhir-akhir ini?" tanya Naur
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab 78. Jatuh Cinta, Sangat Jatuh Cinta

Waktu berjalan cepat, malam hari tiba. Robin sudah pergi dari tiga jam yang lalu karena harus segera berangkat ke bandara. Naura menemani Ana bermain di kamar yang telah disiapkan Helena, bahkan jam sepuluh malam anak itu masih memiliki energi yang sangat penuh. "Bibi! Ayo kita bermain kejar-kejaran lagi!" Ajak Ana penuh semangat, sementara Naura telah merasa lelah. Entah sudah berapa kali mereka bermain kejar-kejaran mengelilingi Mansion Renjana yang sangat luas. "Sudah larut malam, Ana. Saatnya tidur, bagaimana?" jawab Naura sambil mengulurkan tangannya ke arah Ana. Senyum Ana pudar, bocah itu segera menggeleng. "Tapi aku masih ingin bermain....""Waktu bermain sudah habis, Ana." Suara Arjuna tiba-tiba terdengar, membuat Naura dan Ana menoleh bersamaan ke ambang pintu. "Paman?" tanya Ana, wajahnya kembali tersenyum. Arjuna melangkah masuk, lalu berdiri duduk di samping Naura. "Kamu lelah?" tanya Arjuna sambil memperhatikan wajah Naura. Naura hanya tersenyum dan mengangguk t
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 79. Ana Terlibat Kasus?!

Mereka mulai kembali ke kesibukan masing-masing. Arjuna dan Naura mengurus pekerjaannya, sementara Ana pergi ke sekolah Paud untuk belajar. Naura saat ini berada di kantor pusat terbesar Tirta, dia mulai bekerja di sini sejak seminggu yang lalu. Tetapi perhatiannya pada toko butik tidak putus. Di tengah kesibukannya memeriksa desain-desain pakaian terbaru yang masuk ke butik, ponsel Naura tiba-tiba berdering. Naura segera mengangkat panggilan tersebut, keningnya sedikit terlipat saat Arjuna lah yang meneleponnya. "Ada apa?" tanya Naura. "Guru Ana baru saja meneleponku, anak itu terlibat kasus di sekolah. Apa yang harus aku lakukan? Memanggil polisi?" tanya Arjuna, dari nada bicaranya Naura bisa merasakan bahwa pria itu khawatir. Naura memperdalam lipatan di keningnya. "Kasus?" Dia bertanya-tanya, kasus apa yang sekiranya terjadi pada anak umur empat tahun? "Iya, aku dipanggil ke sana sebagai walinya. Tetapi tiga puluh menit lagi aku harus tiba di Singapura," jawab Arjuna. Naur
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 80. Lambaian Tangan Perpisahan Ana

"Sebaiknya masalah ini tidak perlu dibesar-besarkan," ucap Naura setelah beberapa detik hening karena semuanya merasa terintimidasi diam-diam. Naura kembali menatap Ana, mengelus kepala anak itu. "Ayo, Ana. Minta maaf, kamu sudah melukai temanmu, loh...."Ana mencengkeram erat pakaian Naura, terlihat keberatan. Tetapi kemudian Ana mendekati temannya dan mengulurkan tangan. "Maafkan aku," ucap Ana. Anak laki-laki itu menatap ibunya terlebih dahulu, kemudian dia membalas uluran tangan Ana. "Aku juga minta maaf." Setelah kedua anak itu saling memberi maaf, Naura kembali meminta Ana untuk menghampirinya. "Anak baik," ucap Naura, mengelus lembut kepala Ana sekali lagi. "Apa Anda masih memiliki hal lain yang ingin disampaikan, nyonya?" tanya Naura, beralih menatap orangtua anak tersebut. Wanita itu menggeleng, wajahnya terlihat segan untuk kembali banyak bicara. "Tidak." Naura tersenyum puas, lalu menatap sang kepala sekolah. "Terima kasih, bu." Kepala sekolah itu mengangguk. "Sam
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status