Home / Rumah Tangga / Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu / Bab 78. Jatuh Cinta, Sangat Jatuh Cinta

Share

Bab 78. Jatuh Cinta, Sangat Jatuh Cinta

Author: nanadvelyns
last update Huling Na-update: 2024-12-07 23:58:58

Waktu berjalan cepat, malam hari tiba. Robin sudah pergi dari tiga jam yang lalu karena harus segera berangkat ke bandara.

Naura menemani Ana bermain di kamar yang telah disiapkan Helena, bahkan jam sepuluh malam anak itu masih memiliki energi yang sangat penuh.

"Bibi! Ayo kita bermain kejar-kejaran lagi!" Ajak Ana penuh semangat, sementara Naura telah merasa lelah. Entah sudah berapa kali mereka bermain kejar-kejaran mengelilingi Mansion Renjana yang sangat luas.

"Sudah larut malam, Ana. Saatnya tidur, bagaimana?" jawab Naura sambil mengulurkan tangannya ke arah Ana.

Senyum Ana pudar, bocah itu segera menggeleng. "Tapi aku masih ingin bermain...."

"Waktu bermain sudah habis, Ana." Suara Arjuna tiba-tiba terdengar, membuat Naura dan Ana menoleh bersamaan ke ambang pintu.

"Paman?" tanya Ana, wajahnya kembali tersenyum.

Arjuna melangkah masuk, lalu berdiri duduk di samping Naura.

"Kamu lelah?" tanya Arjuna sambil memperhatikan wajah Naura.

Naura hanya tersenyum dan mengangguk t
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 79. Ana Terlibat Kasus?!

    Mereka mulai kembali ke kesibukan masing-masing. Arjuna dan Naura mengurus pekerjaannya, sementara Ana pergi ke sekolah Paud untuk belajar. Naura saat ini berada di kantor pusat terbesar Tirta, dia mulai bekerja di sini sejak seminggu yang lalu. Tetapi perhatiannya pada toko butik tidak putus. Di tengah kesibukannya memeriksa desain-desain pakaian terbaru yang masuk ke butik, ponsel Naura tiba-tiba berdering. Naura segera mengangkat panggilan tersebut, keningnya sedikit terlipat saat Arjuna lah yang meneleponnya. "Ada apa?" tanya Naura. "Guru Ana baru saja meneleponku, anak itu terlibat kasus di sekolah. Apa yang harus aku lakukan? Memanggil polisi?" tanya Arjuna, dari nada bicaranya Naura bisa merasakan bahwa pria itu khawatir. Naura memperdalam lipatan di keningnya. "Kasus?" Dia bertanya-tanya, kasus apa yang sekiranya terjadi pada anak umur empat tahun? "Iya, aku dipanggil ke sana sebagai walinya. Tetapi tiga puluh menit lagi aku harus tiba di Singapura," jawab Arjuna. Naur

    Huling Na-update : 2024-12-07
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 80. Lambaian Tangan Perpisahan Ana

    "Sebaiknya masalah ini tidak perlu dibesar-besarkan," ucap Naura setelah beberapa detik hening karena semuanya merasa terintimidasi diam-diam. Naura kembali menatap Ana, mengelus kepala anak itu. "Ayo, Ana. Minta maaf, kamu sudah melukai temanmu, loh...."Ana mencengkeram erat pakaian Naura, terlihat keberatan. Tetapi kemudian Ana mendekati temannya dan mengulurkan tangan. "Maafkan aku," ucap Ana. Anak laki-laki itu menatap ibunya terlebih dahulu, kemudian dia membalas uluran tangan Ana. "Aku juga minta maaf." Setelah kedua anak itu saling memberi maaf, Naura kembali meminta Ana untuk menghampirinya. "Anak baik," ucap Naura, mengelus lembut kepala Ana sekali lagi. "Apa Anda masih memiliki hal lain yang ingin disampaikan, nyonya?" tanya Naura, beralih menatap orangtua anak tersebut. Wanita itu menggeleng, wajahnya terlihat segan untuk kembali banyak bicara. "Tidak." Naura tersenyum puas, lalu menatap sang kepala sekolah. "Terima kasih, bu." Kepala sekolah itu mengangguk. "Sam

    Huling Na-update : 2024-12-08
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 81. Zafir?

    Naura melangkah keluar dari Caffe tak lama setelah Ana dan Robin pergi, saat hendak membuka tas-nya untuk mencari kunci mobil, langkahnya terhenti dengan suara yang tak asing. "Naura?"Naura menoleh, tubuhnya segera terpaku begitu melihat sosok Zafir. Pria itu menggendong anaknya, Zevan. "Kamu di sini?" tanya pria itu, kembali berbicara. Naura dengan cepat mendapatkan kembali kesadarannya, mengangguk. "Iya, keponakanku baru saja pergi.""Keponakan?" tanya Zafir bingung, karena seingatnya Naura sama sekali tidak memiliki keponakan. Naura tersenyum tipis, menggeleng pelan. "Ah, tidak. Dia keponakan Arjuna, hanya saja sangat dekat denganku."Zafir terdiam saat nama Arjuna disebut, lalu kemudian dia mengangguk dan balas tersenyum. "Bagaimana denganmu?" tanya Naura, lalu pandangannya memperhatikan sekitar untuk mencari keberadaan Evelyn. "Ah, aku--""Susu Zevan hampir tertinggal." Suara Evelyn terdengar, memotong kalimat Zafir. Zafir dengan cepat menoleh, Naura pun segera tersenyum

    Huling Na-update : 2024-12-08
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 82. Bagaimana Jika Aku Tidak Bisa Hamil, Bu?

    Dua hari sebelum ulang tahun Zevan dimulai, Naura berusaha mencari kado yang cocok untuk anak itu. Dia memilih pakaian, kali ini ditemani Helena. Arjuna tidak bisa menemaninya karena memiliki urusan pekerjaan, akhir-akhir ini pria itu sangat sibuk. Naura dan Helena melangkah beriringan ke dalam Mall terbesar yang ada di Jakarta, setiap toko pakaian bayi mereka jelajahi. "Lihat ini, lucu sekali," ucap Helena sambil mengayunkan kaus kaki mungil. Naura mengangguk, terkekeh tipis. "Astaga, iya." "Ibu, bagaimana dengan ini?" tanya Naura, menunjukkan pilihannya setelah sempat beberapa menit terpisah menjelajahi toko bayi. Helena tiba-tiba tertawa, lalu mengambil baju bayi sleepsuit jumper tersebut. "Ini baju kodok, bukan?"Naura mengangguk. "Benar, bukankah lucu?"Helena menggeleng. "Aku pernah memakaikan baju seperti ini saat Arjuna masih bayi, anak itu sedang bersemangat-semangatnya berusaha berdiri. Tetapi sayang harus terpeleset karena bahannya yang licin." Lalu dia tertawa lagi d

    Huling Na-update : 2024-12-08
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 83. Ulang Tahun Tuan Muda Wajendra

    Naura hadir sebagai perwakilan Tirta di dalam acara ulang tahun tuan muda Wajendra itu, Zevan. Dia mengenakan dress sederhana berwarna biru, namun tetap terlihat sangat cantik dan pangling. Naura melangkah turun dari mobilnya, tatapan matanya datar saat setelah sekian lama ia kembali menginjakkan kaki di Mansion Wajendra. Mansion yang dulu menjadi teritori kekuasaannya, kini ia hadir menjadi tamu undangan. "Biar saya bantu, nyonya," ucap Kate, membantu Naura membawa hadiah untuk Zevan. Naura mengangguk singkat, tersenyum. Setelahnya dia segera melangkah masuk, Kate mengikuti dari belakang. Kedatangannya segera menjadi pusat perhatian, seluruh pembicaraan masing-masing dari mereka terhenti hanya untuk melihat Naura. Naura tidak mempedulikan tatapan mereka, ia tetap tersenyum dan melangkah masuk dengan percaya diri. Arjuna tidak bisa menemaninya, lagi-lagi pria itu sibuk dengan pekerjaannya. Tetapi dia berjanji akan menjemput Naura setelah pekerjaannya selesai. Naura tidak kebe

    Huling Na-update : 2024-12-09
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 84. Arjuna Naura. Gogo Land

    "Bagaimana?" tanya Arjuna setelah mereka berhasil keluar dari kawasan Mansion Wajendra. Naura melirik Arjuna yang tengah sibuk mengemudi. "Apa?""Apa acaranya berjalan lancar?" tanya Arjuna lagi. Naura mengangguk. "Iya, semuanya lancar. Anak mereka sangat aktif."Arjuna ikut mengangguk. "Apa ada yang membuatmu tidak nyaman?" Naura menggeleng pelan. "Tidak ada, semuanya baik-baik saja." Bibirnya tersenyum cukup dalam saat menyadari Arjuna khawatir. "Bagaimana pekerjaanmu?" Kali ini Naura yang bertanya. "Lancar seperti biasa, aku juga berhasil mendapatkan investor asing untuk Tirta. Mereka akan menghubungimu besok atau lusa," jawab Arjuna. Naura mengangguk singkat. "Terima kasih banyak, maaf jika aku merepotkanmu." Arjuna melirik Naura sekilas, keningnya sedikit terlipat. "Tidak perlu, ini kemauan ku.""Tapi kamu jadi ikut terlalu--""Kamu sudah cukup bekerja sangat keras, bantuanku ini tidak seberapa, Naura." Potong Arjuna, lalu tak lama mobil mereka berhenti di sudut pinggir ko

    Huling Na-update : 2024-12-09
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 85. Wahana Roller Coaster

    Naura menyeret Arjuna ke dalam wahana paling menantang di Gogo Land, roller coaster. "Ayo kita naik," ajak Naura sambil menarik ujung lengan pakaian Arjuna. Arjuna mengerutkan keningnya menggeleng. "Aku tidak tertarik." Naura menaikkan alis kirinya, pria itu menolak? Dia menolak benar-benar tidak tertarik atau justru... Takut?Senyum jahil timbul tipis di bibir Naura. "Tidak tertarik atau takut?"Arjuna menggeleng lagi. "Tidak tertarik. Bagaimana jika kita mencoba bermain kuda yang berputar itu?" tawar Arjuna, menunjuk wahana patung kuda yang berputar-putar. Naura terkekeh. "Itu untuk anak kecil, Arjuna.""Oh? tapi aku melihat--""Ayo naik roller coaster, apa yang membuatmu tidak tertarik? Justru menyenangkan." Potong Naura, namun Arjuna masih menggeleng. Naura mulai yakin, sepertinya pria itu benar-benar takut untuk menaiki roller coaster. Keyakinannya ini membuat senyum jahil semakin terlihat di wajahnya. "Lalu kamu akan membiarkanku menaili roller coaster sendiri?" tanya Naur

    Huling Na-update : 2024-12-09
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 86. Foto 'Keluarga' di Gogo Land

    Naura menarik Arjuna ke arah wahana Bianglala, namun belum benar-benar sampai, langkahnya sedikit melambat saat melihat anak kecil yang duduk sendirian di atas bangku. Anak itu menoleh ke sana dan kemari, seolah mencari kedua orang tuanya. "Sepertinya dia terpisah dari orangtuanya," ucap Naura, melirik Arjuna. Arjuna mengangguk, sepertinya itu salah satu pengunjung yang datang karena 'promo gratis' diam-diam Arjuna. Pengunjung yang hadir di sini memang tidak semuanya bawahan Arjuna, masih tersisa sekian persen yang dibuka untuk orang luar. "Petugas keamanan akan mengurusnya," ujar Arjuna, kemudian mengajak Naura melanjutkan langkah mereka ke kecepatan semula.Tetapi langkah keduanya benar-benar berhenti begitu melihat anak kecil itu dihampiri oleh orang dewasa asing. Pria tersebut meminta sang anak untuk mengikutinya, namun terlihat dari wajah anak tersebut dia ketakutan. Naura mengerutkan keningnya. "Sepertinya ada yang tidak beres, Arjuna." Arjuna menatap anak dan pria asing

    Huling Na-update : 2024-12-09

Pinakabagong kabanata

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 220. Cinta Yang Terlalu Besar

    Dua hari setelah kejadian Naura berhasil kembali, Arjuna mulai sibuk 'membersihkan' kekacauan yang Althaf buat di Renjana. Di ruang kerja Arjuna seperti biasa, Damian, Aimee, dan Tiara Bara berkumpul. "Bagaimana hasil kemarin?" tanya Arjuna, pria itu duduk sambil menatap satu persatu wajah di hadapannya. Aimee menggeleng singkat. "Phantom masih belum melakukan pergerakan apa pun, tidak ada laporan terbaru."Arjuna menaikkan alis kirinya, aneh sekali rasanya Phantom tidak bergegas bergerak menyelamatkan Althaf dari penjara. Phantom adalah organisasi yang terkenal besar dan gelap, selain menjual informasi, mereka juga terkenal dengan gerakannya yang agresif. Jika dicocokkan dengan sifat tersebut, seharusnya belum ada satu hari, penjara tempat Althaf dikurung telah hancur. "Phantom tidak mungkin diam saja, sebaiknya kita juga mulai mencari jalan lain untuk banyak kemungkinan." Damian menatap serius ke arah Arjuna. Tiara Bara mengangguk setuju. "Itu benar, seperti mungkin mendobrak

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 219. Kotak Rindu

    Naura duduk tenang di atas ranjang rumah sakit setelah dokter dan perawat selesai memeriksa kondisinya. Arjuna duduk di sofa tak jauh dari ranjang, pria itu masih terlihat sangat sibuk mengutak-atik iPad besar miliknya. Selepas kepergian Althaf, Arjuna tanpa banyak bicara langsung menariknya masuk ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit. Damian masih sibuk mengurus kepala keluarga sembilan pilar negara bersama Tiara Bara, bagaimanapun kejadian tadi cukup menggemparkan. Media yang disiapkan oleh Tiara Bara di luar gedung pertemuan telah sukses mengunci berita dan meledakkannya ke seluruh sosial media. Sedangkan Kate mengurus kebutuhan dan urusan rumah sakit Naura. Naura hanya duduk tenang di posisinya, matanya menatap lembut ke arah Arjuna. Sosok pria yang sangat ia rindukan kini telah kembali, tidak ada rasa tenang lain yang dapat mengalahkan rasa tenangnya saat ini. Tak lama Arjuna mengangkat pandangannya, sepertinya pria itu baru tersadar bahwa dokter telah pergi. Deng

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 218. Mengembalikan Apa Yang Diberi

    "Selamat datang, tuan Renjana." Tiara Bara mengulurkan tangan ke arah Althaf untuk berjabat tangan, bibirnya tersenyum formal. Sejak kematian ayahnya, Tiara Bara mulai menggantikan posisi ayahnya. Saat ini seluruh Indonesia bukan lagi memanggilnya 'nona Bara', tetapi 'nyonya Bara'. Althaf membalas uluran tangan Tiara, matanya menangkap sorot kemisteriusan di tatapan wanita itu. Mengesampingkan semua itu, Althaf pun mulai berbaur dengan para kepala keluarga sembilan pilar negara lainnya. Sejak awal dia menggantikan posisi Arjuna, hanya ada satu keluarga yang tak pernah muncul, yaitu Wajendra. Tidak ada yang tahu bagaimana kabar Zafir Wajendra, pria itu seolah hilang ditelan bumi. Pria itu menutup akses media rapat-rapat, dari kabar yang beredar Zafir Wajendra masih sangat terpukul atas perceraiannya yang kedua kalinya. Sejujurnya Althaf sangat ingin bertatap wajah dengan Zafir secara langsung, pria itu diam-diam ingin meninju wajah pria yang pernah menginjak putri mahkotanya.

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 217. Selamat tinggal, Dragon Castle

    Naura turun dari mobil dengan hati-hati dibantu Althaf, mereka baru saja kembali dari acara besar kementerian keuangan. Semuanya berjalan lancar, Althaf sama sekali tidak menaruh curiga padanya. Naura pun berusaha semaksimal mungkin untuk terlihat seperti biasa. Kembali masuk ke dalam Dragon Castle, pandangan mata para anggota Phantom pun kembali jatuh lekat ke arahnya. Seluruhnya membungkuk karena sosok Althaf yang mengikutinya, Naura mulai terbiasa dengan suasana dan tatapan buas mereka. Saat awal kedatangannya kemari, Naura masih memiliki kecemasan dan takut untuk saling tatap dengan mereka. Tetapi sekarang berbeda, kecemasan itu hilang dan digantikan kepercayaan diri. Meskipun sebagian besar mereka menganggapnya 'hutang' atau 'alat pencetak monster', namun tak satupun dari mereka yang berani menyentuhnya karena Althaf. Naura dapat memanfaatkan hal itu. Semuanya pun semakin terasa berbeda setelah kejadian Daisy, hal itu sepertinya cukup menjelaskan dengan tegas seperti apa po

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 216. Api Baru

    Naura memperhatikan pemandangan ramai di luar. Begitu tiba di gedung acara utama, kerumunan media wartawan terlihat memenuhi tepi karpet merah. Naura mengepalkan kedua tangannya tanpa sadar sambil terus menatap ke luar. Apa dia akan bertemu dengan Arjuna di sini? Bagaimana reaksi pria itu setelah mengetahui keberadaannya? Apa yang Arjuna lakukan selama dirinya dikurung di Dragon Castle? Apa pria itu mencarinya? Apa pria itu memikirkannya?Tak lama tangan besar menyambar tangan kirinya yang terkepal, membuat lamunan Naura bubar dan segera menoleh ke samping. "Kamu mengkhawatirkan sesuatu?" tanya Althaf, mata hijau emerald-nya melirik datar seolah sedang membedah isi kepala Naura untuk melihat apa yang ia pikirkan. Naura menggeleng pelan dan menarik tatapannya dari Althaf. "Tidak." Lalu melirik tangan besar Althaf yang mengelus lembut tangannya. Begitu mobil berhenti, Althaf turun lebih dulu begitu sang sopir membukakan pintu mobil untuknya. Naura tetap diam sampai akhirnya Altha

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 215. Tatapan Mati

    Begitu selesai mengeksekusi kedua lengan Daisy, beberapa pelayan pun masuk dan membersihkan bekas darah yang masih terus mengalir. Dua penjaga di depan yang tadi memotong tangan Daisy pun telah menyeret wanita itu keluar. Daisy pingsan di tempat, sementara Naura sama sekali tidak diberi kesempatan oleh Althaf untuk melihat. "Pemandangan itu terlalu kotor untukmu," ucap Althaf sambil mengelus ujung mata Naura. Naura menatap Althaf, semakin lama berada di sini, maka semakin hilang pula gairah serta emosi di tatapan Naura. Naura itu kini memiliki tatapan yang datar dan dingin, seolah tidak lagi merasakan emosi. "Sepertinya aku perlu memanggil dokter," ucap Althaf yang kini beralih memperhatikan lengan Naura yang masih memerah. Naura menggeleng pelan. "Tidak perlu, aku baik-baik saja.""Tapi--""Putra mahkota, saya Hell." Suara ketukan pintu dan bawahan pribadi Althaf pun terdengar. Tak lama pintu kamar Naura terbuka, Hell masuk dan tak terkejut sedikitpun meskipun lantai kamar Na

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 214. Putri Mahkota

    Naura melangkah turun dari kasurnya dengan kedua kaki yang dirantai. Rantai panjang menjuntai mengikuti arah pergerakannya. Di sampingnya Daisy, anggota Phantom yang dipilih secara khusus untuk melayani Naura mendampingi seperti biasa. Naura duduk dengan tenang di meja makannya, raut wajahnya tanpa ekspresi seperti biasa. Daisy membuka penutup makanan, lalu mempersilahkan Naura untuk menyantap makanannya. Naura menatap datar makanan tersebut, lalu tangan kanannya bergerak menyendok kuah kaldu ayam yang disuguhkan. Keningnya sedikit terlipat kalau merasakan rasa yang dominan manis daripada gurih, Naura tidak begitu menyukai makanan manis jika itu bukan dessert. Melihat raut wajah Naura, Daisy pun ikut mengerutkan keningnya. "Apa ada yang salah?" tanya Daisy, nada bicaranya memang tidak begitu bersahabat sejak awal pertemuan mereka. Naura meletakkan sendoknya dengan tenang. "Terlalu manis." Lalu mendorong mangkuknya sedikit menjauh. Daisy menaikkan alis kirinya. "Kita tidak mun

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 213. Cahaya Yang Diambil

    Kate melangkah dengan raut wajah datar di Koridor besar Mansion Tirta. Kondisinya tidak terlihat begitu baik. Matanya memerah dengan kantung mata yang terlihat jelas karena jam tidur yang berantakan. Tangannya menggendong berkas dokumen terkini perusahaan, setiap langkahnya dipenuhi harapan akan melihat sosok Naura di ruang kerja seperti biasa untuk memeriksa dokumen yang ia bawa. Helaan napas lelah berulang kali keluar, pikiran wanita itu kacau. Sudah hampir seminggu Mansion Tirta terasa sangat suram dan mati, seolah cahaya telah direnggut dari mereka. Begitu sampai, matanya menatap sendu ke arah meja kerja Naura. Rasanya lebih baik lelah menasihati jam makan dan istirahat atasannya daripada tidak melihat sosoknya sama sekali. Kate melangkah dengan hati yang gelisah, semakin dekat, maka semakin dalam pula genangan air mata di dalam kelopak matanya. Dengan hati-hati ia meletakkan dokumen tersebut, lalu menyentuh cincin kepala keluarga Tirta milik Naura. Dari sem

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 212. Menyusun Rencana

    Ruang kerja Arjuna penuh dengan manusia-manusia berkepala panas. Damian, Aimee, Helena, dan pria misterius dari Phantom.Tak ada satupun dari mereka yang menduga bahwa Althaf berani muncul ke permukaan dengan cara yang sangat kasar seperti itu. Tetapi di antara semuanya, Helena lah yang memiliki raut wajah paling buruk. Bagaimana tidak? Ternyata suami 'bodohnya' tidak hanya berulah sampai kabur dari tanggungjawab saja, tetapi juga membuat anak haram tanpa sepengetahuannya. Entah beban seperti apa yang ingin pria itu tinggalkan untuk anak mereka, Helena benar-benar murka sekarang. "Cepat atau lambat Althaf akan merangsek ke posisi yang tidak bisa digantikan," ucap Aimee sambil terus menatap kosong ke arah lantai, kedua sudut alisnya menyatu erat. "Phantom selalu bergerak tanpa diduga, kita harus menemukan celah lain," timpal Damian yang juga menatap kosong ke lantai dengan lipatan kening serius. Pria misterius yang dipanggil 'Bee' itu pun menatap Arjuna datar. "Apa yang ingin An

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status