Home / Rumah Tangga / Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu / Bab 62. Darah Lebih Kental Dari Air

Share

Bab 62. Darah Lebih Kental Dari Air

Author: nanadvelyns
last update Last Updated: 2024-11-29 00:36:35
"Belum ada tanda-tanda ia kembali?" tanya Arjuna, ia duduk di meja kerjanya dengan perasaan gelisah.

Damian menggeleng. "Belum, mau coba aku telepon lagi?"

Arjuna menghela napas gusar, tidak menjawab.

Sekarang sudah jam delapan malam, tapi Naura belum juga kembali sejak pagi.

Arjuna sudah mencoba untuk menghubungi wanita itu, panggilan suara, pesan, bahkan email, namun tak satupun yang mendapatkan balasan.

"Apa Tirta mencoba untuk mengambil 'nona' mereka kembali setelah membuangnya?" ucap Damian sambil menuangkan air ke gelasnya.

Arjuna tidak menjawab lagi, raut wajahnya sudah sangat buruk.

Sebenarnya apa yang ingin Tirta lakukan? Tidak ada perasaan baik sedikitpun tiap kali menerka-nerka.

"Apa Kate sudah menjawab pesanmu?" tanya Arjuna, mata hijau emerald itu berubah sangat dingin dan tajam, tidak sehangat biasanya.

Damian menggeleng. "Belum juga."

Arjuna melempar map kosong di atas mejanya ke sembarang arah dengan frustasi. Pria itu bangkit dari duduknya dan berjal
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 63. Tirta Meminta Mahar

    "Kita sudah sampai," ucap Damian begitu mobil mereka berhenti di halaman depan Mansion Tirta. Seorang pelayan membukakan pintu mobil Arjuna, pria itu segera turun dengan ekspresi datar seperti biasa. Di hadapannya, Leon telah berdiri dengan senyum siap menyambut. "Selamat datang, tuan Renjana. Suatu kehormatan dapat--" "Di mana tuan Tirta?" Potong Arjuna. Tanpa merasa tersinggung, Leon mengangguk. "Mari ikuti saya, tuan Renjana. Tuan Tirta telah menunggu Anda di ruang tengah." Arjuna segera mengikuti langkah Leon tanpa bicara yang kemudian disusul Damian. "Tuan Renjana, selamat datang." Suara Sausan khas wanita paruh baya terdengar, wanita itu segera bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangan ke arah Arjuna. Arjuna membalas singkat sambil mengangguk, kemudian duduk tanpa peduli sudah dipersilahkan atau belum. "Kami mohon maaf sekali karena kemarin menjemput Naura secara tiba-tiba, selain itu kami juga sangat berterima kasih soal--" "Di mana Naura?" Arjuna memotong ka

    Last Updated : 2024-11-29
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 64. Kamu Memiliki Rencana Sedang Aku Hanya Memilikimu

    "Apa ini yang dinamakan menolak bertemu seseorang?" tanya Arjuna, matanya menatap tajam Sausan dan Ronald sambil dengan lembut meraih lengan kanan Naura yang berlumuran darah. Arjuna mengernyitkan dahinya saat membuang pecahan gucci tersebut, kemudian melepas dasinya dan mengikatkannya di telapak tangan Naura untuk mencegah lebih banyak darah yang keluar. Sausan mengepalkan kedua tangannya, wajahnya terlihat cemas dan marah di waktu yang sama. Sementara Ronald masih memasang wajah datar. "Kemari, Naura." Ronald memerintahkan Naura untuk menjauh dari Arjuna. Naura menatap dingin Ronald, saat Naura hendak menjawab, Arjuna sudah lebih dulu menahan lengan Naura. "Aku menginginkan Naura," ucap Arjuna, membuat Naura menoleh khawatir ke arahnya. Arjuna melirik Naura sekilas, raut wajahnya masih tetap terlihat tenang meskipun di dalam hatinya dia ingin sekali menghancurkan Mansion Tirta. "Hanya kepemilikan di perusahaan minyak bumi, bukan?" tanya Arjuna, lalu menatap surat kont

    Last Updated : 2024-11-29
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 65. Halo, Ibu

    "Kita sudah sampai," ucap Damian setelah mobil mereka berhenti di depan gerbang putih besar yang tertutup. Jantung Naura berdegup kencang, untuk pertama kalinya setelah sekian lama ia dapat bertemu lagi dengan ibunya. Kate membukakan pintu untuk Naura, wanita itu turun dengan perasaan bercampur aduk. Tak lama pintu gerbang putih itu terbuka, menampilkan seorang pria paruh baya. "Ada yang bisa saya bantu, tuan?" tanya pria tersebut ke Damian, namun saat matanya menangkap sosok Naura, pria itu mematung di depannya menatap tak percaya. "Nona..." Kedua mata pria itu berkaca-kaca, otaknya berusaha keras memastikan apa yang ada di hadapannya benar-benar nyata atau tidak. "Tuan Benjamin." Naura tersenyum hangat. "Maafkan saya, nona." Benjamin berpaling sebentar untuk mengelap air mata yang mulai menumpuk di kacamata-nya, lalu menatap Naura lagi. "Nyonya ada di dalam, mari saya antar," ucap Benjamin, lalu dengan cepat membuka pintu gerbang tersebut. Arjuna hanya diam dan memp

    Last Updated : 2024-12-01
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 66. Melawan Tirta

    Naura dan yang lain singgah lama di kediaman Mela, hingga akhirnya memasuki waktu makan malam. Mereka semua duduk bersama di meja makan kali ini, termasuk Damian dan Kate. Suasana terasa hangat dan menyenangkan, semuanya menikmati makanan masing-masing. Hingga Mela bertanya mengenai kehidupan Naura sebelum perceraian. "Jadi kamu bercerai dengan Zafir Wajendra, nak?" tanya Mela dengan hati-hati, meskipun ia telah mengetahui alasannya dari Arjuna, Mela ingin mendengar dari bibir anaknya langsung. Naura terdiam beberapa detik, kemudian mengangguk. "Iya, benar." Mela balas mengangguk juga, lalu meletakkan sendok makannya untuk mengelus lembut tangan Naura. "Kamu bisa menceritakannya nanti jika sudah--" "Kita hanya tidak cocok saja, Wajendra juga sudah memiliki nyonya baru menggantikanku. Semuanya berjalan normal kembali." Potong Naura, kedua matanya menatap lauk makan malam miliknya dengan dingin. Mela tersenyum, dia tidak bisa membayangkan sehancur apa perasaan anaknya saa

    Last Updated : 2024-12-01
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 67. Tirta dan Phantom?

    "Aku pulang dulu, bu. Jaga diri ibu baik-baik," ucap Naura sambil memeluk erat ibunya. Mela mengangguk, matanya sedikit berkaca-kaca sekarang. "Tentu, nak. Kamu juga, berhati-hatilah selagi ibu tidak bersamamu."Naura tersenyum hangat, mengangguk. Setelah puas berpelukan dan saling melempat kalimat hangat, Naura pun akhirnya masuk ke dalam mobil. Arjuna masih berdiri di hadapan Mela, pria itu menatap Mela datar. Mela tersenyum. "Jaga putriku, aku mohon."Arjuna mengangguk, kemudian badannya sedikit membungkuk singkat, membuat Damian melotot kaget.Ini pertama kalinya Damian melihat Arjuna membungkuk pada seseorang, bahkan sekelas raja pun dia tembaki dengan tatapan tajam. "Tentu, jaga diri Anda baik-baik juga, nyonya." Kemudian Arjuna masuk ke dalam mobilnya. Naura menatap kosong jendela mobil saat kendaraan mereka berangsur menjauh dari kediaman ibunya. Tubuh Naura perlahan gemetar, kedua matanya mengeluarkan air mata tanpa diketahui siapapun. Tetapi Arjuna menyadarinya, pria

    Last Updated : 2024-12-01
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 68. Pedang Bermata Dua Tirta

    "Kamu harus tahu wajah khawatir putraku kemarin, nak. Dia seperti orang yang mengetahui bahwa besok akan kiamat," ujar Helena sambil memeluki Naura dengan senyum hangatnya.Naura terkekeh, Helena langsung memeluknya erat setelah mengetahui bahwa dirinya telah kembali."Mereka tidak melakukan hal macam-macam padamu kan?" tanya Helena, melepas pelukannya dan menatap Naura penuh perasaan khawatir. Naura menggeleng, lalu mengangkat tangannya yang masih dililit kain kasa medis. "Tidak, bu, yang satu ini murni kecerobohanku."Helena menghela napas lega, lalu menatap putranya lagi. "Cepat antar Naura ke butik, kamu juga jangan sampai terlambat."Arjuna mengangguk singkat, lalu setelah dua hingga tiga kalimat berpamitan hangat, mereka segera memasuki mobil. Di dalam, Naura mulai sibuk membolak-balikan kertas yang berisi desain terbaru untuk butiknya.Kali ini mereka berangkat dengan mobil terpisah dari Kate dan Damian, Naura menyadari ada sesuatu yang sepertinya ingin pria itu bicarakan ta

    Last Updated : 2024-12-01
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 69. Bungkam Untuk Hidup

    Apa yang kalian pilih jika dapat memilih jalan hidup begitu akan lahir? Menjadi orang kaya? Cantik atau tampan? Berdarah bangsawan? Sebagian besar orang akan memilih kemewahan, tapi berbeda dengan Naura. Jika diperbolehkan memilih, Naura ingin lahir di keluarga sederhana. Keluarga yang hanya memiliki cukup harta, kebahagiaan, dan kehangatan. Dia ingin dapat merakit dan memutuskan jalan hidupnya sendiri, bukan menjadi keturunan ningrat yang harus tunduk pada aturan. Kegelimangan yang ada di tangannya adalah pisau bermata dua. Emas dan permata telah membunuh kebahagiaan dan kebebasannya. PLAK!Tamparan keras mendarat di pipi gadis kecil berumur sepuluh tahun itu. Dia memiliki warna cokelat sehangat musim semi, namun hatinya sedingin musim salju di bulan Desember. Naura."Ronald adalah kakakmu! Dia penerus keluarga! Jadi jangan berbicara dengan nada tinggi padanya! Tidak sopan!" Sausan menunjuk wajah gadis kecil yang sudah tertunduk dalam. "Ma--maafkan aku, ibu Sausan," jawabnya d

    Last Updated : 2024-12-02
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 70. Kebingungan Arjuna. Bagaimana Cara Menghibur Wanita?

    "Kamu sudah menunggu lama?" tanya Naura begitu ia masuk ke dalam mobil Arjuna. "Tidak," jawab Arjuna datar seperti biasa. Naura menghela napas gusar, lalu memijat keningnya pelan. "Ada apa? Pekerjaanmu lebih sibuk dari biasanya lagi?" tanya Arjuna setelah melihat sikap Naura yang terulang seperti terakhir kali ia jemput. Naura menggeleng. "Nanti aku ceritakan setelah kepalaku dingin." Arjuna tersenyum tipis, lalu mulai menginjak pedal gas mobil. Selama perjalanan hening, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing tanpa tahu bahwa apa yang sedang mereka pikirkan adalah hal yang sama. Saat lampu merah muncul dan berhenti, Arjuna menoleh lagi ke Naura. "Kamu ingin pergi ke tempat lain dulu sebelum pulang?" Naura menggeleng lemah. "Tidak, aku ingin langsung beristirahat."Arjuna mengangguk mengerti, lalu kembali menginjak pedal gas saat lampu hijau muncul. Tak lama setelahnya, Arjuna kembali berbicara. "Aku baru saja menemukan fakta terbaru mengenai Tirta, kita bicarakan setelah

    Last Updated : 2024-12-02

Latest chapter

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 210. Cinta Atau Kebebasan

    Naura berbaring di ranjang besarnya dengan kaki dan tangan yang dirantai. Matanya menatap kosong ke arah jendela kamar, dia benar-benar seperti setengah mati. Tak lama pintu kamarnya dibuka, Naura tetap tidak menunjukkan reaksi apa pun. Dia tetap berbaring memunggungi pintu. Suara langkah kaki pria terdengar, tanpa menoleh pun Naura tahu siapa yang datang. Althaf. Hanya pria itu yang dapat dengan mudah masuk dan keluar tanpa mengetuk pintu. "Kamu belum bangun?" Pria itu berbisik di telinga Naura, tangannya mengusap lembut bahu Naura. Naura memejamkan matanya erat, tidak berkenan menjawab. Napas lembut pria itu menabrak telinga serta kulit leher Naura, membuat lipatan ringan terbentuk di dahinya. "Sudah dua hari kamu tidak bicara, mau sampai kapan seperti ini?" tanya Althaf sambil mencium helaian rambut Naura. "Kamu tahu, aku tidak akan menyakitimu, tetapi justru melindungimu. Apa yang kamu pikirkan, Naura? Mengapa kamu tidak mau menerima kemuliaan ini dengan patuh?" sambung

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 209. Pergeseran Kursi

    Dua hari setelah kejadian besar, yaitu hilangnya sang nyonya besar Tirta secara misterius, kini gelombang baru kembali muncul. Saham perusahaan raksasa Renjana, hari ini resmi menurun dengan sangat tajam. Total kerugian mereka tak terhitung jumlahnya, membuat jajaran dan investor besar kepalang gila. Rapat besar diadakan secara mendadak, tidak ada yang tahu hari sial seperti ini akan menimpa Renjana. Tidak hanya dalam satu jenis bisnis, tetapi hampir seluruh bisnis yang dinaungi Renjana mengalami kerugian besar.Semua berdiri begitu Arjuna memasuki ruang rapat, tidak ada yang berani duduk sebelum sang pemimpin besar itu duduk. Rapat dimulai begitu Arjuna melirik Damian untuk membuka topik yang akan mereka bahas. Damian mengangguk cepat, lalu tangannya gesit menggerakkan kursor laptop untuk menjelaskan data yang baru saja ia buat. "Sesuai angka saham hari ini, titik terendah perusahaan dipegang oleh 'Renjana Oil', ia berada di angka lima ribu rupiah per lot dari lima belas ribu r

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 208. Obsesi dan Penjara

    Naura menatap tajam Althaf, meskipun raut wajahnya nampak tenang, kini kedua tangannya diam-diam gemetar. Althaf menyadari ketakutan Naura. Matanya berubah menjadi sangat berbeda, seperti hewan buas, tak jauh berbeda dengan apa yang dia rasakan dari orang-orang sekitar sebelumnya. Pria itu menatap tangan Naura yang gemetar, lalu semakin menyeringai tipis. "Kamu takut?" tanya Althaf. "Bajingan," balas Naura tajam, membuat Althaf mengerutkan keningnya. "Harus aku akui, kamu hebat karena hampir membuatku tertipu," ucap Althaf lalu melirik pecahan tajam vas bunga, dia masih berada di atas tubuh Naura untuk menahan gerakan wanita itu. "Menjijikkan," ucap Naura, matanya memerah penuh kebencian. Althaf terkekeh, lalu melepaskan pecahan vas itu dengan sangat hati-hati dari genggaman tangan Naura. "Apa ada yang terluka karena ini?" tanya Althaf sambil terus memastikan tidak ada luka di tangan Naura meskipun tangannya sendiri telah berdarah-darah. Naura menarik tangannya cepat, napasny

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 207. Cerdik Atau Licik?

    "Nyonya sempat keluar berkeliling, tetapi kemudian ia kembali ke dalam kamar dengan patuh." Dua pria penjaga di depan pintu melaporkan kegiatan Naura begitu Althaf kembali. Althaf hanya mengangguk singkat, lalu membuka pintu bilik Naura. Bibirnya kembali tersenyum lembut, tatapan mati dan dinginnya berubah menjadi hangat. "Naura?" Suaranya lembut seperti malaikat. Sosok Naura yang tengah berdiri di dekat jendela besar menatap pemandangan kosong di luar pun segera menoleh. "Kamu sudah kembali?" tanya Naura, lalu tersenyum tipis ke arah Althaf. Althaf mengangguk. "Maaf jika aku terlalu lama, pihak dapur tidak menyiapkannya dengan baik tadi." Kemudian dia memberi kode di belakangnya untuk segera masuk. Pelayan datang dengan troli makanan, lalu meletakkan satu persatu piring dan gelas di atas meja. Sepergian pelayan, Althaf pun melangkah menghampiri Naura. "Ada apa? Kamu tidak nyaman?" tanya Althaf. Naura menggeleng. "Tidak, aku hanya merindukan ibu dan Kate. Kapan mereka akan m

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 206. Tatapan Buas

    Naura melangkah menuju pintu kamarnya, ia kemudian menempelkan kupingnya untuk memeriksa suara di luar sana. Sepi. Tidak ada suara kegiatan atau percakapan apa pun kecuali langkah kaki yang berat dan sibuk. Tempat apa ini? Mengapa Althaf membawanya ke tempat seperti ini?Penjualan manusia? Memilih seorang nyonya keluarga berkuasa adalah pilihan ceroboh, Althaf tidak mungkin sebodoh itu. Saat tangan Naura iseng menarik gagang pintu, dia sedikit terkejut karena ternyata pintunya tidak terkunci. Meskipun ragu, Naura memberanikan dirinya untuk membuka pintu tersebut dan langsung mendapati dua sosok pria asing yang berjaga di depannya. Mata Naura menatap dingin ke arah keduanya, dua pria itu memperhatikannya sangat intens. Tetapi hal yang lebih mengejutkan terjadi begitu keduanya tiba-tiba membungkuk ke arah Naura. Naura menatap mereka heran, kenapa mereka membungkuk ke arahnya? Ada apa?"Siapa kalian?" tanya Naura, nada bicaranya penuh dengan kewaspadaan. "Apa ada sesuatu yang And

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 205. Tenang

    Naura membuka matanya cepat begitu mendapatkan kesadaran. Tubuhnya seolah tersentak kaget, keringat dingin membasahi pelipisnya. "Kamu baik-baik saja?" Suara Althaf yang lembut dan hangat terdengar, membuat Naura menoleh cepat dan mendapati sosok pria itu yang bersandar di jendela ruangan. Angin lembut menerpa wajahnya, membuat rambut hitam pria itu menari indah. Matanya yang cokelat pun selalu berhasil menyalurkan kehangatan. Naura tidak menjawab, matanya langsung sibuk memperhatikan sekelilingnya. Ini di mana? Jelas sekali bukan bagian dari Mansion Tirta. Tatapannya bergeser pada cermin, Naura tertegun saat melihat dirinya kini sudah memakai dress putih polos. Pakaian yang ia gunakan sebelum sadarkan diri di sini adalah kemeja kerja, namun entah bagaimana sekarang berubah?Banyak sekali pikiran kasar yang menumpuk di kepala Naura. Dia masih belum bisa mencerna, terakhir kali mengingat bahwa dirinya sadar adalah setelah mengangkat panggilan Kate. Berikutnya dia memakan cheesec

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 204. Kekuatan Phantom

    "Sebenarnya ini... Ada apa? Naura menghilang?" Suara Mela yang khawatir terdengar, membuat semuanya menoleh ke ambang pintu. Kate dengan cepat menghampiri Mela. "Nyonya, Anda--""Naura...." gumam Mela sambil meletakkan tangan kanannya di atas dada sebagai bentuk takut dan khawatir. "Aku akan mencarinya, ibu." Arjuna berusaha menenangkan Mela. Kedua mata Mela mulai berkaca-kaca, matanya menatap Arjuna. "Putriku... Putriku dalam bahaya...." Lalu perlahan tubuhnya mulai berdiri tidak stabil. Kate dengan sigap menahan tubuh Mela bersama pelayan pribadinya. "Cepat, bawa nyonya besar ke kamar."Begitu Mela pergi, mereka bertiga pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke Mansion Renjana. Arjuna tetap menjalankan mobil dengan kecepatan yang sama, matanya menatap tajam ke sekitar. Phantom. Dia tidak akan mengizinkan mereka mengambil wanitanya.Kali ini Arjuna tidak akan menahan diri, karena mereka sendirilah yang telah melanggar perjanjian. Mereka berjanji tidak akan menyentuh Naura jika A

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 203. Kursi Penguasa

    Arjuna berlari cepat menuju mobilnya, seluruh pelayan menatap heran ke arahnya.Selain karena hujan dan petir, malam itu terasa sangat mencekam untuk Arjuna karena ini menyangkut keselamatan Naura. Pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tak masuk akal, kedua tangannya mencengkeram kuat stir mobil. Sampai di Mansion Tirta, Arjuna turun tanpa peduli guyuran air hujan. Seluruh pelayan dibuat terkejut oleh kehadiran Arjuna, sampai akhirnya Mela muncul. "Ada apa ini?" tanya Mela khawatir begitu mendapati sosok Arjuna yang basah karena hujan. "Di mana Naura, bu?" tanya Arjuna cepat. Mela mengerutkan keningnya bingung. "Naura... Dia ada di ruang kerja. Ada apa, nak?"Arjuna tetap terlihat sangat khawatir. "Apa ibu baik-baik saja?" Mela mengangguk kebingungan. "Iya... Aku baik-baik saja, ada ap--""Perketat keamanan Mansion, bu." Potong Arjuna, lalu melangkah cepat menuju ruang kerja Arjuna. Mela masih mematung bingung di posisinya, hingga tak lama Kate dan Damian muncul. "Nyon

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 202. Terungkap

    Kate tiba di studio kerja pribadinya, kemudian meletakkan tas dan mulai menyalakan mesin komputer. Sesuai perintah Naura, wanita itu meneliti rekaman CCTV yang diberikan atasannya. Tatapan Kate berubah tajam, sesekali menyipit untuk mendeteksi keanehan di rekaman. Tetapi seperti yang Naura katakan, dia juga tidak berhasil menemukan keanehan, kecuali saat adegan penusukan Arjuna. "Di mana bagian yang salah?" gumam Kate sambil terus memaju mundurkan kursor. Tak lama suara dering ponselnya terdengar, Kate berdecak kesal karena pekerjaannya terganggu. Dengan malas dia meraih tas-nya dan mengeluarkan ponsel, namun saat melihat nama kontak yang menghubunginya, amarahnya seketika menghilang. "Iya, tuan Damian? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Kate, matanya kembali menatap layar komputer lagi. "Mengantarkan obat? Terima kasih banyak, namun saya baik-baik saja." Kate melirik sekilas ke arah ponselnya begitu mendengar Damian hendak mengantarkan obat. Mendengar Damian yang sepertinya tid

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status