Beranda / Romansa / Janda Tapi Perawan / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Janda Tapi Perawan: Bab 21 - Bab 30

55 Bab

Hangat

Aira terpaku untuk beberapa saat. Sorot matanya lurus tertuju pada sosok Manggala yang mempesona. Tubuh atletis pria itu begitu menggoda. Otot-otot lengan dan perut tercetak sempurna. Ditambah posisi celana boxer yang terlalu ke bawah, semakin menambah aura seksi seorang Manggala. Apalagi saat itu Manggala sengaja mengurai rambut gondrongnya yang basah. Aira sampai menelan ludah berkali-kali. "Pi-piyamamu mana? Ke-kenapa tidak dipakai?" tanyanya terbata. "Kekecilan," jawab Manggala enteng. "Rasanya terlalu sesak di perut dan paha. Aku jadi tidak nyaman." "A-aku pinjamkan T-shirt Kak Wildan, ya," tawar Aira. "Tidak usah, Ra. Aku lebih nyaman begini," tolak Manggala. Dengan santainya, dia naik ke ranjang lalu merebahkan diri dalam posisi telentang. Manggala menggunakan kedua tangan sebagai bantal. Tampak pandangannya kosong terarah ke langit-langit kamar. Aira mati gaya. Batinnya berkecamuk. Apa yang harus dia lakukan saat itu? Tetap berdiri mematung, atau turut berbaring?
Baca selengkapnya

Kecewa

Aira mengamati dari ranjang. Suaminya itu tampak serius berbicara pada seseorang. Sesekali tangan Manggala erat mencengkeram pagar balkon. Rasa penasaran itu hadir. Ingin sekali dia menghampiri sang suami dan mencari tahu siapa yang menelepon malam-malam begini. Akan tetapi Aira terlalu malas mengenakan pakaiannya yang masih tercecer di lantai. Dia pun memutuskan untuk berbaring. Cukup lama Aira menunggu Manggala menyelesaikan panggilan, sampai dia tertidur tanpa sadar. Aira terbangun ketika merasakan pergerakan di permukaan ranjang. Manggala menggeser tubuh dan menyelinap di balik selimut yang dipakai Aira. Sepertinya pria itu telah selesai dengan urusannya. Akan tetapi, Aira tak menoleh dan memilih untuk kembali memejamkan mata. Cup! Tiba-tiba, bibir Manggala mendarat di pelipis Aira sambil berkata, "Maafkan aku, Ra." Aira tak menggubris ucapan Manggala. Dia sudah terlanjur pura-pura tidur. Lagipula, Aira merasa sangat kecewa, karena Manggala menghentikan permainan di sa
Baca selengkapnya

Kesempatan Kedua

"Helen, please. Aku ingin sarapan dengan tenang," sela Manggala acuh tak acuh. "Sir ...." "Jangan khawatir. Kupastikan bahwa semua pikiran burukmu itu tak akan terjadi," potong Manggala. "Baik. Kuingat selalu kata-kata Anda. Mantan seperti Nona Aira, tidak pantas mendapatkan cinta dan kesempatan kedua dari pria baik seperti Anda," ujar Helen penuh penekanan. "Aira yang harus jatuh cinta dan bertekuk lutut, bukan sebaliknya," imbuh wanita cantik berambut pirang itu. "Astaga!" Manggala mendengkus pelan. Beruntung bekalnya sudah tandas. Jika tidak, pasti nafsu makannya akan menguap akibat kecerewetan Helen. "Coba sebutkan lagi agenda hari ini. Aku ingin kita fokus pada pekerjaan saja," titahnya beberapa saat kemudian. Helen hendak membuka mulut ketika pintu ruang kerja Manggala diketuk oleh seseorang. "Sebentar, Sir," ujar Helen. Sudah menjadi tugasnya untuk memeriksa siapapun yang datang menemui sang atasan. Dan Helen tak segan mengusir tamu yang tak memiliki janji dengan Mang
Baca selengkapnya

Insting

Tak disangka, hanya tiga bulan saja Aira bekerja di media sebesar 'Nature Perfect'. Kini dia harus menyerahkan surat pengunduran diri secara langsung. Beruntung, dia tak mengenal banyak orang di sini, kecuali kru studio, sehingga kedatangannya di ruangan HRD tak begitu diperhatikan, kecuali oleh Brandon. Pria itu sengaja menunggu Aira di samping pintu keluar. Tak peduli meskipun Aira cukup lama berada di dalam sana. Setengah jam kemudian, yang ditunggu pun menampakkan wajah cantiknya yang tak berseri. "Bagaimana?" tanya Brandon seraya menyejajari langkah Aira yang berjalan cepat menuju lift. "Bagaimana apanya?" sahut Aira ketus. "Apa kau sudah resmi keluar?" tanya Brandon lagi. "Menurutmu?" Aira balas bertanya masih dengan nada yang sama. Sorot tajam juga dia layangkan pada Brandon. "Setidaknya kau jadi tahu satu hal," ujar Brandon sambil turut masuk ke lift. "Aku sedang tidak ingin bicara denganmu. Menyingkirlah dariku, Brandon!" Aira mendorong kuat-kuat tubuh tinggi tegap itu
Baca selengkapnya

Sensual

"Oh, astaga!" Helen tertawa demi menyembunyikan kegugupannya. Dia tak boleh menunjukkan bahwa dirinya tengah gemetaran saat itu. "Kau sahabatku sedari kuliah, Cynthia. Mana mungkin aku mengkhianatimu," bujuk Helen. "Semua bisa saja terjadi. Kalian bertemu hampir tiap hari. Saling mengobrol dan berdiskusi. Tidak menutup kemungkinan jika salah satu dari kalian, atau mungkin dua-duanya saling jatuh cinta," tuding Cynthia. "Kau tahu sendiri seperti apa karakter Manggala. Dia baru menerimamu sebagai kekasihnya sejak lima bulan terakhir ini, bukan? Padahal dia sudah ada di sini selama dua tahun. Dia bukan orang yang mudah jatuh cinta, Cynthia. Dan sekali dia menjadikan seorang wanita sebagai kekasihnya, itu artinya wanita itu sangatlah istimewa. Aku yakin dia tidak akan pernah berpaling pada siapapun," jelas Helen panjang lebar. "Kau sangat memahami Manggala. Itu juga membuatku sangat cemburu," gerutu Cynthia. "Ya, ampun! Berhentilah berpikir negatif, Cynthia!" tegur Helen. "Tapi
Baca selengkapnya

Brengsek

Hampir satu jam lamanya Manggala berada di bawah shower. Berapa kali pun dia mencoba menggosok kulit leher dan dada, bekas tanda percintaannya bersama Cynthia tidak juga hilang. "Bodoh!" Manggala memukul dinding kamar mandi penthouse berkali-kali, hingga buku-buku jarinya memar dan berdarah. "Aku brengsek sekali! Ya, Tuhan!" Manggala menangis. Ya, pria garang yang selalu tampil super maskulin itu menitikkan air mata. "Maaf .... Maafkan aku, Aira. Sedikit lagi, sebentar lagi, dan aku akan membawamu pergi jauh dari sini," racaunya. Persetan dengan rencana balas dendam yang dia rancang bersama Helen untuk membalas sakit hatinya pada Aira. Manggala sudah tak memiliki dendam sedikitpun pada istrinya itu. Amarah dan kecewa yang menggunung, luruh tak tersisa sejak ikrar sehidup semati sebagai suami istri terucap. "Apa yang harus kulakukan, Aira? Aku sudah membuat kesalahan besar padamu," sesal Manggala. 'Rahasiakan apa yang terjadi di kantor tadi dari Aira. Sampai kapanpun, dia tida
Baca selengkapnya

Sadar

Manggala melangkah keluar dari ruang perawatan Brandon. Dia memilih untuk menunggu perkembangan Aira di depan pintu unit gawat darurat. Tak sampai lima menit berdiri, seorang dokter keluar dari ruangan intensif dan menghampiri Manggala. "Apakah Anda suami pasien?" tanya sang dokter. "Ya, benar," jawab Manggala tegang. Dokter itu tersenyum sambil menepuk pundak Manggala. "Istri Anda sudah siuman," ujarnya. "Syukurlah." Manggala bernapas lega. "Bagaimana keadaannya, Dokter?" "Tidak ada cidera serius. Hanya terkilir di pergelangan kaki kiri saja. Selebihnya, seluruh tanda vital normal. Istri anda pingsan karena syok saja," papar sang dokter. "Bisakah saya menemuinya?" pinta Manggala. "Tentu. Anda bisa menemaninya setelah kami pindahkan ke ruang perawatan," tutur dokter itu. Manggala mengangguk. Beberapa saat kemudian, pintu ruang intensif terbuka. Tampak brankar tempat Aira terbaring lemah, didorong pelan oleh beberapa petugas medis. "Ra!" seru Manggala seraya menghampir
Baca selengkapnya

Berdua Denganmu

"Ada-ada saja. Aku baru mengalami kecelakaan dan kamu malah mengajak bukan madu," keluh Aira. "Ya, nanti kalau sudah benar-benar sembuh, akan kuajak kamu ke tempat-tempat indah yang bisa dijadikan obyek foto," cetus Manggala. "Memangnya kamu mau mengajakku ke mana?" Kening Aira berkerut. Sedikit banyak, ajakan berbulan madu cukup membuatnya antusias. Mengingat di pernikahannya terdahulu, Aira tak pernah menjalani bulan madu, ataupun manisnya hubungan suami istri bersama Jati. "Terserah. Kamu ingin ke mana?" Manggala malah balik bertanya. "Ke New Zealand. Aku ingin melihat peternakan sapi terbesar dari dekat," jawab Aira asal. "Boleh. Makanya, kamu harus cepat sembuh," ujar Manggala seraya mencium bibir Aira. Perlakuan pria tampan itu semakin baik dan hangat di setiap harinya. Aira jadi merasa bahwa pernikahan keduanya itu benar-benar nyata dan tak ada kepalsuan sama sekali di dalamnya. "Tidurlah." Manggala berbaring di samping Aira sambil mengusap lembut dahi sang istri.
Baca selengkapnya

Jatuh

Berjalan menggunakan kruk, semacam tongkat yang digunakan sebagai alat bantu berjalan, ternyata cukup merepotkan Aira, karena dirinya tak terbiasa. Sebenarnya, Kartika dan Sinta sudah melarangnya untuk mengantar ke bandara. Namun, Aira keras kepala. Lagipula, ada Mira di sampingnya. "Kamu kuat berjalan ke area parkir?" tanya Mira. "Aira tidak selemah itu, Tante," kelakar wanita cantik itu seraya tertawa. Dia berhasil membuktikan bahwa dirinya kuat berjalan hingga tiba di depan mobil Mira. "Ra, kamu merasa aneh nggak sih, sama Manggala?" celetuk Mira sesaat setelah mereka berdua duduk dengan nyaman di dalam mobil. "Aneh gimana?" "Entahlah. Instingku mengatakan kalau dia menyembunyikan sesuatu," jawab Mira. "Coba deh, kamu pikir, Ra. Dua hari lalu, Manggala cuma mengantarmu ke rumahku, terus dia pulang ke rumahnya sendiri. Dia meninggalkanmu begitu saja, padahal kamu masih dalam kondisi sakit," papar Mira. "Angga sibuk, Te. Dia tidak bermaksud meninggalkanku sendiri. Ang
Baca selengkapnya

Tanda Cinta

Tengah malam, Aira terjaga. Perutnya yang keroncongan memaksanya untuk bangun dan turun dari ranjang. Sejenak, diamatinya Manggala yang tertidur pulas dalam posisi miring menghadap Aira. Pria itu hanya memakai celana tidur dan bertelanjang dada. Aira terpaku menatap tanda bekas percintaan semalam. Ah, tidak. Sebagian tanda itu bukan hasil perbuatannya. Beberapa titik merah sudah tercipta sebelum dia dan Manggala bercinta. Alergi? Aira tersenyum miring. Satu sisi batinnya berbisik. Jika memang benar alergi, kenapa bentuknya sama persis dengan tanda cinta yang dia buat. "Ah." Aira mendesah pelan. Dia harus bisa mempercayai Manggala. Mereka sudah menjadi pasangan suami istri seutuhnya, dan yang terpenting, Aira tak ingin mengalami kegagalan untuk kedua kalinya. "Angga berbeda dengan Jati," gumamnya lirih. Kalimat itu terus Aira tanamkan di benak, seiring langkah kakinya keluar kamar menuju dapur di lantai satu, dengan bantuan kruk tentunya. Tak disangka, sesampainya di dapur,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status