Share

Brengsek

Author: Ayaya Malila
last update Last Updated: 2024-10-23 20:44:34
Hampir satu jam lamanya Manggala berada di bawah shower. Berapa kali pun dia mencoba menggosok kulit leher dan dada, bekas tanda percintaannya bersama Cynthia tidak juga hilang.

"Bodoh!" Manggala memukul dinding kamar mandi penthouse berkali-kali, hingga buku-buku jarinya memar dan berdarah.

"Aku brengsek sekali! Ya, Tuhan!" Manggala menangis. Ya, pria garang yang selalu tampil super maskulin itu menitikkan air mata. "Maaf .... Maafkan aku, Aira. Sedikit lagi, sebentar lagi, dan aku akan membawamu pergi jauh dari sini," racaunya.

Persetan dengan rencana balas dendam yang dia rancang bersama Helen untuk membalas sakit hatinya pada Aira. Manggala sudah tak memiliki dendam sedikitpun pada istrinya itu.

Amarah dan kecewa yang menggunung, luruh tak tersisa sejak ikrar sehidup semati sebagai suami istri terucap. "Apa yang harus kulakukan, Aira? Aku sudah membuat kesalahan besar padamu," sesal Manggala.

'Rahasiakan apa yang terjadi di kantor tadi dari Aira. Sampai kapanpun, dia tida
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Janda Tapi Perawan   Sadar

    Manggala melangkah keluar dari ruang perawatan Brandon. Dia memilih untuk menunggu perkembangan Aira di depan pintu unit gawat darurat. Tak sampai lima menit berdiri, seorang dokter keluar dari ruangan intensif dan menghampiri Manggala. "Apakah Anda suami pasien?" tanya sang dokter. "Ya, benar," jawab Manggala tegang. Dokter itu tersenyum sambil menepuk pundak Manggala. "Istri Anda sudah siuman," ujarnya. "Syukurlah." Manggala bernapas lega. "Bagaimana keadaannya, Dokter?" "Tidak ada cidera serius. Hanya terkilir di pergelangan kaki kiri saja. Selebihnya, seluruh tanda vital normal. Istri anda pingsan karena syok saja," papar sang dokter. "Bisakah saya menemuinya?" pinta Manggala. "Tentu. Anda bisa menemaninya setelah kami pindahkan ke ruang perawatan," tutur dokter itu. Manggala mengangguk. Beberapa saat kemudian, pintu ruang intensif terbuka. Tampak brankar tempat Aira terbaring lemah, didorong pelan oleh beberapa petugas medis. "Ra!" seru Manggala seraya menghampir

    Last Updated : 2024-10-24
  • Janda Tapi Perawan   Berdua Denganmu

    "Ada-ada saja. Aku baru mengalami kecelakaan dan kamu malah mengajak bukan madu," keluh Aira. "Ya, nanti kalau sudah benar-benar sembuh, akan kuajak kamu ke tempat-tempat indah yang bisa dijadikan obyek foto," cetus Manggala. "Memangnya kamu mau mengajakku ke mana?" Kening Aira berkerut. Sedikit banyak, ajakan berbulan madu cukup membuatnya antusias. Mengingat di pernikahannya terdahulu, Aira tak pernah menjalani bulan madu, ataupun manisnya hubungan suami istri bersama Jati. "Terserah. Kamu ingin ke mana?" Manggala malah balik bertanya. "Ke New Zealand. Aku ingin melihat peternakan sapi terbesar dari dekat," jawab Aira asal. "Boleh. Makanya, kamu harus cepat sembuh," ujar Manggala seraya mencium bibir Aira. Perlakuan pria tampan itu semakin baik dan hangat di setiap harinya. Aira jadi merasa bahwa pernikahan keduanya itu benar-benar nyata dan tak ada kepalsuan sama sekali di dalamnya. "Tidurlah." Manggala berbaring di samping Aira sambil mengusap lembut dahi sang istri.

    Last Updated : 2024-10-25
  • Janda Tapi Perawan   Jatuh

    Berjalan menggunakan kruk, semacam tongkat yang digunakan sebagai alat bantu berjalan, ternyata cukup merepotkan Aira, karena dirinya tak terbiasa. Sebenarnya, Kartika dan Sinta sudah melarangnya untuk mengantar ke bandara. Namun, Aira keras kepala. Lagipula, ada Mira di sampingnya. "Kamu kuat berjalan ke area parkir?" tanya Mira. "Aira tidak selemah itu, Tante," kelakar wanita cantik itu seraya tertawa. Dia berhasil membuktikan bahwa dirinya kuat berjalan hingga tiba di depan mobil Mira. "Ra, kamu merasa aneh nggak sih, sama Manggala?" celetuk Mira sesaat setelah mereka berdua duduk dengan nyaman di dalam mobil. "Aneh gimana?" "Entahlah. Instingku mengatakan kalau dia menyembunyikan sesuatu," jawab Mira. "Coba deh, kamu pikir, Ra. Dua hari lalu, Manggala cuma mengantarmu ke rumahku, terus dia pulang ke rumahnya sendiri. Dia meninggalkanmu begitu saja, padahal kamu masih dalam kondisi sakit," papar Mira. "Angga sibuk, Te. Dia tidak bermaksud meninggalkanku sendiri. Ang

    Last Updated : 2024-10-26
  • Janda Tapi Perawan   Tanda Cinta

    Tengah malam, Aira terjaga. Perutnya yang keroncongan memaksanya untuk bangun dan turun dari ranjang. Sejenak, diamatinya Manggala yang tertidur pulas dalam posisi miring menghadap Aira. Pria itu hanya memakai celana tidur dan bertelanjang dada. Aira terpaku menatap tanda bekas percintaan semalam. Ah, tidak. Sebagian tanda itu bukan hasil perbuatannya. Beberapa titik merah sudah tercipta sebelum dia dan Manggala bercinta. Alergi? Aira tersenyum miring. Satu sisi batinnya berbisik. Jika memang benar alergi, kenapa bentuknya sama persis dengan tanda cinta yang dia buat. "Ah." Aira mendesah pelan. Dia harus bisa mempercayai Manggala. Mereka sudah menjadi pasangan suami istri seutuhnya, dan yang terpenting, Aira tak ingin mengalami kegagalan untuk kedua kalinya. "Angga berbeda dengan Jati," gumamnya lirih. Kalimat itu terus Aira tanamkan di benak, seiring langkah kakinya keluar kamar menuju dapur di lantai satu, dengan bantuan kruk tentunya. Tak disangka, sesampainya di dapur,

    Last Updated : 2024-10-27
  • Janda Tapi Perawan   Demi Aira

    "Ini seperti bukan dirimu, Manggala. Sampai detik ini, aku masih yakin jika kau bukanlah laki-laki brengsek," isak Cynthia. "Sayangnya iya. Aku memang brengsek," timpal Manggala. "No!" Tangis Cynthia terdengar makin kencang. "Berhentilah menangis. Aku sangat tidak layak kau tangisi," bujuk Manggala. Terbersit rasa bersalah dalam hati karena telah mempermainkan wanita sebaik dan secantik Cynthia. "Dengar, sebulan lagi ayahmu akan mengadakan evaluasi kerja di kantor pusat. Saat itu, datanglah bersama beliau. Aku juga akan datang ke sana, sebab ada hal penting yang ingin kusampaikan di depan kalian berdua," tutur Manggala. "Kita harus bertemu sekarang!" paksa Cynthia. Manggala tak menjawab. DIa menoleh ke arah pintu kamar mandi yang terbuka perlahan. Tatapannya terpaku pada tubuh molek berbalut handuk yang hanya menutupi dada sampai bagian atas paha. Manggala menelan ludahnya kasar. "Maaf, Ngga. Aku tadi lupa mengambil baju," ucap Aira malu-malu. "Manggala! Aku mau berte

    Last Updated : 2024-10-28
  • Janda Tapi Perawan   Gunung Cinta

    Setelah melalui perjalanan darat dan menaiki feri, Manggala dan Aira tiba di pulau Rangitoto pada sore hari. Mau tak mau, mereka harus menunggu hingga besok untuk melakukan pendakian. Manggala pun memesan satu penginapan yang berada paling dekat dengan kaki gunung. Meskipun sederhana, tapi tempat itu tampak bersih dan rapi. "Kita beruntung, Ra. Masih tersisa satu kamar di sini," ucap Manggala. "Kudengar, beberapa orang di belakang kita harus mencari penginapan lain, sedangkan penginapan yang lain juga penuh," lanjutnya. "Hm." Aira tak begitu menanggapi. Tatapannya malah kosong tertuju pada pemandangan di luar jendela kamar yang mereka sewa saat itu. "Ada apa?" Manggala yang khawatir sekaligus curiga, segera mendekati istrinya. Arah pandangannya mengikuti tatapan Aira. "Kira-kira aku masih sanggup nggak, ya?" gumam Aira. "Tenang saja, Ra. Medan pendakian di gunung Rangitoto termasuk mudah. Ada anak tangga menuju puncak juga, lho!" jelas Manggala. "Jadi kita tidak perlu repot-repot

    Last Updated : 2024-10-29
  • Janda Tapi Perawan   Dalam Gelap

    "Gawat! Baterai ponselku lemah. Tidak ada sinyal pula," gerutu Aira. "Pakai cahaya dari ponselku saja, Ra," cetus Manggala seraya menyalakan tombol senter di telepon genggamnya. Dalam sepersekian detik, suasana di sekeliling mereka berubah dari gelap gulita menjadi sedikit terang. "Kok ruangannya aneh begini, ya?" Aira bergidik ngeri melihat belasan kepala rusa yang diawetkan dan dipajang di dinding bunker atau ruang bawah tanah. "Di sini saja, Ra! Jangan jauh-jauh!" Manggala sigap mencekal lengan Aira saat wanita itu hendak menyentuh hiasan dinding. "Kamu dengar itu, Ngga?" desis Aira. Manggala tak menanggapi. Dia merengkuh tubuh Aira sambil menajamkan pendengaran. "Itu suara angin, Ra. Rupanya badai semakin kencang," ujar Manggala. "Barang-barang kita di penginapan gimana, ya? Aku khawatir dengan kameraku," gumam Aira. "Aku yakin aman, Ra. Penginapan kita sudah dilengkapi asuransi," tutur Manggala menenangkan. Dia menggandeng Aira, lalu mengajaknya duduk di lantai. "T

    Last Updated : 2024-10-30
  • Janda Tapi Perawan   Jujur

    Aira berkali-kali melirik suaminya yang tampak fokus mengemudi mobil sewaan. Sudah dua jam mereka dalam keadaan saling diam. Manggala masih tak mau membuka mulutnya terkait pertanyaan Aira tadi.Semua terasa semakin mengecewakan ketika Manggala membatalkan rencana pendakian mereka ke Gunung Rangitoto. "Stop!" seru Aira tiba-tiba.Manggala melirik ke arah istrinya sekilas sebelum kembali menatap lurus ke jalan raya bebas hambatan di depannya."Kalau kamu tetap bersikap seperti ini, lebih baik aku turun!" sentak Aira.Manggala mengembuskan napas kasar, lalu memelankan kendaraan. Kebetulan beberapa meter di depannya, terdapat rest area. Tanpa berpikir dua kali, dia memutar kemudi dan menghentikan mobil di area parkir khusus. "Kamu mau aku gimana, Ra?""Jawab pertanyaanku! Apa yang kamu sembunyikan dariku, Ngga!" desak Aira dengan nada tinggi.Manggala terdiam sejenak. Otaknya berpikir keras, menimbang dan merangkai kata-kata yang tepat untuk memberi penjelasan pada istrinya yang tengah d

    Last Updated : 2024-11-01

Latest chapter

  • Janda Tapi Perawan   In Another Life

    Aira berkata sejujurnya. Dia sudah melepaskan masa lalu. Tak ada lagi alasan baginya untuk melihat ke belakang. Dia sudah sangat bahagia bersama Manggala, terlepas dari permasalahan besar yang pernah menimpa sang suami dan dirinya. Jati pun sepertinya tak perlu tahu tentang hal itu. Apalagi Manggala berhasil menyembunyikan insiden besar kecelakaan mereka. Tak seorang pun tahu apa yang terjadi dalam kemelut rumah tangga mereka selain keluarga dekat Aira dan Manggala. "Aku sungguh-sungguh minta maaf, Ra," ucap Jati dengan bibir bergetar. "Aku mendapat hukumanku bertahun-tahun lamanya." "Apa?" Aira mengernyit tak mengerti. "Seperti yang kubilang tadi, kukira aku bahagia dengan pilihanku, yaitu Senja. Namun, nyatanya, setelah aku melihat wajah sedihmu di hari perceraian kita, aku merasa gamang," ungkap Jati. "Sejak hari itu, aku merasa ada sudut hatiku yang kosong, ikut terbawa pergi bersamamu. Hal itu mempengaruhi kehidupan rumah tanggaku bersama Senja. Semua jadi terasa ... hambar.

  • Janda Tapi Perawan   Bicara Berdua

    "Eh, ada Aira?" Jati terkesiap menangkap sosok sang mantan istri yang berjarak beberapa meter dari hadapannya itu. "Halo, apa kabar?" Aira melambaikan tangan, berusaha menyamarkan sikap canggung yang tak biasa. "Kok, kamu bisa ada di sini, Ra?" tanya Jati terheran-heran. Dia seolah tak percaya melihat penampakan Aira di rumah yang pernah mereka tinggali bersama itu. "Aku yang mengajaknya ke sini, Mas. Kebetulan, suami Mbak Aira berteman dekat dengan Mas Gading," jelas Hilda. "Oh, begitu." Jati tersenyum kaku sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Eh, Ibu sampai lupa!" Andini menepuk pelan dahinya. "Bisa-bisanya sedari tadi Ibu mengajak kalian bicara, tanpa suguhan apa-apa!" "Eh, tidak usah, Bu. Sebentar lagi, kami juga harus kembali ke kantor. Iya kan, Hil?" Aira mengerjapkan mata berkali-kali sebagai isyarat agar Hilda mengiyakan kalimatnya. Namun, sayang. Wanita cantik berambut pendek itu sama sekali tak paham sinyal rahasia yang dikirimkan oleh Aira kepadanya.

  • Janda Tapi Perawan   Nostalgia Sejenak

    Ada rasa yang tak bisa Aira artikan saat memasuki rumah yang pernah dia huni selama menikah dengan Jati itu. Setiap sudut mengingatkannya akan kenangan buruk pernikahannya bersama suami pertamanya itu. Air mata Aira sudah mengambang di pelupuk ketika terdengar langkah kaki yang berasal dari ruang tengah. Spontan Aira dan Hilda menoleh ke arah suara. "Tante! Lihat siapa yang kuajak kemari!" seru Hilda antusias. Sosok yang baru memasuki ruang tamu itu berdiri terpaku sembari menatap nanar Aira. "Hai, Tante Andini. Apa kabar?" sapa Aira kikuk. Buliran air bening yang sedari tadi dia tahan, kini lolos sudah. Hati Aira seakan tercubit saat melihat wanita yang pernah menjadi mertuanya itu. Andini tampak lebih kurus dari saat terakhir mereka bertemu. Walau memang kecantikannya tak pernah pudar. Sikap anggun wanita paruh baya itu juga tetap melekat dalam setiap lakunya. "Kamu Aira? Benar-benar Aira, kan?" tanya Andini dengan bibir bergetar. "Iya, Tante." Ragu-ragu Aira hendak

  • Janda Tapi Perawan   Rumah Masa Lalu

    "Ah, itu bukan urusanku lagi." Aira tertawa canggung, serba salah melihat air muka Manggala yang tiba-tiba keruh setelah mendengar nama 'Jati'. "Mas Jati betah tinggal di Amerika. Padahal istrinya ngotot meminta pulang ke Indonesia. Kemungkinan hal itu yang menyebabkan pernikahan mereka retak," cerocos Hilda. Aira seakan tertipu oleh kesan pertama Hilda yang tampak seperti gadis lugu yang pemalu dan pendiam. Nyatanya, setelah saling mengenal selama beberapa detik, Hilda banyak berbicara. "Bagaimana kabar istrinya? Sehat-sehat, kan?" tanya Aira mengonfirmasi. "Yang kudengar sih, Mbak Senja sudah kembali sehat. Padahal sempat sakit parah," jawab Hilda. "Ehm, jadi begini ya, kalau perempuan sudah mulai bergosip. Kita dicuekin," seloroh Gading yang disambut dengan tawa renyah oleh Manggala. "Ah, begini saja. Bagaimana kalau kita biarkan Hilda dan Aira mengobrol? Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu," tawar Manggala. "Hal penting apa?" tanya Gading. "Ini ada kai

  • Janda Tapi Perawan   Welcome to Nirwana

    "Ini kantor pusat perusahaan start-upmu, Ngga?" Aira menatap gedung lima lantai yang menjulang gagah di depannya."Bagus nggak, Ra?" tanya Manggala dengan mata berbinar."Bagus banget, Ngga." Aira berdecak kagum. Bangunan yang sebagian besar dindingnya terbuat dari kaca tebal itu terlihat kokoh. "Siapa arsiteknya?""Gading yang mengatur semuanya, Ra. Tempat ini awalnya merupakan gedung tua yang terbengkalai. Aku yang membelinya dengan harga murah. Gading yang merenovasi keseluruhannya," jelas Manggala."Ah, aku jadi tidak sabar bertemu dengan Gading. Sudah lama sejak dia lulus kuliah ya, Ngga?" "Betul sekali." Manggala tersenyum lembut lalu menggandeng tangan Aira. Diajaknya sang istri tercinta memasuki lobi. Ekor mata Aira spontan menangkap rangkaian huruf berukuran besar yang menempel di salah satu dinding lobi. "Nirwana," gumamnya. "Lihat slogannya, Ra," tunjuk Manggala.Aira pun mengalihkan fokusnya pada deretan kalimat di bawah kata 'Nirwana' itu. "Satu klik yang bisa membawa

  • Janda Tapi Perawan   Laki-laki Kuat

    "Sudah kuduga, Bunda pasti mendengar semuanya." Ibra terkekeh. Namun, di sisi lain dirinya cukup gelisah, khawatir Imelda akan memarahinya, atau lebih parah lagi, memarahi Aira. Kekhawatiran itu bukannya tak beralasan. Ibra sempat menebak bahwa ibunya pasti berpikir jika secara tidak langsung, Aira lah yang menyebabkan Ibra pergi ke luar negeri."Ibra." Imelda maju selangkah dan berdiri tepat di hadapan putra tengahnya itu. Postur Ibra yang tinggi menjulang, membuat Imelda mendongak agar bisa menatap tepat ke arah kedua mata Ibra. "Bunda bangga padamu," ucapnya."Hah!" Ibra melongo. Tak menyangka jika Imelda malah memberinya pujian. "Bunda nggak marah?" tanyanya memastikan."Marah? Kenapa mesti marah? Bunda malah senang dengan pemikiranmu. Tandanya, pola pikirmu sudah dewasa dan matang, Nak," tutur Imelda sembari mengusap lembut lengan Ibra. "Lagipula, anak cowok memang harus merantau. Harus terbiasa menghadapi kerasnya dunia. Mentalmu harus ditempa supaya menjadi laki-laki kuat, layak

  • Janda Tapi Perawan   Nasihat Manis

    Aira tercenung setelah mendengar penuturan Manggala. Sebelumnya, Mira pernah memperingatkan dirinya tentang Ibra yang kemungkinan besar menaruh hati pada Aira. Namun, dia tak pernah menanggapi serius akan hal itu."Apa anak itu benar-benar menyukaiku, Ngga?" gumam Aira. "Siapa yang tidak suka padamu, Ra. Kamu cantik, cerdas, berbakat. Pokoknya paket komplit, deh," sanjung Manggala."Ah, gombal lagi!" Aira mencebikkan bibir."Serius, Sayang!" ujar Manggala."Padahal aku jauh lebih tua dari Ibra. Bisa-bisanya dia naksir aku." Aira terkikik geli."Kamu tuh masih kelihatan seperti anak kuliahan, Ra. Nggak akan ada yang menyangka kalau kamu tuh ibu anak satu," sanjung Manggala lagi."Ah, aku bosan dengan gombalanmu. Mending tidur," gerutu Aira. Sesaat kemudian, dia menarik selimut hingga ke dagu lalu memejamkan mata."Beristirahatlah, Sayang. Selamat tidur." Manggala mengecup lembut dahi Aira sebelum turut tenggelam ke alam mimpi.Entah berapa lama Aira tertidur, dia terbangun saat menden

  • Janda Tapi Perawan   Dari Hati ke Hati

    Setelah makan malam bersama, Manggala dan Aira memutuskan untuk menginap di kediaman Bayu dan Imelda. Namun, ada yang berbeda dari raut wajah pasangan suami istri itu. Manggala terlihat murung, dan Aira mampu menangkap hal itu. "Kamu kenapa, Ngga?" tanya Aira. Lama tak mendapat jawaban. Manggala masih terus asyik memandang lurus ke arah jalan raya yang tak terlalu ramai di depan. Jemarinya sesekali memutar kemudi. Merasa tak mendapat jawaban, Aira kembali bertanya sambil menyentuh lembut bahu suaminya, "Ngga?" "Ah, eh, iya, Sayang?" Manggala sedikit terhenyak, lalu menoleh kepada Aira. "Kamu kenapa?" ulang Aira. "Oh, itu ...." Manggala tersenyum kelu. "Kepikiran Ibra?" terka Aira. Manggala mengangguk lesu. "Aku merasa, keputusannya pergi ke luar negeri itu gara-gara aku," sesalnya. "Kok bisa?" Aira menautkan alisnya. "Ehm ...." Manggala tak langsung menjawab. Dia menoleh ke arah Enzo yang nyenyak tertidur di kursi khusus bayinya, di jok belakang. "Eh, sudah sampai. Kita la

  • Janda Tapi Perawan   Kejutan Manis

    Manggala langsung mencegah lengan Aira yang hendak menghampiri Mira. "Jangan," bisiknya sambil menggeleng pelan. "Kenapa?" tanya Aira. "Sepertinya Tante Mira dan Alex sedang kencan," jawab Manggala lirih. "Oh!" Aira membulatkan bibir. Diamatinya dua sejoli itu dari kejauhan. Mira tampak tersipu sambil sesekali menyentuh punggung tangan Alex yang memegang gelas. "Ah, tapi aku tidak tahan untuk tidak menyapa!" Aira mengabaikan larangan Manggala. Dia malah berlari mendekat dan menyapa sang tante. "Halo! Sedang apa Tante di sini?" sapa Aira ceria. "E-eh, Aira!" Mira tak dapat menyembunyikan sikap gugupnya. Demikian pula Alex yang terlihat serba salah. "Kamu sendiri ngapain di sini?" Mira balas bertanya. "Bunda dan Papa Bayu mengajak kami makan malam bersama, Tante," ucap Aira. "Oh, ya? Enzo mana?" Mira mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Dia sedang bersama Ibra dan orang tua saya di lantai dua, Tante," sahut Manggala sopan. "Oh, begitu." Senyum kaku Mira tak lepa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status