Share

Gunung Cinta

Penulis: Ayaya Malila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 23:58:29
Setelah melalui perjalanan darat dan menaiki feri, Manggala dan Aira tiba di pulau Rangitoto pada sore hari. Mau tak mau, mereka harus menunggu hingga besok untuk melakukan pendakian.

Manggala pun memesan satu penginapan yang berada paling dekat dengan kaki gunung. Meskipun sederhana, tapi tempat itu tampak bersih dan rapi.

"Kita beruntung, Ra. Masih tersisa satu kamar di sini," ucap Manggala. "Kudengar, beberapa orang di belakang kita harus mencari penginapan lain, sedangkan penginapan yang lain juga penuh," lanjutnya.

"Hm." Aira tak begitu menanggapi. Tatapannya malah kosong tertuju pada pemandangan di luar jendela kamar yang mereka sewa saat itu.

"Ada apa?" Manggala yang khawatir sekaligus curiga, segera mendekati istrinya. Arah pandangannya mengikuti tatapan Aira.

"Kira-kira aku masih sanggup nggak, ya?" gumam Aira.

"Tenang saja, Ra. Medan pendakian di gunung Rangitoto termasuk mudah. Ada anak tangga menuju puncak juga, lho!" jelas Manggala. "Jadi kita tidak perlu repot-repot
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Janda Tapi Perawan   Dalam Gelap

    "Gawat! Baterai ponselku lemah. Tidak ada sinyal pula," gerutu Aira. "Pakai cahaya dari ponselku saja, Ra," cetus Manggala seraya menyalakan tombol senter di telepon genggamnya. Dalam sepersekian detik, suasana di sekeliling mereka berubah dari gelap gulita menjadi sedikit terang. "Kok ruangannya aneh begini, ya?" Aira bergidik ngeri melihat belasan kepala rusa yang diawetkan dan dipajang di dinding bunker atau ruang bawah tanah. "Di sini saja, Ra! Jangan jauh-jauh!" Manggala sigap mencekal lengan Aira saat wanita itu hendak menyentuh hiasan dinding. "Kamu dengar itu, Ngga?" desis Aira. Manggala tak menanggapi. Dia merengkuh tubuh Aira sambil menajamkan pendengaran. "Itu suara angin, Ra. Rupanya badai semakin kencang," ujar Manggala. "Barang-barang kita di penginapan gimana, ya? Aku khawatir dengan kameraku," gumam Aira. "Aku yakin aman, Ra. Penginapan kita sudah dilengkapi asuransi," tutur Manggala menenangkan. Dia menggandeng Aira, lalu mengajaknya duduk di lantai. "T

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Janda Tapi Perawan   Jujur

    Aira berkali-kali melirik suaminya yang tampak fokus mengemudi mobil sewaan. Sudah dua jam mereka dalam keadaan saling diam. Manggala masih tak mau membuka mulutnya terkait pertanyaan Aira tadi.Semua terasa semakin mengecewakan ketika Manggala membatalkan rencana pendakian mereka ke Gunung Rangitoto. "Stop!" seru Aira tiba-tiba.Manggala melirik ke arah istrinya sekilas sebelum kembali menatap lurus ke jalan raya bebas hambatan di depannya."Kalau kamu tetap bersikap seperti ini, lebih baik aku turun!" sentak Aira.Manggala mengembuskan napas kasar, lalu memelankan kendaraan. Kebetulan beberapa meter di depannya, terdapat rest area. Tanpa berpikir dua kali, dia memutar kemudi dan menghentikan mobil di area parkir khusus. "Kamu mau aku gimana, Ra?""Jawab pertanyaanku! Apa yang kamu sembunyikan dariku, Ngga!" desak Aira dengan nada tinggi.Manggala terdiam sejenak. Otaknya berpikir keras, menimbang dan merangkai kata-kata yang tepat untuk memberi penjelasan pada istrinya yang tengah d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Janda Tapi Perawan   Cinta Tak Bersegi

    Manggala memutuskan untuk menginap semalam di motel yang terdapat di wilayah rest area. Motel sederhana, tapi terlihat rapi dan bersih. "Hanya ada satu bed berukuran kecil, Ra. Tidak apa-apa, ya," ujar Manggala."Tidak masalah. Aku kalau tidur, tidak pernah bertingkah, kok," sahut Aira."Hm." Manggala mengulum senyum. Dalam hati, dia menertawakan perkataan Aira. "Iya, kamu anteng kalau tidur." Padahal kemarin malam, lutut Aira sempat menendang pusakanya."Aku tidur dulu ya, Ngga. Capek sekali punggungku," pamit Aira seraya memukul pelan bagian belakang tubuh menggunakan tangan kiri yang terkepal."Selamat tidur, Sayang." Manggala menangkup wajah cantik itu, kemudian mencium kening dan bibir Aira penuh perasaan. Dia menuntun Aira, hingga sang istri berbaring nyaman di ranjang.Manggala menyelimuti tubuh Aira hingga ke dagu sebelum berlalu keluar kamar dan mengunci pintunya dari luar. Dia lalu menuruni tangga dan duduk di sebuah bangku taman yang berada di sisi samping motel.Udara mala

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Janda Tapi Perawan   Akhir Perjalanan

    Sudah dua batang rokok yang Manggala habiskan, tapi perasaan gelisah masih juga mengganggu hatinya.Dia berniat menyulut sebatang lagi. Namun, panggilan dari seseorang membuat kegiatannya terhenti. Rokok Manggala terselip di sudut bibir, sementara satu tangannya sibuk menekan tombol hijau di layar ponsel. "Yes, Mr. Williams," sapanya pada si penelepon.Manggala masih mengingat dengan jelas nama pemilik penginapan yang sudah disewanya selama sebulan ke depan itu. "Apakah ada masalah?" tanya Manggala sedikit tegang."Begini, Tuan. Sejak Anda pergi diam-diam dari penginapan, setidaknya sudah ada lima orang misterius yang mencari anda. Mereka bahkan memaksa meminta nomor kamar Anda," jelas si pemilik penginapan."Apakah Anda memberitahu mereka nomor kamarku?" "Tentu saja tidak, Tuan. Itu adalah privasi penyewa kamar. Saya tidak akan mengatakannya pada orang asing," tegas Williams.Mendengar hal itu, Manggala mengempaskan napas lega. "Syukurlah, dan sungguh-sungguh kuucapkan terima kasih

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Janda Tapi Perawan   Pisah

    "Apa semua gara-gara postingan di sosmedku, Ngga? Seharusnya aku ingat kalau keberadaan kita tak boleh diketahui," sesal Aira. "Apa?" Manggala mengernyit tak mengerti. "Kamu sempat mengunggah foto-foto kita?" "Bukan! Aku tidak mengunggah foto-fotomu. Hanya pemandangan saja," ralat Aira. Rasa sesalnya makin menggunung tatkala melihat raut sedih Manggala. "Ya, sudah. Tidak apa-apa. Kita berkemas sekarang, ya." Manggala mencoba untuk tersenyum, meskipun tampak kaku. "Aku minta maaf, Ngga. Saking bahagianya, aku lupa untuk menyembunyikan lokasi kita." Aira menangkup kedua tangannya di dada. Dia sungguh menyesali kecerobohannya. "Nggak, Ra. Kamu nggak salah. Memang sudah waktunya orang-orang mengetahui status kita," hibur Manggala. Dipeluk dan diusapnya punggung sang istri. "Sekarang, kita siap-siap, ya. Aku sudah memesankan tiket pesawat menuju Brisbane untuk nanti malam." Aira mengangguk sambil sesekali terisak. "Brandon tadi telepon, Ngga. Dia juga menyarankan agar aku cepat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Janda Tapi Perawan   Hilang

    Aira berdiri gelisah di depan lift pribadi. Gugup dirinya menunggu hingga pintu lift itu terbuka. Dan ketika dia melihat sosok Helen keluar dari sana, Aira merasa begitu terintimidasi. Tatapan Helen begitu tajam dan seakan penuh permusuhan. Wanita cantik berambut pirang itu melangkah pelan, mendekati Aira sambil menenteng tas tangan dan satu tas laptop. "Selamat pagi, Nyonya," sapa Helen seraya memaksakan senyum. "Manggala sedang tidak ada di rumah," ujar Aira dengan nada bicara kaku. "Aku tahu! Dia sedang mengikuti rapat evaluasi," sahut Helen sinis. Sorot matanya menyapu setiap sudut ruangan. "Jadi ini apartemen yang selalu dia rahasiakan dariku?" celetuknya tiba-tiba. Helen melanjutkan langkah. Tanpa sungkan, dia berjalan menuju ruang makan yang bersisian dengan dapur. "Hm!" Helen meletakkan dua tas bawaannya di meja marmer berukuran besar yang terdapat di tengah-tengah ruangan dapur. "Manggala memang bodoh!" cibir Helen. "Apa maksudmu?" geram Aira yang tak terima

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Janda Tapi Perawan   Selamat Tinggal

    Ruang rapat terasa begitu sepi. Hanya ada Frederick dan Manggala di sana. Semua orang sudah membubarkan diri. Begitu pula dengan Brandon yang sempat mengacaukan suasana hati Frederick. Teringat olehnya, kalimat jahat yang sempat dilontarkan kepada Brandon, hanya supaya pria itu pergi. "Apakah aku salah, Manggala?" ucap Frederick tiba-tiba. Manggala yang awalnya terpekur, langsung menoleh ke arah pria paruh baya tersebut. "Tentang apa?" tanyanya. "Jujur saja. Keberadaan Brandon sungguh menyiksaku. Sosoknya selalu mengingatkanku akan kesalahan besar yang pernah ku perbuat di masa lalu," beber Frederick. "Anak itu lahir ke dunia karena pengkhianatanku terhadap istriku. Aku berselingkuh dengan seorang wanita. Martha namanya," papar Frederick. "Berbulan-bulan lamanya kusembunyikan kenyataan itu, sampai akhirnya Martha hamil anakku, dan lahirlah Brandon," imbuhnya. "Kesalahan Anda menjadi semakin besar karena sudah bersikap tak adil terhadap Brandon. Setidaknya, jangan tunjukkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Janda Tapi Perawan   Tak Kan Kembali

    "Sial!" Manggala segera berlari ke kamar Aira. Dia sedikit lega saat melihat baju-baju istrinya masih rapi tersimpan di dalam lemari. Namun, pikirannya kembali kacau ketika tak mendapati Aira di manapun. "Kau tak akan menemukannya di sini, Sayang! Sudah kukatakan dia pergi, tanpa membawa apapun. Ponsel pun tak dia bawa," cerocos Helen yang dalam keadaan setengah mabuk. Manggala terdiam. Benaknya langsung terarah pada rumah Mira. "Aira pasti berada di sana," gumamnya. Tak ingin membuang waktu, Manggala berlari hendak memasuki lift pribadi. Tatkala satu kakinya hampir memijak lantai lift, terdengar Helen berseru nyaring. "Aku mencintaimu, Manggala! Satu-satunya alasan aku mengalah dan memilih untuk tidak memperjuangkanmu adalah supaya kau bisa bersatu dengan Cynthia! Kurelakan kau hanya demi bersama sahabatku! Aku tak akan menerima perempuan lain selain dia!" Manggala menghentikan langkah dan berbalik ke arah sang sekretaris. "Kau gila, Helen!" umpatnya. "Aku tak akan kembali

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07

Bab terbaru

  • Janda Tapi Perawan   Semburat Senja

    Aira menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Dia harus bisa mengenyahkan segala pikiran buruk. Mungkin itu semua adalah bagian dari rencana Manggala, batinnya. "Manggala tidak mungkin berkhianat. Tadi dia sudah meneleponku." Kalimat itu terus Aira ulang seperti mantra. "Sammy dan saya akan duduk di sebelah sana," pamit Alex dan ditanggapi dengan anggukan kepala oleh Aira. Sesaat kemudian, wanita cantik itu mengedarkan pandangan ke sekeliling lokasi pesta. Acara farewell party sekaligus first dance kedua mempelai diadakan di lahan kosong berupa padang rumput yang terletak di area selatan resort. Padang rumput tersebut berbatasan dengan tebing curam. Di bawah tebing, terdapat pemandangan indah berupa bibir pantai berbatu. Keindahan itu menjadi berkali lipat ketika di ujung horizon muncul semburat cahaya jingga yang menjadi penanda bahwa senja telah tiba. Tenda raksasa yang dilengkapi dengan dekorasi mewah nan elegan dan dihiasi ribuan bunga mawar putih, didirikan untuk m

  • Janda Tapi Perawan   Bernapas Lega

    "Aunty!" Teriakan Sammy membuat Aira terkejut. Konsentrasinya dalam mengambil foto-foto Cynthia pun buyar seketika. "Kenapa lagi, Nak?" tanyanya penuh kesabaran. "Ponselmu berbunyi," jawab Sammy seraya meraih sebuah telepon genggam dari dalam kopernya. "Ponsel siapa itu, Sammy?" Aira mengernyit waspada. "Itu bukan milikku " "Tapi, ayah tadi mengatakan jika ponsel ini berdering, maka aku harus memberikannya pada Aunty. Ayah tadi juga mengatakan kalau aku harus menunjukkan ponsel ini pada Aunty," jelas Sammy panjang lebar. Ragu-ragu, Aira mengulurkan tangan. Dia memutuskan untuk menerima ponsel yang disodorkan oleh Sammy. "Ha-halo?" sapa Aira terbata. "Sayang?" balas suara di seberang sana. Suara yang sudah sangat melekat dalam sanubari, bahkan alam bawah sadar Aira. "Ma-Manggala?" desisnya. "Iya, ini aku. Boleh aku minta tolong, Sayang?" tanya Manggala lembut. "Tentu! Ada apa, Ngga?" "Tolong kirim hasil foto-fotomu ke email yang akan kukirim sebentar lagi di nomor

  • Janda Tapi Perawan   Terkuak

    William terdiam. Di satu sisi, dia merasa sedikit terdesak. Wiliam sendirian di tempat ini. Sengaja dia memutuskan untuk menjauhkan para pengawalnya dari Frederick beserta anak buah pria paruh baya itu, agar rencananya bersama Manggala bisa berhasil. Sebuah pilihan berbahaya, berisiko tinggi. Namun, dia yakin hasilnya akan sesuai dengan yang diharapkan. Keyakinan William itu akhirnya membuahkan hasil. Sebelum anak buah Frederick berhasil meringkusnya, tiba-tiba puluhan pria berambut cepak dengan kaos hitam berlari menghampiri. Pria-pria itu sigap meringkus anak buah Frederick. Mereka melumpuhkan pria-pria bersetelan rapi itu kurang dari lima menit. "Ayah!" Cynthia menunjukkan ketakutannya saat seorang pria asing menodongkan pistol ke pelipis Frederick. Ujung moncongnya membuat pria berambut putih itu menegang. Meskipun demikian, Frederick tetap berusaha untuk menekan rasa takutnya. "Kau pikir bisa menghancurkanku seperti ini, Will?" ejek Frederick dengan senyum meremehkan.

  • Janda Tapi Perawan   Canggung

    "Aunty! Ayah membawakanku banyak kue. Lihatlah!" Sammy menyeret koper berodanya, lalu meletakkan benda persegi itu di depan kaki Aira. "Wow! Kelihatannya enak-enak!" puji ibunda Enzo itu untuk menyenangkan hati Sammy. "Aunty boleh mengambil satu!" Sammy menyodorkan sebungkus roti keju pada Aira. "Nanti dulu ya, Sayang. Aunty harus bekerja," tolak Aira halus. Diusapnya rambut coklat keemasan itu seraya tersenyum lembut. "Ah, aku lupa pesan ayah," ujar Sammy sambil menggaruk-garuk kepalanya. "Aunty sedang bekerja, dan aku tidak boleh mengganggu," lanjutnya. "Anak pintar!" Aira tertawa geli. Gemas rasanya melihat Sammy yang semakin hari, tumbuh semakin cerdas. Kembali dia mengacak-acak rambut Sammy sebelum fokus pada kamera tele yang sedari tadi dia pegang. Aira mendudukkan diri di kursi. Tubuhnya menghadap ke dinding kaca tebal. Tatapannya tajam mengarah ke pemandangan di bawah sana, di dekat bibir pantai. Di bangku panjang yang diapit bebatuan pantai itu, telah datang wani

  • Janda Tapi Perawan   Eksekusi

    "Kaca gelap ini bisa Anda gunakan untuk kepentingan kita," tutur Alex yang membuat dahi Aira berkerut. "Maksudnya?" "Lihat sisi ini!" Alex mengarahkan telunjuknya ke sudut dinding kaca. Mau tak mau, Aira mengikuti arah pandang Alex. Saat itulah dirinya menyadari bahwa sudut dinding kaca tersebut memiliki warna yang berbeda. Aira memperkirakan bahwa bagian kaca yang berwarna tak terlalu gelap itu memiliki luas tak lebih dari tiga puluh senti. "Untuk apa sudut ini?" tanyanya heran. "Anda bisa mengambil foto dari sana," jawab Alex. "Foto?" ulang Aira tak mengerti. "Tuan Clarks meminta anda mengambil foto dalam jumlah sebanyak-banyaknya dari sisi itu," terang Alex. "Ya, ampun. Kata-kata anda terlalu membingungkan. Aku sama sekali tak paham," keluh Aira seraya menggaruk keningnya. "Begini ...." Alex menggoyangkan tangannya, sebagai isyarat agar Aira mendekat. "Jadi, nanti aku mengatur pertemuan antara Tuan Clarks dan Cynthia. Lokasinya ada di bawah sana," tunjuk Alex.

  • Janda Tapi Perawan   Puncak Pesta

    Baru beberapa menit yang lalu Aira menjejakkan kaki di bandara internasional Ngurah Rai, Bali. Bersama Alex, dia menaiki satu mobil khusus yang telah disewa menuju tempat resepsi yang akan digelar besok. "Kru kita masih sama dengan yang dulu," tutur Alex tanpa ditanya, dan Aira pun mengangguk. "Anda tidak apa-apa, kan? Berpisah sementara dengan Enzo?" tanya Alex memastikan. Aira langsung menggeleng dengan yakin. "Dia aman bersama Mama, Tante Mira dan kakak-kakakku," jawabnya. Mendengar nama Mira disebut, Alex langsung tersenyum lebar. "Ya, aku juga merasa begitu. Enzo pasti akan baik-baik saja," gumamnya. Tak terasa, dua jam perjalanan telah ditempuh. Kini, mereka sampai di sebuah resort pribadi di pesisir selatan pulau Bali. Alex langsung mengajak Aira untuk meeting bersama beberapa orang kru yang akan membantu pekerjaan Aira besok. Sejauh yang dia nilai, konsep pernikahan Brandon ini sangat mewah. Seperti acara resepsi a la barat pada umumnya. Ada beberapa tahapan yang

  • Janda Tapi Perawan   Pembalasan Dimulai

    Manggala mengajak Aira memasuki sebuah kamar lain melalui pintu penghubung di kamar yang ditempati oleh Enzo. Pria tampan yang masih setia dengan rambut gondrongnya tersebut menuntun sang istri dengan sangat lembut dan penuh kehati-hatian. "Kamu makin cantik, Sayang," sanjung Manggala dengan tatapan lekat. Tak sedetik pun dirinya mengalihkan pandangan dari wajah cantik Aira yang sudah dipoles dengan make up elegan. "Syukurlah," desis Manggala kemudian. "Apa?" Aira menautkan alis tanda tak paham. "Gaun pilihanku sungguh sangat cocok dikenakan olehmu." Mata coklat tajam Manggala menyapu tubuh sang istri, mulai dari kepala hingga ujung kaki. Gaun hitam berbahan velvet dengan model A-line itu sungguh sempurna membingkai pinggang ramping Aira. "Ah, Sayang. Rasanya sudah berabad-abad aku tak menyentuhmu." Sorot mata Manggala semakin sayu. Satu tangannya sudah aktif bergerak. Sementara bibirnya, dia dekatkan ke bahu kanan Aira. Dengan satu gigitan, Manggala arahkan tali gaun seuk

  • Janda Tapi Perawan   Bersenang-senang

    "Kamu makin ganteng," sanjung Aira seraya tersipu malu. "Masih gondrong juga." Manggala terkekeh. "Kamu ingin aku potong rambut?" tanyanya lembut. Aira spontan menggeleng. "Kamu mau model rambut macam apapun, tidak pernah gagal terlihat tampan," sanjungnya lagi. Manggala salah tingkah. Pipinya bersemu merah, bagaikan remaja yang baru jatuh cinta. "Benarkah?" Tatapan mata pria itu tampak sayu, terarah pada Aira. "Papap ... papap!" Celotehan Enzo membuat Manggala tersadar. Ada bayi yang sangat dia rindukan dan tunggu kedatangannya. "Jagoan Papa," ucap Manggala. Dia meraih Enzo dari gendongan Aira, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi ke udara. "Papa sangat merindukanmu, Nak. Sangat rindu," ungkap Manggala dengan mata berkaca-kaca. Begitu pula Aira dengan perasaan campur aduk. "Sampai kapan kita akan seperti ini, Ngga? Aku mulai lelah," keluhnya. "Tolong, sabar sedikit, Sayang. Berjanjilah padaku untuk bertahan," pinta Manggala. Aira tak menjawab. Malah Enzo yang menanggapiny

  • Janda Tapi Perawan   Penuh Damba

    Aira terlihat sangat bahagia menggandeng Enzo. Bocah menggemaskan itu terlihat sangat tampan dalam balutan tuksedo hitam. Senada dengan gaun malam Aira yang juga berwarna hitam. Enzo terus berceloteh dalam gendongan ibunya. Sementara tangan Aira yang lain tengah menyeret stroller. Wanita yang terlihat sangat cantik malam itu berjalan tergesa menuju teras. Aira patut terburu-buru, sebab saat itu suda menunggu sebuah mobil mewah sewaan yang terparkir gagah di halaman rumah Kartika. "Selamat malam, Nyonya." Seorang pria bersetelan hitam, keluar dari pintu pengemudi lau bergegas menghampiri Aira. Pria itu juga membungkuk hormat padanya. "Ini alamat yang akan saya tuju, Pak." Aira sedikit kesusahan mengoperasikan ponsel yang sedari tadi dia genggam sambil menggendong Enzo. "Saya sudah tahu, Nyonya. Klien saya sudah membagikan lokasinya," sahut sang sopir sopan. "Oh, baiklah. Terima kasih." Aira seakan tak sabar ingin bertemu dengan suami. Dirinya tak berpikir panjang untuk seger

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status