Home / Romansa / Janda Tapi Perawan / Cinta Tak Bersegi

Share

Cinta Tak Bersegi

Author: Ayaya Malila
last update Last Updated: 2024-11-02 21:33:47

Manggala memutuskan untuk menginap semalam di motel yang terdapat di wilayah rest area. Motel sederhana, tapi terlihat rapi dan bersih. "Hanya ada satu bed berukuran kecil, Ra. Tidak apa-apa, ya," ujar Manggala.

"Tidak masalah. Aku kalau tidur, tidak pernah bertingkah, kok," sahut Aira.

"Hm." Manggala mengulum senyum. Dalam hati, dia menertawakan perkataan Aira. "Iya, kamu anteng kalau tidur." Padahal kemarin malam, lutut Aira sempat menendang pusakanya.

"Aku tidur dulu ya, Ngga. Capek sekali punggungku," pamit Aira seraya memukul pelan bagian belakang tubuh menggunakan tangan kiri yang terkepal.

"Selamat tidur, Sayang." Manggala menangkup wajah cantik itu, kemudian mencium kening dan bibir Aira penuh perasaan. Dia menuntun Aira, hingga sang istri berbaring nyaman di ranjang.

Manggala menyelimuti tubuh Aira hingga ke dagu sebelum berlalu keluar kamar dan mengunci pintunya dari luar. Dia lalu menuruni tangga dan duduk di sebuah bangku taman yang berada di sisi samping motel.

Udara mala
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Janda Tapi Perawan   Akhir Perjalanan

    Sudah dua batang rokok yang Manggala habiskan, tapi perasaan gelisah masih juga mengganggu hatinya.Dia berniat menyulut sebatang lagi. Namun, panggilan dari seseorang membuat kegiatannya terhenti. Rokok Manggala terselip di sudut bibir, sementara satu tangannya sibuk menekan tombol hijau di layar ponsel. "Yes, Mr. Williams," sapanya pada si penelepon.Manggala masih mengingat dengan jelas nama pemilik penginapan yang sudah disewanya selama sebulan ke depan itu. "Apakah ada masalah?" tanya Manggala sedikit tegang."Begini, Tuan. Sejak Anda pergi diam-diam dari penginapan, setidaknya sudah ada lima orang misterius yang mencari anda. Mereka bahkan memaksa meminta nomor kamar Anda," jelas si pemilik penginapan."Apakah Anda memberitahu mereka nomor kamarku?" "Tentu saja tidak, Tuan. Itu adalah privasi penyewa kamar. Saya tidak akan mengatakannya pada orang asing," tegas Williams.Mendengar hal itu, Manggala mengempaskan napas lega. "Syukurlah, dan sungguh-sungguh kuucapkan terima kasih

    Last Updated : 2024-11-03
  • Janda Tapi Perawan   Pisah

    "Apa semua gara-gara postingan di sosmedku, Ngga? Seharusnya aku ingat kalau keberadaan kita tak boleh diketahui," sesal Aira. "Apa?" Manggala mengernyit tak mengerti. "Kamu sempat mengunggah foto-foto kita?" "Bukan! Aku tidak mengunggah foto-fotomu. Hanya pemandangan saja," ralat Aira. Rasa sesalnya makin menggunung tatkala melihat raut sedih Manggala. "Ya, sudah. Tidak apa-apa. Kita berkemas sekarang, ya." Manggala mencoba untuk tersenyum, meskipun tampak kaku. "Aku minta maaf, Ngga. Saking bahagianya, aku lupa untuk menyembunyikan lokasi kita." Aira menangkup kedua tangannya di dada. Dia sungguh menyesali kecerobohannya. "Nggak, Ra. Kamu nggak salah. Memang sudah waktunya orang-orang mengetahui status kita," hibur Manggala. Dipeluk dan diusapnya punggung sang istri. "Sekarang, kita siap-siap, ya. Aku sudah memesankan tiket pesawat menuju Brisbane untuk nanti malam." Aira mengangguk sambil sesekali terisak. "Brandon tadi telepon, Ngga. Dia juga menyarankan agar aku cepat

    Last Updated : 2024-11-04
  • Janda Tapi Perawan   Hilang

    Aira berdiri gelisah di depan lift pribadi. Gugup dirinya menunggu hingga pintu lift itu terbuka. Dan ketika dia melihat sosok Helen keluar dari sana, Aira merasa begitu terintimidasi. Tatapan Helen begitu tajam dan seakan penuh permusuhan. Wanita cantik berambut pirang itu melangkah pelan, mendekati Aira sambil menenteng tas tangan dan satu tas laptop. "Selamat pagi, Nyonya," sapa Helen seraya memaksakan senyum. "Manggala sedang tidak ada di rumah," ujar Aira dengan nada bicara kaku. "Aku tahu! Dia sedang mengikuti rapat evaluasi," sahut Helen sinis. Sorot matanya menyapu setiap sudut ruangan. "Jadi ini apartemen yang selalu dia rahasiakan dariku?" celetuknya tiba-tiba. Helen melanjutkan langkah. Tanpa sungkan, dia berjalan menuju ruang makan yang bersisian dengan dapur. "Hm!" Helen meletakkan dua tas bawaannya di meja marmer berukuran besar yang terdapat di tengah-tengah ruangan dapur. "Manggala memang bodoh!" cibir Helen. "Apa maksudmu?" geram Aira yang tak terima

    Last Updated : 2024-11-05
  • Janda Tapi Perawan   Selamat Tinggal

    Ruang rapat terasa begitu sepi. Hanya ada Frederick dan Manggala di sana. Semua orang sudah membubarkan diri. Begitu pula dengan Brandon yang sempat mengacaukan suasana hati Frederick. Teringat olehnya, kalimat jahat yang sempat dilontarkan kepada Brandon, hanya supaya pria itu pergi. "Apakah aku salah, Manggala?" ucap Frederick tiba-tiba. Manggala yang awalnya terpekur, langsung menoleh ke arah pria paruh baya tersebut. "Tentang apa?" tanyanya. "Jujur saja. Keberadaan Brandon sungguh menyiksaku. Sosoknya selalu mengingatkanku akan kesalahan besar yang pernah ku perbuat di masa lalu," beber Frederick. "Anak itu lahir ke dunia karena pengkhianatanku terhadap istriku. Aku berselingkuh dengan seorang wanita. Martha namanya," papar Frederick. "Berbulan-bulan lamanya kusembunyikan kenyataan itu, sampai akhirnya Martha hamil anakku, dan lahirlah Brandon," imbuhnya. "Kesalahan Anda menjadi semakin besar karena sudah bersikap tak adil terhadap Brandon. Setidaknya, jangan tunjukkan

    Last Updated : 2024-11-06
  • Janda Tapi Perawan   Tak Kan Kembali

    "Sial!" Manggala segera berlari ke kamar Aira. Dia sedikit lega saat melihat baju-baju istrinya masih rapi tersimpan di dalam lemari. Namun, pikirannya kembali kacau ketika tak mendapati Aira di manapun. "Kau tak akan menemukannya di sini, Sayang! Sudah kukatakan dia pergi, tanpa membawa apapun. Ponsel pun tak dia bawa," cerocos Helen yang dalam keadaan setengah mabuk. Manggala terdiam. Benaknya langsung terarah pada rumah Mira. "Aira pasti berada di sana," gumamnya. Tak ingin membuang waktu, Manggala berlari hendak memasuki lift pribadi. Tatkala satu kakinya hampir memijak lantai lift, terdengar Helen berseru nyaring. "Aku mencintaimu, Manggala! Satu-satunya alasan aku mengalah dan memilih untuk tidak memperjuangkanmu adalah supaya kau bisa bersatu dengan Cynthia! Kurelakan kau hanya demi bersama sahabatku! Aku tak akan menerima perempuan lain selain dia!" Manggala menghentikan langkah dan berbalik ke arah sang sekretaris. "Kau gila, Helen!" umpatnya. "Aku tak akan kembali

    Last Updated : 2024-11-07
  • Janda Tapi Perawan   Hancur

    "Kamu yakin Aira benar-benar pergi, Ngga?" tanya Mira lesu. Pasalnya, ini sudah tengah malam dan mereka tak bisa menemukan Aira di manapun. "Siapa tahu dia pulang ke apartemenmu? Mungkin dia cuma ngambek sebentar dan pulang lagi," cetus Mira."Bisa jadi ...." Manggala tertegun sejenak. "Apalagi dia keluar tanpa membawa apa-apa. Bahkan ponsel saja tidak dibawa.""Pantas saja kuhubungi dari tadi tidak tersambung," ujar Mira."Berarti, Aira tidak ke mana-mana." Manggala menarik kesimpulan. Diputarnya kemudi untuk kembali ke apartemen mewahnya.Satu jam kemudian, mereka tiba di ruangan penthouse Manggala. Betapa terkejutnya Mira saat melihat kondisi apartemen yang berantakan."Apa ini ulah Aira, Ngga?" tanya Mira was-was."Bukan." Manggala menjawab singkat karena sibuk mencari ponsel Aira yang tadi sempat dia lihat tergeletak di meja ruang tamu.Keringat dingin mulai membasahi dahi ketika Manggala tak menemukan benda pipih itu. Beruntung akal sehatnya masih bekerja. Dia segera berlari ke

    Last Updated : 2024-11-08
  • Janda Tapi Perawan   Yakin

    "Negara mana yang ingin kau tuju?" tanya Brandon setelah beberapa saat lamanya terdiam. "Aku tidak tahu. Yang penting jauh dari Manggala," jawab Aira lesu. "Apa kau yakin bisa jauh darinya?" Brandon mengangkat satu alis sambil tersenyum penuh arti. "Maksudmu?" Aira menggeleng tak mengerti. "Manggala pasti terus mencarimu hingga ke ujung dunia. Cepat atau lambat, kalian pasti akan bertemu," ujar Brandon penuh keyakinan. "Suatu saat ... asal tidak sekarang," sahut Aira lirih. "Aku bisa saja membantumu, tapi ada baiknya kau selesaikan dulu semuanya sebelum pergi dari hidup Manggala. Seperti nasihatku tadi," saran Brandon. "Semua sudah terlambat. Aku tidak butuh penjelasan pria brengsek itu." Mulut Aira boleh saja berbicara kasar tentang Manggala. Namun, hatinya tak dapat dibohongi. Masih ada cinta yang begitu besar untuk pria berambut gondrong itu. "Baiklah, kalau kau bersikeras. Lagipula, sejak awal aku sudah menyanggupi," putus Brandon. "Sekarang tidurlah di kamarku. Ak

    Last Updated : 2024-11-08
  • Janda Tapi Perawan   Terbang

    Aira menyandarkan punggung di pintu kamar yang sudah ditutup rapat. Kepalanya sedikit mendongak dengan tatapan menerawang ke langit-langit kamar. Manggala sudah pulang sejak tadi, tapi rasa bersalah itu tak mau hilang dari relung hati. Ini semua salahnya. Aira yang membuat Manggala patah hati sampai pria itu hilang arah dan mempermainkan Cynthia. Secara tidak langsung, dia juga bertanggung jawab atas hancurnya hidup Cynthia. "Ya, Tuhan ...." Aira kembali terisak. Dia telah merusak hidup dua orang, Manggala dan Cynthia. Dalam keadaan kalut, dirinya teringat pada sang Tante. Dengan langkah mengendap, Aira mengambil ponsel di atas nakas, lalu mulai menghubungi Mira. Hanya dua kali nada sambung, Mira langsung mengangkat panggilan. "Halo? Kamu nggak apa-apa kan, Ra?" tanyanya was-was. "Tante, tolong jemput aku sekarang. Akan Aira kirim alamatnya lewat pesan," pintanya sambil menangis tersedu. "Oke, Nak. Tunggu sebentar, ya." Selesai berbicara demikian, Mira memutus telepon. Tak sampai

    Last Updated : 2024-11-09

Latest chapter

  • Janda Tapi Perawan   Cinta Lama

    "Tante kenal sama dia?" tanya Aira penuh selidik. "Be-begitulah," jawab Mira gugup. "Dia siapa memangnya?" tanya Aira lagi. Mira sengaja tak langsung menjawab. Dia malah berjalan cepat menghampiri Alex, lalu menyalami pria matang yang terlihat menawan itu. "Apa kabarmu?" sapa Mira. "Beginilah, kau lihat sendiri," balaa Alex, dingin dan datar. Sesaat kemudian, pandangannya beralih pada Aira dan Enzo yang duduk tenang di stroller. "Selamat datang, Nona Aira. Mari ikut dengan saya. Klien kita sudah menunggu," ujar Alex, lembut dan sopan. Sungguh berbeda dengan saat dia berbicara dengan Mira. . Mira sendiri tampak kesal. Dia mendengkus pelan sambil menatap tajam ke arah Alex. Namun, pria itu sama sekali tak menghiraukan. Alex malah mengarahkan Aira untuk mengikuti langkahnya sampai tiba di area parkir. Dia menunjuk ke sebuah mobil SUV hitam. "Ini kendaraan operasional kita selama di Bali," jelas Alex pada dua wanita beda usia tersebut. Setelah memastikan para penumpangnya

  • Janda Tapi Perawan   Tawaran

    Waktu berjalan begitu cepat. Satu tahun sudah Aira menjalani hidup tanpa Manggala. Selama itu pula, sosok Manggala masih tetap bertahta dalam benak dan hati Aira. "Mama ... mam!" celoteh Enzo. Di usia 1,5 tahun ini, bayi mungil Aira sudah banyak menguasai kosakata. "Tadi sudah mam. Nanti lagi." Aira menjauhkan sekeping biskuit dari tangan Enzo. "Mam!" pekik Enzo tak terima. "Nanti lagi, ya," bujuk Aira lembut. Enzo sudah hendak menangis. Akan tetapi, bunyi lonceng yang terpasang di atas pintu masuk berbunyi, tanda bahwa daun pintunya telah dibuka dari luar. "Selamat siang!" sambut Aira seraya buru-buru menggendong Enzo. "Selamat siang," balas seorang pria berwajah bule. "Jadi, ini kantor Enzo's Photography, ya?" tanyanya seraya mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan bernuansa etnis tersebut. "Betul sekali! Ada yang bisa saya bantu?" tanya Aira ramah. Pria itu tak langsung menjawab. Dia malah terus memperhatikan hasil-hasil jepretan Aira yang terpajang di dinding kantor

  • Janda Tapi Perawan   Menjemput Impian

    "Kau tahu? Tuan Jati tak jadi bercerai dari istrinya. Dia menarik gugatan," jelas Catherine antusias. "Oh, ya? Syukurlah," ucap Aira. "Aku sempat merasa bersalah pada Jati karena sudah memanfaatkannya untuk kepentinganku sendiri," sesalnya. "Memangnya, kamu memanfaatkan apa, Ra?" sela Kartika penasaran. "Eh, itu ...." Aira meringis serba salah. Dia tahu ibunya tak suka kepada Jati. Bahkan ketidaksukaan Kartika pada Jati, jauh lebih besar dari ketidaksukaannya pada Manggala. "Aku pernah menyuruh Kak Jati untuk membantu mengurus dokumen-dokumen kelahiran Enzo. "Aku juga memintanya menjaga Enzo," beber Aira. "Astaga!" Kartika geleng-geleng kepala. Ada saja ulah putrinya yang membuatnya pening. "Dan Jati melakukannya dengan sukarela?" tanya Kartika setengah tak percaya. Sementara Aira hanya membalasnya dengan mengangkat bahu. "Dia mengejar-ngejarku hanya karena rasa bersalah, dan aku memanfaatkan rasa bersalah itu," ungkapnya. "Sekarang, Jati sudah kembali pada istrinya. Ta

  • Janda Tapi Perawan   Bangkit

    Aira bersimpuh di samping pusara Manggala. Dia menangis tersedu sambil memeluk nisan berukir nama suaminya. Aira meluapkan segala kesedihan yang menumpuk selama beberapa hari terakhir. Kecelakaan dahsyat yang dia alami, serta kehilangan besar itu benar-benar menghantam jiwanya. Berbeda dari Aira. Mira yang saat itu turut mengantar dan menemani keponakannya, hanya berdiri terdiam, beberapa langkah di belakang Aira. Mira merasakan sesuatu yang janggal. Makam itu tampak baru. Gundukan tanah liatnya pun terlihat basah, seperti baru ditimbun. Padahal jika diperkirakan, kecelakaan itu terjadi dua minggu lalu. Entah pada siapa Mira harus mengutarakan kecurigaannya. Dia tak ingin menyinggung perasaan kedua orang tua Manggala. "Ra, cukup. Kita pulang, yuk," ajak Mira. "Kasihan Enzo, sudah kamu tinggal terlalu lama." Aira terkesiap untuk sesaat. "Enzo?" ulangnya. "Iya, Sayang. Dia buah hatimu bersama Manggala. Suamimu tentu tak ingin putranya terlantar. Bagaimanapun, Enzo adalah wa

  • Janda Tapi Perawan   Separuh Jiwa

    Perlahan, kelopak mata Aira terbuka. Yang dilihatnya pertama kali adalah langit-langit ruangan berwarna putih. Aroma obat bercampur pewangi antiseptik terasa menusuk hidung. Lemah, Aira menoleh ke samping. Wajah sang ibu lah yang dilihatnya pertama kali. Mata Kartika tampak sembab, menunjukkan kesedihan yang mendalam. Kemudian, Aira mengalihkan pandangan pada Sinta dan Imelda yang tengah menggendong Enzo. "Suster! Panggilkan dokter dan suster! Aira sudah sadar!" seru Sinta panik. Sedangkan Kartika langsung memencet tombol yang tersedia di atas kepala ranjang rumah sakit sambil terus menyeka air mata. Tak berselang lama, seorang dokter jaga bersama perawat datang memeriksa. "Silakan keluar dulu, Ibu-ibu," pinta dokter itu sopan. Tak bisa menolak, tiga wanita tersebut terpaksa meninggalkan ruangan dan menunggu di ruang tunggu, sampai dokter menghampiri Kartika. "Tanda-tanda vital pasien normal. Responnya juga normal," ujar sang dokter. "Putri Ibu sudah melewati masa kritisnya."

  • Janda Tapi Perawan   Bebas

    "Kalian biarkan aku pergi, atau aku akan menyakiti Bos kalian ini!" ancam Manggala. "Kau serius, Nak?" Bukannya takut atau khawatir, Frederick malah terkekeh. "Aku bukanlah pria sembarangan. Kau tahu sendiri bahwa nama Larson sangat berpengaruh di negara ini. Uang dan kekuasaanku mampu membeli segalanya," ujarnya balik mengancam. Manggala sama sekali tak gentar. "Aku tak peduli. Apapun akan kulakukan supaya bisa membawa Aira dan putraku pergi dari sini." "Begitukah? Kau ingin mereka bisa keluar dari kota ini dengan selamat?" Manggala mengernyit menanggapi ucapan aneh Frederick. "Tentu saja!" sahutnya. "Baiklah, jika memang itu yang kau inginkan," putus Frederick. Mendengar hal itu, Manggala malah semakin waspada. Setelah semua yang mereka lalui, tentu tak akan semudah itu Frederick melepaskannya. Namun, kenapa pria tua itu sekarang terkesan menyerah? "Apalagi yang Anda rencanakan, Om Frederick?" desis Manggala curiga. "Tidak ada," jawab Frederick dengan segera. "Kuras

  • Janda Tapi Perawan   Sembunyi

    Sudah semalam berlalu sejak pertemuan dengan Cynthia dan ayahnya. Aira merasa ada yang aneh dengan wanita itu. "Jadi, seperti itu ya keadaan orang depresi?" tanyanya. "Aku juga tidak mengira bahwa apa yang kulakukan padanya bisa berpengaruh sebesar ini pada Cynthia," jawab Manggala. Tatapannya kosong menerawang ke lantai apartemen. "Jadi, apa yang akan kita lakukan, Ngga? Apa kita tetap akan di sini sambil menunggu keputusan Tuan Larson?" Aira mulai was-was. Terus terang, dia merasa curiga dengan sikap Frederick yang tiba-tiba menyuruh dirinya dan Manggala untuk pulang. "Kira-kira apa yang akan dilakukan oleh orang berpengaruh seperti keluarga Larson pada kita, Ngga?" tanya Aira lagi. "Bukan pada kita, Ra. Tapi aku, hanya kepadaku," ujar Manggala meluruskan. "Semua yang terjadi padamu, tentu akan berimbas padaku, Ngga. Kalau kamu merasakan sakit, maka aku juga ...." Kalimat Aira terhenti saat mendengar ketukan pelan di pintu apartemen. "Siapa?" desis Manggala lirih. Raut

  • Janda Tapi Perawan   Hanya Aira

    Ruang keluarga bernuansa klasik itu menjadi bukti amarah Frederick. "Aku menanggung biaya akomodasi kalian dari Jakarta sampai ke kota ini, bukan untuk cuma-cuma!" ujarnya dengan intonasi tinggi. "Aku ingin istrimu juga melihat bahwa dia turut andil dalam hancurnya kehidupan putriku!" imbuh Frederick. Aira terpaksa menutupi kedua telinga bayinya rapat-rapat agar tidak terkejut dengan teriakan Frederick. Dia juga memeluk Enzo erat-erat. "Oh, jadi itu alasan Om Frederick mengajak Aira kemari? Agar bisa mempermalukannya?" desis Manggala. "Itu pantas dia dapatkan!" balas Frederick tak terima. "Diam!" Suara Manggala menggelegar, menggema di tiap sudut ruangan megah itu. "Anda boleh menghina dan menginjak-injakku, tapi jangan istriku!" sentaknya. Membuat nyali Frederick menciut. "Aku tidak akan rela siapapun merendahkannya! Apapun kesalahanku pada Cynthia, jangan pernah limpahkan pada Aira! Istriku tak bersalah!" tegas Manggala. Sementara, Aira hanya bisa terdiam sambil terus m

  • Janda Tapi Perawan   Marah

    Pesawat yang ditumpangi oleh keluarga kecil itu telah tiba di bandara Launceston, Tasmania. Berdebar hati Aira saat membayangkan apa yang mungkin akan dia alami ke depannya. Manggala dapat melihat dengan jelas ketakutan itu. Maka, dengan sigap dirinya meraih tangan Aira dan menggenggamnya lembut. "Kenapa Tuan Larson mengarahkan penerbangan kita ke kota ini?" tanya Aira bingung. "Karena Cynthia dirawat di tempat ini. Dia sengaja diasingkan oleh keluarga besarnya," jelas Manggala. Dia menceritakan sesuai dengan apa yang didengarnya dari Frederick melalui sambungan telepon semalam. "Nanti kita akan tinggal di mana, Ngga?" Aira tiba-tiba menghentikan langkah seraya mencengkeram erat pegangan kereta bayi Enzo. "Tenang, Sayang. Aku sudah menyewa apartemen untuk ditinggali sementara di sini," tutur Manggala lembut sambil melingkarkan tangan di pundak sang istri tercinta. "Jadi ... kita langsung ke apartemen sekarang?" tanya Aira ragu. "Pasti, dong. Lihat Enzo, dia kelelahan,"

DMCA.com Protection Status